Kereta kuda akhirnya memasuki gerbang utama Istana Vampir. Bulan masih menggantung tinggi di langit, menciptakan bayangan-bayangan elegan dari pilar-pilar marmer istana yang menjulang. Para penjaga membungkuk hormat saat Xyon turun dari kereta, masih dengan Xienna dalam gendongannya.
Biasanya, Xyon akan membawa Xienna ke kamarnya sendiri - kamar mewah dengan nuansa ungu dan emas yang telah dirancang khusus untuknya. Namun malam ini berbeda. Setelah beberapa saat memandangi wajah damai Xienna yang tertidur, Xyon memutuskan untuk membawanya ke kamarnya sendiri.
Kamar Xyon berada di menara tertinggi istana, tempat yang jarang dikunjungi siapapun kecuali dirinya sendiri. Berbeda dengan kamar-kamar lain di istana, kamar ini memiliki aura misterius yang khas. Dinding-dindingnya dihiasi ukiran kuno dalam bahasa vampir, sementara jendela-jendela tingginya tertutup tirai beludru hitam dengan sulaman perak.
Dengan sangat hati-hati, seolah menangani kristal yang sangat rapuh, Xyon membaringkan Xienna di ranjang besarnya. Sprei sutra hitam dengan bordiran perak menjadi latar yang sempurna untuk rambut keemasan Xienna yang tergerai.
"Sebentar," bisik Xyon, meski tahu Xienna tidak akan mendengarnya. Ia bergerak cepat mengambil gaun tidur sutra dari lemarinya - gaun yang selama ini ia simpan untuk Xienna, meski belum pernah berani memberikannya.
Dengan kelembutan yang tidak akan dipercaya siapapun bisa dimiliki oleh seorang vampir, Xyon mengganti gaun pesta Xienna dengan gaun tidur itu. Matanya tetap terpejam sepanjang proses, menghormati privasi kekasihnya. Setelah selesai, ia menyelimuti Xienna dengan selimut beludru tebal.
Xyon duduk di tepi ranjang, mengagumi bagaimana cahaya bulan yang menembus celah tirai membuat kulit Xienna tampak bercahaya. Tangannya terulur, membelai lembut pipi Xienna yang merona dalam tidurnya.
"Mungkin aku bisa membacakan sesuatu untukmu," gumamnya, teringat koleksi buku-buku tua di rak dekat perapian kamarnya.
Xyon memilih sebuah buku dongeng kuno - kisah tentang seorang putri yang kehilangan suaranya namun menemukan cinta sejati. Ironis bagaimana kisah itu mirip dengan kisah mereka sendiri.
"Pada zaman dahulu kala," Xyon mulai membaca dengan suara lembut, "hiduplah seorang putri yang memiliki suara seindah nyanyian burung..."
Ia terus membaca, sesekali melirik wajah tidur Xienna. Kadang ia berhenti sejenak untuk menjelaskan bagian-bagian tertentu, seolah Xienna bisa mendengarnya.
"Lihat, sayang," bisiknya di satu bagian, "sang putri juga menemukan cara berkomunikasi dengan isyarat, sepertimu. Dia sangat berani, sepertimu juga."
Waktu berlalu tanpa terasa. Mata Xyon mulai terasa berat saat ia mencapai bagian akhir cerita. Buku itu tergelincir dari tangannya, jatuh dengan lembut ke karpet tebal di bawah ranjang.
"Mungkin... sebentar saja..." gumamnya, berbaring di samping Xienna. Aroma mawar dan vanilla dari tubuh kekasihnya memenuhi inderanya, membuatnya merasa damai.
Namun bahkan dalam tidur singkatnya, Xyon tetap waspada. Tepat sebelum fajar menyingsing, matanya terbuka. Ia tersenyum melihat Xienna yang masih terlelap, sebelum mengecup lembut keningnya dan beranjak dari ranjang.
"Saatnya menyiapkan kejutan lain," bisiknya, melangkah menuju dapur istana.
Para koki istana terkejut melihat Kaisar mereka muncul di dapur sepagi ini. Namun Xyon mengabaikan keterkejutan mereka dan mulai menyiapkan sarapan special untuk Xienna.
"Yang Mulia," salah satu koki memberanikan diri bertanya, "bolehkah kami membantu?"
Xyon menggeleng sambil tersenyum. "Tidak perlu. Aku ingin membuatnya sendiri."
Dengan ketelitian yang sama seperti saat ia mengurus urusan kerajaan, Xyon mulai memasak. Ia memilih bahan-bahan terbaik - roti yang baru dipanggang, telur dari ayam pilihan, dan buah-buahan segar dari kebun istana. Ia bahkan membuat teh herbal khusus dengan campuran bunga mawar dan madu - minuman favorit Xienna.
"Semoga dia menyukainya," gumam Xyon, menata makanan di atas nampan perak dengan hiasan bunga segar.
Fajar mulai merekah di ufuk timur saat Xyon menyelesaikan persiapannya. Saatnya membangunkan putri tidurnya dengan kejutan manis di pagi hari.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
Storie d'amorePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...