Arc 2 Chapter 27 : Frosty Monarch

837 125 2
                                    

[Leon PoV]

Tubuhku terasa lemas sekali ...

Membuka mata, aku mulai melihat birunya langit yang dipenuhi awan putih. Aku juga secara samar mendengar beberapa orang seperti sedang membicarakan sesuatu.

"Tangannya memiliki luka bakar tahap 2, tolong kau sembuhkan bagian itu."

"Baiklah Senior, aku akan mencoba apa yang kubisa."

Apa yang terjadi ...?

Menenangkan diriku terlebih dahulu, aku mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Aku mencoba mengeluarkan Anti-magic untuk menahan gelombang sihir Brian yang datang bertubi-tubi. Akan tetapi, karena Mana yang kumiliki menipis, akhirnya Anti-magic yang kugunakan tidak sempurna sehingga gelombang sihir Brian dapat menembusnya.

Itu artinya, aku kalah, kah?

Memikirkannya membuat hatiku terasa sangat berat ...

Aku dan Alisha sudah membuat janji untuk bertemu di babak final ...

Aku percaya diri sekali dapat mengalahkan Brian. Akan tetapi, dia memiliki Mana dengan jumlah yang sangat gila.

Sejujurnya, aku tidak ingin bertemu dengan Alisha saat ini. Aku sangat malu dan ingin menyembunyikan diri karena tidak dapat memenuhi ekspektasi yang ia harapkan dariku.

Ughhh ... Kurasa aku harus berbicara dengan Guider-ku di Soul Room nanti untuk membicarakan mengenai kekuatanku ini.

***

[Brian PoV]

Saat ini, aku sedang berada di ruang kesehatan bersama seorang Priestess yang sedang menyembuhkan luka-luka yang kumiliki.

Pertandingan final akan dilanjutkan tidak akan lama lagi setelah penyembuhanku selesai. Jika aku menang dan menjuarai Turnamen ini, maka aku akan menjadi yang terkuat di Akademi dan selangkah lebih dekat untuk menggapai impianku.

"Priest, apa proses penyembuhannya masih lama?" tanyaku pada wanita yang sedang menyembuhkan luka pada tubuhku.

"Satu jam yang lalu, kau baru saja melakukan pertandingan hingga babak belur seperti itu," jawab sang Priestess. "Mengapa harus terburu-buru?"

Mendengar kata-kata sang Priest, aku sadar akan tingkahku yang sedikit gugup menghadapi final ini.

"Kurasa karena aku ingin cepat-cepat untuk menjadi juara turnamen ini," jawabku padanya.

Sang Priest kemudian tersenyum padaku, "indahnya masa muda, penuh harapan dan semangat."

Sang Priestess kemudian mulai menyembuhkan luka-luka dalam yang kuterima. Setelah hampir setengah jam, dia bilang bahwa proses penyembuhannya sudah selesai.

"Cobalah berdiri dan berjalan-jalan sebentar," kata sang Priestess. "Beritahu aku jika kau mengalami pusing atau kehilangan sentuhan-sentuhan pada bagian tubuhmu."

Aku bangkit berdiri lalu mulai berjalan dan menggerak-gerakkan seluruh bagian tubuhku sesuai instruksinya.

"Kurasa tidak ada masalah," ucapku padanya. "Aku siap bertanding!"

"Baiklah, aku akan memberitahu sang Promotor," kata Priestess yang tersenyum padaku. "Aku mendoakanmu menang dalam turnamen ini, anak muda."

Setelah diberitahu pertandingan akan dimulai, aku keluar dari ruang kesehatan menuju lorong yang akan mengantarkanku ke lapangan arena.

Sesampainya di sana, aku berpapasan dengan sesosok wanita cantik berambut abu. Ekspresi wajahnya saat ini terlihat dingin sekali bagaikan salju di musim dingin.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang