Sinar matahari pagi mulai merayap masuk melalui celah-celah tirai beludru hitam, menciptakan pola-pola keemasan yang menari di lantai kamar. Xyon berdiri di samping ranjang, memandangi wajah damai Xienna yang masih terlelap. Gaun tidur sutra berwarna lavender yang dikenakannya berkilau lembut tertimpa cahaya pagi.
"Sayang," bisik Xyon lembut, jemarinya membelai pipi Xienna dengan sentuhan selembut bulu. "Sudah pagi."
Xienna menggeliat pelan dalam tidurnya, kelopak matanya perlahan terbuka. Untuk sesaat, ia tampak bingung melihat langit-langit asing di atasnya - ukiran-ukiran kuno dalam bahasa vampir yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadaran. Ketika pandangannya mulai fokus, ia menyadari bahwa kamar ini sangat berbeda dari kamarnya. Dinding-dinding gelap dengan ukiran misterius, perabot antik yang tampak berusia ratusan tahun, dan aroma maskulin yang khas - campuran antara kayu cedar dan mint yang selalu ia asociasikan dengan Xyon.
Tangan Xienna bergerak cepat membentuk isyarat, 'Dimana kita?' Matanya melebar, mencoba memahami situasi.
Xyon tersenyum lembut, duduk di tepi ranjang. "Di kamarku, sayang."
Wajah Xienna seketika merona merah. Kamar Xyon? Kamar pribadi sang Kaisar Vampir yang terkenal tidak boleh dimasuki siapapun? Ia pernah mendengar dari para pelayan bahwa bahkan para petinggi kerajaan pun tidak pernah diizinkan menginjakkan kaki di ruangan pribadi ini.
'Tapi... bukankah tidak ada yang boleh masuk ke kamarmu?' tangan Xienna bergerak membentuk isyarat dengan gugup.
"Memang," Xyon mengangguk, jemarinya memainkan helaian rambut keemasan Xienna. "Tidak ada yang boleh masuk ke kamar ini..." ia memberi jeda dramatis, "...kecuali kau."
Rona merah di wajah Xienna semakin pekat. Xyon selalu tahu cara membuatnya tersipu.
"Dan aku punya kejutan untukmu," tambah Xyon dengan senyum misterius.
'Kejutan?' Xienna memiringkan kepalanya penasaran. 'Kejutan apa?'
"Tutup matamu," perintah Xyon lembut.
Xienna menurut, menutup matanya meski jantungnya berdebar penasaran. Ia bisa mendengar suara langkah Xyon menjauh, lalu kembali mendekatinya. Aroma lezat makanan mulai menggelitik hidungnya.
"Buka matamu."
Ketika Xienna membuka mata, pemandangan di hadapannya membuatnya terpana. Di atas nampan perak yang diletakkan di pangkuannya, tersaji sarapan yang tampak luar biasa menggiurkan - roti panggang dengan mentega dan madu, telur mata sapi yang sempurna, bacon renyah, dan buah-buahan segar yang ditata artistik. Secangkir teh herbal mengepul di samping piring, menguarkan aroma mawar dan madu yang menenangkan.
'Kau... yang membuatnya?' tanya Xienna tidak percaya.
"Tentu saja," Xyon tersenyum bangga. "Khusus untukmu."
Air mata haru menggenang di mata Xienna. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya ia membayangkan sang Kaisar Vampir akan memasak untuknya.
Dengan penuh semangat, Xienna mulai mencicipi makanannya. Setiap suapan membuatnya semakin takjub - masakan Xyon ternyata benar-benar lezat. Ia menghabiskan semuanya tanpa tersisa.
Xyon mengamati dengan puas saat Xienna menghabiskan makanannya. "Sepertinya kau menyukainya," godanya. "Atau mungkin kau hanya lapar karena terlalu lelah setelah... bermalam di kamarku?"
Wajah Xienna kembali memerah. Tangannya bergerak cepat membentuk isyarat protes, tapi Xyon menangkapnya dan mengecup jemarinya lembut.
"Kau tahu," bisik Xyon, matanya berkilat jenaka, "kau sangat menggemaskan saat tidur. Terutama saat kau memeluk bantalku dan tersenyum dalam tidurmu."
'Xyon!' Xienna berusaha menarik tangannya, wajahnya semerah tomat sekarang.
"Dan kau tahu apa yang lebih menggemaskan?" Xyon mendekatkan wajahnya. "Kau mengigau dalam tidurmu... dengan isyarat tangan."
Xienna membeku. Ia? Mengigau dengan isyarat tangan?
"Mmhm," Xyon mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Dan kau tahu apa yang kau isyaratkan?"
Xienna menggeleng pelan, antara penasaran dan takut mendengar jawabannya.
"Kau terus-menerus membentuk kata 'Xyon' dan 'cinta'," bisik Xyon tepat di telinga Xienna. "Berulang-ulang."
Xienna seketika membenamkan wajahnya ke bantal, tidak sanggup menanggung rasa malu. Xyon tertawa kecil, menarik Xienna ke dalam pelukannya.
"Jangan malu, sayang," bisiknya lembut. "Aku juga mencintaimu. Sangat."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...