Bab 185 : Mimpi Indah

5 0 0
                                    

Langit mulai menggelap ketika Aaron melangkah memasuki apartemen mewahnya, masih dengan Xienna dalam gendongannya. Gadis itu sudah berhenti meronta sejak tadi, hanya sesekali berbisik malu meminta diturunkan.

"A-aaron," Xienna mencoba berbicara saat mereka melewati ruang tamu yang temaram. "Aku bisa jalan sendiri..."

"Sssh," Aaron mengabaikan permintaannya, terus melangkah ke kamar utama. "Diam dan biarkan aku menggendongmu, sayang."

Xienna hanya bisa menunduk dengan wajah merah padam. Entah kenapa, suara rendah Aaron selalu berhasil membuatnya patuh.

Dengan gerakan lembut namun possesif, Aaron membaringkan Xienna di atas ranjang king size-nya. Sprei sutra putih bergemerisik pelan menyambut tubuh mungil gadis itu.

"Kau pasti lelah," Aaron mengusap pipi Xienna yang masih merona. "Tunggu sebentar."

Xienna mengamati punggung Aaron yang menghilang ke arah dapur. Jantungnya berdebar kencang, antara gugup dan... sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan.

Aaron kembali membawa segelas air mineral. "Minumlah dulu."

"Te-terima kasih..." Xienna menerima gelas itu dengan tangan sedikit gemetar. Dia memang haus setelah 'drama' tadi.

Tanpa curiga, Xienna meminum air pemberian Aaron sampai habis. Tidak menyadari senyum penuh arti di balik topeng perak pria itu.

"Gadis baik," Aaron mengambil gelas kosong dari tangan Xienna, meletakkannya di nakas.

Perlahan, Aaron duduk di tepi ranjang. Matanya yang merah menatap intens ke arah Xienna yang mulai merasa mengantuk.

"Kau tahu," Aaron berbisik, jemarinya membelai lembut rambut Xienna. "Kau sangat menggemaskan saat mencoba kabur tadi."

"A-aku tidak..." Xienna mencoba membantah, tapi kepalanya terasa berat.

"Sssh," Aaron mendekatkan wajahnya. "Tapi kau tidak bisa lari dariku, istri tersayangku."

"Hmm..." mata Xienna semakin sulit terbuka. Kantuk yang tidak wajar mulai menguasainya.

"Kau milikku," Aaron berbisik tepat di telinga Xienna. "Dan akan kubuat semua orang tahu itu."

Tanpa peringatan, Aaron mengecup leher Xienna dengan lembut. Sekali, dua kali, meninggalkan jejak kemerahan yang kontras dengan kulit putihnya.

"Aa...ron..." Xienna bergumam lemah, sudah setengah tertidur karena efek obat penenang dalam minumannya.

"Mimpi indah, sayang ku," Aaron mengecup kening Xienna yang akhirnya terlelap. "Mimpikan aku."

Aaron mengamati wajah damai Xienna yang tertidur. Tangannya tidak berhenti membelai rambut gadis itu.

"Kau sangat cantik saat tidur," dia berbisik possesif. "Dan kau hanya boleh seperti ini denganku."

Keesokan paginya...

"KYAAAAA!"

Jeritan histeris Kathy memecah keheningan kelas pagi itu. Xienna yang baru saja masuk langsung terlonjak kaget.

"A-ada apa?" dia bertanya bingung, masih mengantuk karena efek obat semalam.

"ITU!" Emily praktis melompat dari kursinya, menunjuk leher Xienna. "Ya ampun, Xienna!"

"Apa?" Xienna refleks meraba lehernya. "Ada apa dengan—"

"Lihat ini!" Rose cepat-cepat mengeluarkan cermin lipat dari tasnya.

Mata Xienna melebar shock melihat pantulan di cermin. Beberapa bekas kemerahan terlihat jelas di leher jenjangnya.

"I-ini..." wajahnya langsung merah padam. "Ba-bagaimana bisa..."

"KYAAAA!" teman-temannya menjerit bersamaan.

"Tuan Wintergale yang melakukannya ya?"
"Astaga! Kalian sudah sejauh itu?"
"Ya ampun, romantis sekali!"
"Pasti semalam kalian..."

"Ti-tidak!" Xienna panik menutupi lehernya. "A-aku bahkan tidak ingat! Kami tidak..."

Ponselnya bergetar, memotong bantahannya. Pesan dari Aaron:

"Pagi, istriku tersayang ♥️ Tidur nyenyak semalam? Kau sangat menggemaskan saat tertidur di pelukanku. Btw, scarfmu ketinggalan di apartemenku... atau mungkin kau sengaja tidak membawanya? 😉"

Wajah Xienna semakin merah membaca pesan itu. Dia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi semalam!

"Li-lihat! Dia dapat pesan dari Tuan Wintergale!"
"Apa isinya? Apa isinya?"
"Kyaa! Pasti sesuatu yang romantis!"

"Bu-bukan apa-apa!" Xienna cepat-cepat menyimpan ponselnya, tapi teman-temannya sudah terlanjur melihat rona merah di wajahnya.

"Aww, lihat wajahnya!"
"Pasti sesuatu terjadi semalam~"
"Ceritakan dong!"

'Aaron...' Xienna mengerang dalam hati, masih mencoba menutupi lehernya yang penuh 'tanda'. 'Apa yang sudah kau lakukan?'

Di kantornya, Aaron tersenyum puas membayangkan reaksi Xienna pagi ini. Dia bisa membayangkan wajah panik gadis itu saat menyadari 'tanda kepemilikan' darinya.

"Sekarang semua orang tahu," Aaron berbisik pada foto Xienna di ponselnya. "Bahwa kau milikku, dear."

Senyumnya semakin lebar membayangkan gosip yang pasti sudah menyebar di St. Catherine. Rencananya berjalan sempurna - semakin banyak 'bukti' hubungan mereka, semakin sulit Xienna lepas darinya.

"Segera," Aaron mengusap foto itu dengan possesif. "Kamu akan menjadi milikku sepenuhnya."

Di sudut kelas, Nathan mengepalkan tangannya geram melihat 'tanda' di leher Xienna. Dia tahu persis apa yang Aaron lakukan - mengklaim Xienna secara terang-terangan, membuat semua orang mendukung hubungan mereka yang tidak sehat.

'Tunggu saja, Wintergale,' Nathan menggenggam ponselnya erat. 'Aku akan membongkar semua kebusukanmu.'

Tapi untuk saat ini, yang bisa dia lakukan hanya menatap nanar Xienna yang tenggelam dalam kerumunan teman-temannya, wajahnya semerah tomat saat mereka terus menggodanya tentang 'malam romantis' dengan CEO muda yang telah menjeratnya begitu dalam.

Sementara itu, gosip tentang Xienna dan Aaron semakin memanas. Para siswa berbisik-bisik penuh antusias setiap kali melihat 'bukti' baru hubungan mereka.

"Lihat tandanya!"
"Mereka pasti akan segera menikah!"
"Xienna sangat beruntung!"
"Pasangan sempurna!"

Dan Aaron... dia hanya tersenyum puas di balik topeng peraknya, menikmati setiap langkah rencananya yang berjalan mulus.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang