Arc 1 Chapter 25 : Ariel de Lusignan

1.3K 201 14
                                    

[Ariel PoV]

Ughhh... Kepalaku pusing sekali.

Aku terbangun, yang kuingat terakhir adalah Raul menangkap saat kami bertarung.

Aku melihat sekelilingku, sepertinya ini adalah sebuah gua ... Apa yang terjadi dengan pertarungannya? Apa dia membawaku ke sini?

Ah itu benar ... Raul menjadikanku sandera saat pertarungan berlangsung, membuat Brian dan yang lainnya kesulitan untuk menyerangnya.

Mengingat kejadian itu membuatku depresi.

Aku hanya menjadi beban mereka saat pertarungan tadi ... Sungguh, aku masih belum berubah dari saat peristiwa penyerangan monster itu. Yang bisa kulakukan adalah menunggu pertolongan orang lain saat berada dalam kesusahan. Saat ini pun sama.

Jika Raul tidak berada di dekatku, pasti mereka tidak akan ragu untuk menyerangnya.

Jika saja aku memiliki kekuatan lebih, kekuatan yang dapat menghentikan seseorang tanpa melukai mereka ...

- Tap... Tap... Tap...

Aku mendengar suara langkah kaki dari arah depan. Terlihat seorang pria berjalan ke sini membawa seekor kelinci yang sudah bersih dan dikuliti serta beberapa kayu.

"Kau sudah sadar, Ariel," kata Raul berbicara padaku dengan santai.

Aku menatap wajahnya tanpa menjawab. Rambut hitam bagaikan gelapnya gua ini. Tatapannya yang tidak peduli itu seperti kehidupannya yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.

 Tatapannya yang tidak peduli itu seperti kehidupannya yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raul kemudian mulai membuat api unggun dengan serabut kelapa. Sepertinya, dia akan memasak kelinci itu.

"Mengapa kau tidak menggugurkanku, Raul?"

Aku tidak mengerti, mengapa dia harus repot-repot menculikku?

Mendengar pertanyaanku, Raul kemudian menghentikan aktivitasnya lalu menatap mataku dengan mata hitamnya itu. "Kau berguna untukku sebagai sandera agar membuat Brian dan yang lainnya ragu untuk menyerang."

Mendengar hal ini, hatiku kembali terasa berat. Ternyata benar, aku hanya menjadi beban teman-temanku saat ini. Raul hanya memanfaatkanku untuk membuat yang lain kesulitan melawannya.

Aku melihat sebuah batu besar dengan ujung yang cukup lancip tidak jauh dari sini.

Setelah dapat membuat api, Raul kemudian mengikat kelinci itu dengan akar pohon pada kayu yang sudah di susun, meletakkannya tepat di atas api unggun tersebut.

Dia kemudian pergi membawa dua buah cangkang kelapa, meninggalkanku sendirian di sini.

Setelah Raul tidak terlihat, aku bergegas mendekat ke arah batu tersebut. Aku sedikit takut untuk mencobanya, namun ini untuk rekan-rekanku yang lain. Aku tidak ingin menjadi beban mereka yang masih berjuang.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang