Arc 3 Chapter 32 : Mempertahankan Kota

605 101 2
                                    

[Raul PoV]

Keesokan harinya, semua pasukan yang ada di benteng Kota ini terlihat siaga. Semua pemanah juga sudah mengisi posisi-posisi mereka di menara benteng Kota ini.

Laporan terakhir dari unit patroli adalah pada jam 4 sore tadi. Mereka mengatakan, rombongan monster sudah berada 5 km dari kota benteng ini.

Para warga sudah dievakuasi ke ruang bawah tanah kota. Yang ada di permukaan benteng kota ini hanyalah para prajurit dan priest saja.

Saat ini, aku dan beberapa anggotaku sedang berada di dinding kota bagian utara bertugas untuk berjaga dan mengawasi area ini.

"Kapten, apa kita akan bertarung malam ini?" tanya Piers yang berada di sampingku.

"Kau akan mengetahuinya tidak lama lagi, Piers," jawabku dengan santai.

Melihat ke arah cakrawala, matahari mulai tenggelam, membuat langit menjadi gelap menandakan waktu malam telah tiba.

Angin malam yang dingin berhembus menerpaku yang berdiri di sini. Menyeruput secangkir teh membuat tubuhku kembali hangat dan nyaman.

- Dug!

Aku dan Piers saling menatap, itu karena kami tiba-tiba mendengar suara dentuman yang cukup kencang.

Air teh yang berada di dalam gelas terlihat bergelombang yang menandakan gelas ini mengalami sebuah getaran akibat sesuatu.

- Dum!

Kali ini, suara dentuman itu lebih keras dari sebelumnya.

Aku memfokuskan penglihatan ke arah cakrawala sekali lagi. Kali ini, terlihat samar sesuatu sedang bergerak kemari di kegelapan malam.

Tidak lama kemudian, nampak sebuah barisan pasukan monster yang mendekat ke benteng kota ini.

"Monster terlihat! Bunyikan lonceng alarm!" kata seorang prajurit melihat gerombolan monster yang datang.

- Teng! Teng! Teng! Teng!

Bunyi suara lonceng membuat semua prajurit tahu bahwa kota ini sedang di serang.

Semuanya bersiap ke posisi masing-masing, aku dan beberapa anggota juga bahkan sudah siap jika para monster itu mulai memanjat dinding ini.

- Groaarrrrr!

Terdengar suara raungan monster yang cukup besar, sesosok Minotaur raksasa setinggi 10 meter sedang berjalan mendekati dinding benteng kota diikuti monster-monster lainnya.

"Para pemanah, Bersiap!" seorang pemimpin pemanah di menara benteng memberikan aba-aba menembak. "Bidik dan tahaaannn!"

Para monster itu mendekat dan semakin dekat.

100 meter ...

90 meter ...

80 meter ...

Kali ini, semua gerombolan monster terlihat jelas di mataku. Beberapa membawa senjata seperti kapak dan pedang. Sepertinya, mereka juga memanfaatkan senjata-senjata yang dicuri dari para pasukan yang telah gugur.

"Tembak sekarang!"

Seketika perintah menembak dikeluarkan, ratusan anak panah mulai meluncur menghujani monster-monster yang mendekat itu.

Jeritan dan raungan mulai terdengar kencang di tempat ini. Akan tetapi, hujan tembakan anak panah yang dilancarkan tidak menghentikan gelombang monster yang mendekat ke dinding kota.

Monster-monster itu kemudian saling menaiki tubuh masing-masing, mencoba memanjat dinding benteng kota ini.

Saat beberapa sudah mencapai puncak dinding, aku bergegas menghunuskan pedang lalu menyerang monster-monster itu agar tidak mendapat pijakan di atas dinding ini.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang