Di kamar Xienna, cahaya biru yang menyelimuti tubuhnya tiba-tiba berdenyut kuat. Dr. Mortimer yang sedang memeriksa kondisinya tersentak.
"Para pelayan! Panggil semua tabib dan penyihir! Waktunya sudah tiba!" serunya panik. Xienna akan melahirkan, tapi Xyon belum kembali dengan Air Mata Phoenix.
Para tabib, penyihir, dan dukun segera berkumpul. Mereka membentuk lingkaran di sekeliling tempat tidur Xienna, merapalkan mantra-mantra kuno. Kristal-kristal penyalur energi kehidupan berpendar merah menyala.
"Kita tidak bisa menunggu Yang Mulia lebih lama," ucap Dr. Mortimer tegas. "Kita harus memulai ritual sekarang."
Madam Rosaria, penyihir tertua, meletakkan kristal terakhir. "Tanpa Air Mata Phoenix, kita harus menggunakan cara yang lebih berisiko. Kita akan membuka portal dimensi kehidupan dan kematian."
Para penyihir mulai bernyanyi dalam bahasa kuno. Cahaya dari kristal-kristal semakin terang, menciptakan kubah energi yang menyelimuti tubuh Xienna. Di luar, badai mengamuk semakin keras, petir menyambar-nyambar.
"Denyut kehidupan dalam perutnya semakin kuat!" seru salah satu tabib.
Dr. Mortimer menggenggam tangan Xienna. "Bertahanlah, Yang Mulia. Raja Xyon akan segera kembali."
Tiba-tiba, pintu kamar terbanting terbuka. Xyon muncul, pakaiannya compang-camping terkoyak badai, tapi tangannya menggenggam erat sebuah botol kristal berisi cairan keemasan.
"Air Mata Phoenix!" serunya, bergegas ke sisi Xienna.
"Tepat waktu, Yang Mulia!" Dr. Mortimer menerima botol itu dengan tangan gemetar. "Ritual sudah dimulai!"
Xyon menggenggam tangan Xienna erat. "Aku di sini, sayangku. Aku kembali seperti janjiku."
Dr. Mortimer menuangkan Air Mata Phoenix ke bibir Xienna sementara para penyihir memperkuat mantra mereka. Cahaya keemasan menyatu dengan pendar biru di tubuh Xienna.
"Lihat!" seru Madam Rosaria. "Jantungnya... mulai berdetak lebih kuat!"
Warna mulai kembali ke wajah pucat Xienna. Bibirnya yang tadinya biru perlahan memerah. Dan kemudian...
Matanya perlahan terbuka.
"X-Xyon..." bisiknya lemah.
Air mata darah mengalir deras di pipi Xyon. "Xienna... kau kembali..."
Tapi tidak ada waktu untuk reuni. Xienna mengerang kesakitan - proses persalinan sudah dimulai.
"Bertahanlah, Yang Mulia!" seru Dr. Mortimer. "Bayi Anda sudah siap lahir!"
Selama berjam-jam, Xienna berjuang. Xyon tidak melepaskan genggamannya, membisikkan kata-kata penyemangat. Para penyihir terus memperkuat sihir mereka, memastikan Xienna memiliki cukup energi.
Dan akhirnya...
Tangisan pertama memecah keheningan malam, menandai berakhirnya perjuangan panjang mereka. Dr. Mortimer mengangkat seorang bayi laki-laki dengan takjub - rambutnya yang perak berkilau di bawah cahaya bulan, matanya merah menyala persis seperti Xyon.
"Seorang pangeran," ucap Dr. Mortimer dengan suara bergetar. "Dan dia... dia benar-benar duplikat Anda, Yang Mulia."
Xyon menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Bayi itu memiliki semua fitur fisiknya - dari rambut perak yang sudah terlihat lebat sejak lahir, mata merah yang bersinar penuh kehidupan, hingga garis wajah yang akan tumbuh menjadi serupa dengannya. Namun ada kelembutan dalam tatapannya yang mengingatkan Xyon pada Xienna.
"Dia sempurna," bisik Xienna lemah namun bahagia, mengulurkan tangannya untuk menyentuh putra mereka. "Sepertimu, Xyon..."
Dr. Mortimer dengan hati-hati menyerahkan bayi itu ke pelukan Xienna. Xyon duduk di sisi mereka, satu tangannya merangkul Xienna sementara yang lain membelai lembut kepala putranya.
"Lihat rambutnya," Xienna tersenyum, jemarinya menyentuh helaian perak yang berkilau. "Persis seperti salju di musim dingin."
"Dan matanya," tambah Xyon, terpesona saat putranya menatap balik padanya dengan mata merah yang identik. "Merah seperti bulan purnama."
Para penyihir dan tabib mulai mundur perlahan, memberikan privasi pada keluarga kecil yang baru terbentuk ini. Madam Rosaria berbisik pelan sebelum keluar, "Anak ini diberkati dengan kekuatan besar. Dia adalah bukti hidup bahwa cinta bisa mengalahkan kematian itu sendiri."
Xienna menatap Xyon dengan mata berkaca-kaca. "Apa yang akan kita namai dia?"
Xyon terdiam sejenak, memandang putranya yang kini tertidur lelap. "Axel," ucapnya akhirnya. "Axel Luminaris von Crimsonblade. Karena dia adalah cahaya yang membawamu kembali padaku."
"Axel," ulang Xienna lembut, mencium kening putranya. "Pangeran kecil kami..."
Di luar, badai telah benar-benar reda. Bulan purnama bersinar terang, seolah memberkati kelahiran pangeran kecil ini. Para peri taman menari-nari di sekitar jendela, cahaya mereka menciptakan aurora indah di langit malam.
"Dia akan menjadi pewaris yang hebat," kata Xyon, matanya tidak lepas dari putranya. "Memiliki kekuatan dari dua dunia - kehidupan dan kematian."
Xienna mengangguk lemah. "Dan cinta kita akan selalu melindunginya."
"Seperti dia telah membawamu kembali padaku," Xyon mencium kening Xienna dengan lembut.
Malam itu, di bawah sinar bulan purnama, keluarga kecil itu bersama dalam pelukan hangat. Axel, pangeran kecil yang lahir dari keajaiban cinta, tertidur lelap dalam dekapan orangtuanya. Rambutnya yang perak berkilau lembut, matanya yang merah sesekali berkedip dalam tidurnya, seolah bermimpi tentang takdir besar yang menantinya.
Dan di sudut kamar, kristal-kristal penyalur energi kehidupan masih berpendar lembut, menjadi saksi bisu kelahiran ajaib ini - kelahiran seorang pangeran yang akan mengukir legendanya sendiri, melanjutkan kisah cinta abadi kedua orangtuanya.
Xyon dan Xienna saling berpandangan, tersenyum bahagia. Dalam pelukan mereka, Axel kecil menggeliat pelan, tangannya yang mungil menggenggam jari Xyon erat. Sebuah awal baru telah dimulai - kisah keluarga vampir yang telah mengalahkan kematian itu sendiri demi cinta mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...