Keheningan menyelimuti kereta kuda yang membawa mereka menuju istana kerajaan vampir. Xienna duduk kaku, tatapannya kosong menatap keluar jendela. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami takdir yang kembali mempertemukannya dengan Xyon.Di hadapannya, Xyon mengamati setiap detail perubahan pada diri Xienna. Matanya yang merah berkilat possesif melihat bekas-bekas luka di pergelangan tangan gadis itu. "Mereka akan membayar untuk setiap luka yang mereka torehkan padamu," ucapnya dingin, membuat Xienna tersentak.
"Xyon..." Xienna akhirnya bersuara, nyaris berbisik. "Kenapa... kenapa kau selalu menemukanku?"
Seringai tipis muncul di wajah tampan Xyon. "Karena kau adalah milikku, Xienna. Sejauh apapun kau lari, sekeras apapun kau mencoba menghindar, takdir akan selalu membawamu kembali padaku."
Xienna menggigit bibirnya, bimbang antara rasa takut dan... sesuatu yang lain. Haruskah ia menyesali semua upayanya untuk bebas dari Xyon? Atau justru bersyukur karena selama ini ada seseorang yang begitu gigih mengejarnya, melindunginya dengan cara yang mungkin tidak ia pahami?
Kereta berhenti di depan istana megah yang familiar. Xyon turun lebih dulu, lalu mengulurkan tangannya pada Xienna. "Selamat datang kembali di rumahmu," ucapnya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
Namun alih-alih membawanya masuk ke dalam istana, Xyon menuntunnya ke arah taman belakang. Langkah Xienna terhenti, matanya melebar takjub melihat pemandangan di hadapannya.
Sebuah rumah kaca megah berdiri anggun di tengah taman, dikelilingi berbagai tanaman merambat yang berbunga indah. Dinding-dinding kacanya berkilau ditimpa cahaya bulan, menciptakan pemandangan yang tampak bagaikan lukisan.
"Selama kau pergi," Xyon berbicara sambil membuka pintu kaca yang berat, "aku membangun ini untukmu."
Xienna melangkah masuk dengan ragu. Nafasnya tercekat melihat interior rumah kaca tersebut. Ratusan jenis bunga tertata rapi, menciptakan gradasi warna yang memukau. Mawar merah, lily putih, orchid ungu, dan berbagai bunga eksotis lainnya tumbuh subur dalam suhu yang terkontrol sempurna.
"Aku tahu kau selalu mencintai bunga," Xyon berdiri di belakang Xienna, tangannya perlahan melingkari pinggang gadis itu. "Dan aku ingin kau memiliki tempat di mana kau bisa merasa... bebas."
Air mata tanpa sadar mengalir di pipi Xienna. Benarkah ini Xyon yang sama dengan kaisar vampir yang kejam dan dingin itu? Yang rela membangun surga kecil ini untuknya?
Tapi sebagian dari dirinya berbisik skeptis - mungkinkah ini hanya sangkar emas lain? Cara halus Xyon untuk membuatnya betah dalam kurungannya?
"Kau tampak bimbang," Xyon berbisik di telinganya, membuat Xienna bergidik. "Apakah kau masih menganggapku sebagai monster yang mengurungmu?"
"Aku... tidak tahu," jawab Xienna jujur. "Semua ini... terlalu indah untuk dipercaya."
Xyon membalikkan tubuh Xienna, menghadapnya. Jemarinya yang dingin mengusap air mata di pipi gadis itu. "Mungkin aku memang monster," akunya. "Tapi aku adalah monster yang akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia - selama kau tetap di sisiku."
Xienna menatap mata merah itu, mencari kebohongan di dalamnya. Yang ia temukan hanyalah obsesi yang begitu dalam, bercampur dengan sesuatu yang mungkin bisa disebut... cinta?
"Kau boleh membenciku," lanjut Xyon, "tapi kau tak akan pernah bisa lepas dariku. Karena sejak awal, jiwa kita telah terikat oleh takdir yang tak terelakkan."
Di bawah atap kaca yang memantulkan cahaya bulan, di tengah ratusan bunga yang menjadi saksi bisu, Xienna akhirnya memahami - ia mungkin tak akan pernah bisa sepenuhnya membenci atau mencintai Xyon. Hubungan mereka terlalu rumit untuk didefinisikan, terlalu dalam untuk dipahami.
Dan mungkin, untuk saat ini, ia hanya perlu menerima bahwa takdirnya memang selalu terikat dengan sang kaisar vampir yang terobsesi ini - dalam sangkar emas yang setidaknya telah dihiasi dengan keindahan bunga-bunga yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...