[Raul PoV]
Kami sampai di tempat ujian kemarin malam. Pagi ini, para peserta sudah berkumpul di depan Hutan monster yang terlihat sudah di kelilingi oleh barrier berwarna merah.
Di hadapan kami, Instruktur Torun sepertinya akan menjelaskan ketentuan saat ujian berlangsung nanti.
"Saat ini, kalian akan melaksanakan ujian tahap ketiga," kata instruktur Torun dengan lantang. "Seperti yang kalian sering dengar, dalam ujian ini selalu terdapat korban jiwa dari peserta! Kalian tidak akan diberi Limiter dan hanya bergantung pada kemampuan kalian saja di dalam sana!"
Mendengar hal ini, ekspresi para peserta berubah menjadi tegang. Bahkan beberapa ada yang mulai bernafas tidak teratur.
"Waktu pelaksanaan ujian ini hanya satu hari, terdapat sebuah kristal berwarna merah di tengah-tengah hutan yang harus kalian ambil," jelas instruktur Torun. "Waktu ujian ini hanya satu hari dan kalian hanya boleh membawa satu senjata dan satu artefak ke dalam hutan."
Kalau begitu, aku akan membawa pedangku dan Topeng Masquerade ke dalam hutan nanti. Aku tidak mau identitasku terkuak saat memperlihatkan kemampuanku yang sebenarnya.
"Jika ada peserta yang meninggal karena serangan monster, maka kami tidak bertanggung jawab atas kematian mereka. Kalian sendiri yang harus memutuskan untuk bersedia mengikuti ujian ini atau tidak," kata Instruktur Torun dengan sangat serius. "Jika ada yang ingin memundurkan diri, inilah saatnya. Karena kami tidak akan membuka Barrier sebelum waktu ujian selesai."
Para peserta mulai tertunduk memikirkan kata-kata Instruktur. Sepertinya mereka sedang menimbang-nimbang konsekuensi dan resiko dari ujian ini dengan hasil yang akan mereka capai nanti.
Poin yang di dapat bagi peserta yang menyelesaikan ujian ketiga lebih banyak dari gabungan poin yang di dapatkan mereka saat menyelesaikan ujian pertama dan kedua. Tambahan poin ini akan menentukan masa depan mereka nanti saat kelulusan.
Tidak lama kemudian, terlihat 10 orang yang keluar dari barisan. Sepertinya mereka lebih memilih memundurkan diri daripada mengambil resiko terbunuh saat ujian ini.
"Baiklah, kalian sudah menentukan pilihan kalian sendiri. Tidak ada jalan untuk kembali selain menyelesaikan ujian ini sekarang," kata Instruktur dengan tegas. "Bagi peserta yang memutuskan menjalani ujian ini, silahkan ambil nomor yang mana akan menentukan dimana titik kalian akan memulai ujian."
Instruktur kemudian menjelaskan bahwa terdapat delapan titik yang masing-masing dijaga oleh seorang Instruktur. Mereka akan membuka barrier-nya agar para peserta dapat masuk.
Aku mendapatkan nomor 5 yang mana berlokasi di sisi barat Hutan. Di sana terlihat seorang penyihir wanita berusia di pertengahan 20an. Dia adalah Master Erina—Penyihir wanita yang dijuluki sebagai The Red Witch.
"Cepatlah kemari, aku akan membuka barrier ini agar bisa dilewati olehmu," perintah Master Erina.
Sesampainya di sana, Master Erina mulai mengucapkan sebuah mantera. Tidak lama kemudian, barrier merah yang ada di depanku terbuka setinggi dua meter, cukup untuk dilewati satu orang.
"Masuklah," perintah Master Erina. "Tidak ada jalan kembali setelah kau melangkahkan kaki ke dalam hutan ini selain habis waktu ujian."
Setelah melihatku memasuki barrier, Master Erina kembali menutupnya dengan rapat. Kali ini, tidak ada jalan untuk kembali selain menyelesaikan ujian. Aku lalu bergegas pergi jauh masuk ke dalam hutan.
Menurut perkiraanku, para pembunuh itu akan mencoba masuk ke dalam hutan ini saat malam hari. Mereka akan menunggu para peserta lelah terlebih dahulu agar dapat melakukan pencarian dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasiaGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...