Bab 105 : Pencarian Keputusasaan

6 0 0
                                    

Kembali ke istana, Xyon memanggil Phoenix salju miliknya - makhluk magis yang mampu melacak jejak siapapun dalam radius puluhan mil.

"Temukan dia," perintah Xyon, suaranya bergetar menahan emosi. Phoenix itu mengepakkan sayap emasnya yang berkilau, terbang menembus kegelapan malam.

Sambil menunggu, pikiran-pikiran buruk berkecamuk di benak Xyon. Bayangan Xienna terluka, ketakutan, atau lebih buruk lagi... Tidak, ia menggelengkan kepala kuat-kuat. Ia tak boleh berpikir seperti itu.

Tiba-tiba Phoenix kembali, mengeluarkan suara melengking yang memilukan. Burung itu telah menemukan sesuatu.

Xyon dan Callum bergegas mengikuti Phoenix menuju tebing di Hutan Gelap. Dari kejauhan, mereka melihat puing-puing kereta kuda yang hancur. Hati Xyon mencelos.

"Callum," suara Xyon tercekat. "Periksa... siapa yang ada di dalam."

Callum mendekati kereta dengan hati-hati. Membuka pintu yang hampir lepas, ia melihat sosok yang tergeletak tak bergerak di antara serpihan kayu.

"Yang Mulia..." Callum berbisik gemetar. "Ini... ini Nona Xienna."

Dalam sekejap mata, Xyon sudah berada di sana. Dengan tangan bergetar, ia menyingkirkan puing-puing yang menimpa tubuh kekasihnya. Xienna terbaring dengan wajah pucat pasi, darah mengalir dari luka di kepalanya, membasahi gaun lavendernya yang kini ternoda.

"Xienna..." Xyon memanggil lirih, mengangkat tubuh dingin kekasihnya ke dalam pelukannya. "Sayang, bangunlah..."

Tak ada respon. Tak ada gerakan. Bahkan detak jantung yang biasanya bisa ia dengar dengan jelas kini tak terdeteksi.

"Tidak... tidak, tidak, TIDAK!" Xyon mengeratkan pelukannya, air mata darah mulai mengalir di pipinya. "Kumohon, Xienna... Jangan tinggalkan aku..."

Callum hanya bisa menyaksikan dengan hati teriris saat Kaisarnya, penguasa yang ditakuti seluruh kerajaan, kini terisak sembari memeluk tubuh kekasihnya yang tak bernyawa.

"Yang Mulia..." Callum mencoba bicara. "Kita harus membawanya ke istana..."

Xyon seolah tak mendengar. Matanya terpaku pada wajah Xienna yang tampak damai, seolah tertidur. Namun dinginnya kulit Xienna mengatakan hal yang berbeda.

"Aku berjanji..." Xyon berbisik di telinga Xienna, suaranya penuh amarah dan kesedihan. "Siapapun yang melakukan ini padamu... akan membayar dengan nyawa mereka."

Langit malam seolah ikut berduka. Awan hitam bergulung-gulung, petir menyambar-nyambar, seolah mencerminkan amarah sang Kaisar Vampir yang kehilangan belahan jiwanya.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang