Bab 188 : Tidak Sekolah?!!

9 1 0
                                    

Sinar matahari pagi mengintip malu-malu dari balik tirai kamar. Xienna masih terlelap pulas di ranjang, wajahnya damai meski sedikit lelah setelah 'hukuman' dari Aaron semalam.

Sementara itu, Aaron yang sudah bangun sejak subuh, mengamati wajah tidur Xienna dengan senyum possesif. Jemarinya dengan lembut menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu.

"Seperti malaikat," dia berbisik pelan, tidak ingin membangunkan 'istri kecilnya'.

Setelah memastikan Xienna masih tidur nyenyak, Aaron beranjak dari ranjang dan mulai menulis surat:

"Untuk istriku tersayang,

Jangan khawatir soal sekolah hari ini. Aku sudah mengurus semuanya - kau sedang 'sakit', ingat? 😉

Istirahatlah yang cukup. Ada sup hangat di dapur dan obat di nakas. Jangan lupa minum vitaminmu ya, dear. Aku ingin kau cepat 'sembuh'.

Ah, dan soal semalam... kau sangat menggemaskan saat 'dihukum'. Mungkin aku harus lebih sering menghukummu seperti itu?

With possessive love,
Your husband ♥️

P.S: Jangan coba-coba kabur lagi. Kau tahu aku akan selalu menemukanmu."

Aaron tersenyum puas membaca ulang suratnya. Dia meletakkan kertas itu di nakas, tepat di samping obat dan segelas air.

"Sweet dreams, my dear wife," dia mengecup kening Xienna sebelum berangkat ke kantor.

Beberapa jam kemudian...

"Ngh..." Xienna menggeliat pelan, perlahan membuka matanya.

"JAM BERAPA INI?!" dia terlonjak panik melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi.

"A-aku terlambat! Aku harus-" Xienna berhenti saat merasakan kehangatan yang masih tersisa di sisi ranjang sebelahnya.

'Tunggu...' wajahnya langsung merah padam. 'Jangan-jangan... Aaron tidur di sini semalam?'

Bayangan Aaron yang memeluknya sepanjang malam membuat jantung Xienna berdebar kencang.

"Ti-tidak mungkin!" dia menggeleng keras, mencoba mengusir pikiran itu.

Matanya kemudian menangkap selembar kertas di nakas. Surat dari Aaron.

Wajah Xienna semakin merah membaca isinya. Terutama bagian tentang 'hukuman' semalam...

"Aaron si idiot!" dia menjerit malu, membenamkan wajahnya ke bantal.

Ponselnya berdering. Pesan dari teman-temannya:

"Xienna! Kau sakit?"
"Tuan Wintergale yang memberitahu sekolah!"
"Kyaa! Dia pasti merawatmu semalaman!"
"Ceritakan pada kami besok ya!"

'Merawat apanya...' Xienna menggerutu dalam hati, mengingat 'hukuman' semalam.

Tapi entah kenapa, ada perasaan hangat yang menggelitik hatinya. Aroma maskulin Aaron masih tertinggal di bantal, membuatnya tanpa sadar tersenyum kecil.

Di Wintergale Corp, Aaron tersenyum di tengah rapat penting, membayangkan reaksi Xienna membaca suratnya.

"And then-" presenter di depan berhenti. "Tuan Wintergale? Anda tersenyum?"

"Ah," Aaron berdeham, memperbaiki ekspresinya. "Lanjutkan."

Tapi pikirannya masih melayang pada Xienna. Pada wajah merahnya saat 'dihukum', pada erangan malunya, pada tubuh mungilnya yang pas dalam pelukannya...

'Kurasa,' Aaron membatin puas. 'Aku harus lebih sering menghukumnya seperti itu.'

Di apartemen, Xienna yang masih berbaring di ranjang, tiba-tiba merinding.

"Kenapa..." dia bergumam bingung. "Aku punya firasat buruk ya?"

Tapi untuk saat ini, yang bisa dia lakukan hanya meminum obat dan vitaminnya dengan patuh. Karena dia tahu, Aaron pasti akan 'menghukumnya' lagi kalau tidak menurut.

'Dasar possessive CEO,' Xienna menghela napas pasrah.

Tapi senyum kecil tetap tersungging di bibirnya saat mencium aroma Aaron yang masih tertinggal di bantal.

Langit sudah menggelap ketika Aaron kembali ke apartemen. Dia tersenyum melihat Xienna yang masih terbaring lemah di ranjang, matanya berkantung seperti panda.

"Baiklah, baiklah," Aaron melonggarkan dasinya, melangkah mendekati ranjang. "Bagaimana keadaan pasienku hari ini?"

"A-aku baik-baik saja," Xienna menjawab pelan, mencoba bangkit.

"Oh?" Aaron duduk di tepi ranjang, mengamati wajah lelah Xienna. "Tapi kenapa istriku terlihat begitu lesu, hmm?"

"Ti-tidak apa-apa!" Xienna menggeleng cepat, menghindari tatapan menggoda Aaron.

"Jangan-jangan..." Aaron mendekatkan wajahnya, berbisik jahil. "Kau tidak bisa hidup tanpa dokter pribadimu ini?"

"A-apa?" wajah Xienna langsung memerah. "Te-tentu saja tidak!"

"Benarkah?" Aaron menyeringai di balik topengnya. "Padahal aku sudah siap memberikan... 'pengobatan khusus'."

"Pe-pengobatan apa?" Xienna bertanya was-was.

"Hmm, mari kita lihat," Aaron menghitung dengan jarinya. "Makanan hangat, vitamin... dan tentu saja," dia mendekatkan bibirnya ke telinga Xienna. "Menidurkanmu dengan 'cara dokter'~"

"A-AARON!" Xienna refleks mendorong dada Aaron, wajahnya semerah tomat. "A-aku sudah sembuh!"

"Begitukah?" Aaron menangkap tangan Xienna yang mendorongnya. "Kalau begitu... biarkan doktermu ini memeriksamu dulu~"

"Ti-tidak perlu!" Xienna mencoba menarik tangannya. "A-aku benar-benar sudah-"

"Sssh," Aaron meletakkan telunjuknya di bibir Xienna. "Pasien yang baik harus menurut pada dokternya, dear."

"Ta-tapi..."

"Tidak ada tapi," Aaron mendorong lembut bahu Xienna hingga dia berbaring. "Now, let me examine you properly~"

"A-aaron!" Xienna panik saat Aaron semakin mendekat. "Ja-jangan..."

"Sudah terlambat, sayang," Aaron berbisik seduktif. "Dokter datang~"

Jemari Aaron mulai menyentuh kening Xienna, turun ke pipinya yang merona, lalu ke lehernya yang masih ada bekas semalam...

"Hmm," Aaron bergumam puas. "Sepertinya pasienku butuh... 'perawatan intensif'."

"Ti-tidak!" Xienna menggeleng panik. "A-aku sudah sembuh! Sungguh!"

"Oh?" Aaron menyeringai. "Tapi wajahmu sangat merah, sayang. Kau pasti masih demam~"

"I-ini karena kau yang-mmph!"

Aaron membungkam protes Xienna dengan jarinya. "Sssh. Biarkan doktermu bekerja."

"A-aaron..." Xienna menatap memohon dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan khawatir," Aaron tersenyum possesif. "Aku akan menjagamu dengan baik~"

Di luar apartemen, bulan bersinar terang menyaksikan 'pemeriksaan' seorang dokter pada pasien spesialnya.

Dan Xienna? Dia hanya bisa pasrah menerima 'pengobatan' dari dokter pribadinya yang possesif.

Xienna membatin di tengah 'pemeriksaan'. 'Jangan pernah bilang sudah sembuh pada Dokter Aaron!'

Sementara Aaron semakin menikmati perannya sebagai dokter yang merawat 'pasien istimewanya'.

"Pasien ku tersayang," dia berbisik possesif. "Kamu milikku untuk kali ini~"

Dan malam itu, 'pengobatan intensif' kembali berlangsung di apartemen mewah itu. Membuat Xienna berpikir ulang untuk pura-pura sakit lagi di masa depan.

Tapi melihat senyum bahagia di balik topeng Aaron... mungkin tidak ada salahnya sesekali menjadi 'pasien' untuk dokter pribadinya ini.

'Dasar CEO possesif,' Xienna tersenyum kecil dalam hati. 'Tapi... aku mulai terbiasa dengan semua ini.'

Dan Aaron? Dia hanya semakin possesif melihat senyum manis 'pasiennya'.

"Bersiap, sayang," dia berbisik menggoda. "Perawatanmu baru saja dimulai~"

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang