Aula utama istana vampir dipenuhi oleh para penghuni istana. Semua mata tertuju pada sosok Lady Morgana yang berlutut di tengah ruangan, dikelilingi oleh pengawal kerajaan. Wajahnya yang biasanya angkuh kini pucat pasi, namun masih tersisa kilatan kebencian di matanya.
"Lady Morgana," suara Xyon menggelegar memenuhi ruangan. "Kau telah terbukti bersalah atas percobaan pembunuhan terhadap Xienna melalui racun yang kau berikan secara diam-diam dalam makanannya."
Victoria, yang berdiri gemetar di sudut ruangan, telah mengakui semuanya. Bagaimana Lady Morgana meracik racun khusus, bagaimana ia mengatur para pelayan untuk memasukkan racun itu ke dalam setiap makanan Xienna, dan bagaimana obsesinya terhadap Xyon telah membutakan hatinya.
"Yang Mulia," Elara tiba-tiba menerobos masuk ke aula dengan wajah panik. "Nona Xienna... kondisinya kritis!"
Xyon membeku. Jantungnya seolah berhenti berdetak.
Lady Morgana tertawa lemah. "Sudah terlambat, Yang Mulia. Racun terakhir yang kuberikan padanya kemarin... adalah yang terkuat. Bahkan jika kau membunuhku sekarang, dia tetap tidak akan selamat."
"KAU!" Xyon mencengkeram leher Lady Morgana, matanya berubah merah darah. "Berikan penawarnya!"
"Tidak ada penawar," Lady Morgana tersenyum puas meski tercekik. "Aku memastikan tidak ada jalan kembali. Jika aku tidak bisa memilikimu, maka dia juga tidak akan pernah bisa..."
CRASH!
Dalam satu gerakan cepat, Xyon mencabut jantung Lady Morgana. Tubuh vampir wanita itu langsung berubah menjadi abu, terbang tertiup angin dari jendela-jendela tinggi aula.
Tanpa membuang waktu, Xyon bergegas ke kamar Xienna. Di sana, gadis yang dicintainya terbaring dengan nafas tersengal. Kulitnya yang pucat kini membiru, dan dari sudut bibirnya mengalir cairan hitam.
"Tidak... tidak... TIDAK!" Xyon berlutut di samping ranjang, menggenggam tangan Xienna yang terasa dingin. "Kumohon, bertahanlah sayang."
Xienna membuka matanya perlahan, tersenyum lemah melihat Xyon. Ia mencoba berbicara, namun yang keluar hanya erangan kesakitan.
"Elara! Lakukan sesuatu!" teriak Xyon putus asa.
Elara yang berdiri di samping mereka menggeleng sedih. "Racun ini... terlalu kuat, Yang Mulia. Sudah menyebar ke seluruh tubuhnya."
"Xi-xyon..." Xienna akhirnya berhasil berbisik. "Ma-maaf..."
"Tidak, jangan minta maaf. Ini semua salahku. Aku yang tidak bisa melindungimu," air mata darah mengalir di pipi Xyon.
"A-aku... mencintaimu..." Xienna mengangkat tangannya yang gemetar, menyentuh pipi Xyon.
"Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu," Xyon menggenggam tangan itu erat. "Karena itu kumohon, jangan tinggalkan aku..."
Tapi takdir berkata lain. Perlahan, cahaya di mata Xienna mulai meredup. Tangannya yang dalam genggaman Xyon mulai melemas.
"Tidak... tidak... XIENNA!"
Teriakan pilu Xyon menggema di seluruh istana. Para pelayan yang berkumpul di luar kamar menunduk sedih. Bahkan langit pun seolah ikut berduka, menurunkan hujan deras yang mengguyur istana.
Di dalam kamar, Xyon memeluk tubuh kaku Xienna, terisak dalam kesedihan yang tak terbendung. Racun Lady Morgana telah berhasil memisahkan mereka selamanya. Cinta yang begitu indah, harus berakhir karena api cemburu yang membakar hati seorang vampir yang terobsesi.
Malam itu, istana vampir diliputi duka yang mendalam. Sang Kaisar telah kehilangan belahan jiwanya, dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengembalikan apa yang telah direnggut darinya.
Di tengah hujan yang turun, abu Lady Morgana berterbangan di udara, menjadi saksi bisu dari tragedi yang disebabkan oleh obsesinya sendiri. Sementara Xyon, harus belajar hidup dengan lubang menganga di hatinya, kehilangan yang tak akan pernah bisa diobati oleh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...