[Raul PoV]
Keesokan harinya, kami sudah berada tepat di ujung area perkotaan.
Sebelumnya, kami telah tiba di sini saat sore hari dan memutuskan untuk bermalam di sebuah gubuk yang terbengkalai tidak jauh dari pinggiran area perkotaan.
Suplai makanan dan minuman kami ini hanya tersisa dua roti dan empat kantung minuman kecil. Untuk itu kami juga harus memburu peserta lain demi mendapatkan persediaan yang cukup sampai ke garis finish.
"Ayo, Valeria. Kurasa sudah banyak peserta lain yang telah memasuki area ini."
Wanita berambut hijau itu mengangguk lalu ikut berjalan di belakangku.
Kami mulai memasuki gerbang kota yang terlihat sudah rusak. Kota ini bernama Edessa yang ditinggalkan oleh para warganya sekitar 20an tahun yang lalu. Dahulu, kota ini cukup makmur karena termasuk dalam rute perdagangan Kekaisaran Aragon dan Negeri Kuwalid.
Setelah wilayah ini menjadi milik Kekaisaran, para warga yang menghuni kota ini lebih memilih bermigrasi ke negeri asal mereka daripada hanya menjadi kaum minoritas di Kekaisaran Aragon yang terkenal buruk memperlakukan Ras selain mereka.
Sekarang, tempat ini menjadi kota mati yang dipenuhi oleh monster-monster gurun.
Terdapat banyak variasi monster yang ada di tempat ini. Paling banyak adalah goblin gurun yang memiliki level 1 dan beberapa monster serangga seperti Big Flea dan Dessert Centipede yang keduanya adalah monster berlevel 0.
Untuk saat ini, monster di bawah level 4 bukanlah ancaman bagi para peserta ujian tahap kedua ini. Akan tetapi, aku juga menyebar beberapa monster level 4 ke atas di area ini.
Terdapat sebuah jebakan yang kubuat di City Hall Kota Edessa. Jebakan ini berupa sebuah artefak pemanggil monster yang kusamarkan menjadi sebuah harta karun untuk menghukum player-player yang Greedy dan tidak berhati-hati di dalam game.
Aku harap, para peserta tidak menemukan artefak itu agar situasi ujian tahap kedua ini tidak semakin rumit.
Setelah beberapa menit berjalan, aku menghentikan langkah kakiku.
"Ada apa, Raul?" tanya Valeria terdengar bingung melihatku tiba-tiba berhenti.
"Coba kau lihat di sana," jawabku yang menunjuk ke arah sebuah jejak kaki yang ada di tanah. "Jejak kakinya terlihat masih segar, mungkin antara 10 sampai 20 menit yang lalu."
Veleria terlihat memegang dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu. "Bukankah ini seperti jejak kaki Hobgoblin?"
"Kau benar, sebaiknya kita lebih berhati-hati di sini."
Walaupun para goblin hanya termasuk monster level 1 tapi dengan keunggulan jumlah, mereka bisa menjadi mimpi buruk bagi orang yang meremehkan monster ini.
Kami melanjutkan perjalanan dengan lebih lambat dari biasanya. Itu karena aku tidak ingin disergap tiba-tiba oleh monster penghuni perkotaan ini. Aku hanya ingin bertarung dengan mereka jika kami tidak ada jalan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
ФэнтезиGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...