Bab 124 : Nasihat Dan Pesan Dari Ibunda

1 0 0
                                    

Phoenix melayang anggun mendekati Axel, mata safirnya memancarkan kebijaksanaan ribuan tahun. "Kau tahu, Pangeran Muda, ada sesuatu yang selalu ingin kukatakan padamu."

Axel mengangkat wajahnya, menatap Phoenix itu dengan mata merah delimanya yang identik dengan sang ayah. "Apa itu?"

"Kau membawa beban yang berat," Phoenix berkata lembut. "Beban sebagai pewaris tahta, beban menjadi putra Kaisar Xyon yang legendaris, dan... beban kehilangan ibumu bahkan sebelum kau mengenalnya."

"Tapi yang kau tidak sadari," Phoenix melanjutkan, menciptakan serpihan es berkilau di udara, "adalah bahwa kau mewarisi lebih dari sekadar darah vampir ayahmu atau wajah cantik ibumu."

Xyon, yang sedari tadi diam, kini menatap putranya dengan sorot mata yang jarang ditunjukkannya - sorot mata penuh kasih sayang.

"Kau mewarisi kekuatan jiwa mereka berdua," Phoenix menjelaskan. "Keberanian ayahmu untuk melawan takdir, dan ketulusan hati ibumu untuk mencintai tanpa syarat."

"Selama ini kau mencoba menjadi seperti ayahmu," Phoenix terbang mengelilingi Axel. "Dingin, sempurna, tak tersentuh. Tapi kau lupa... ayahmu bisa menjadi dirinya yang sekarang karena ibumu mengajarinya untuk membuka hati."

"Aku..." Axel terdiam, kata-katanya tercekat.

"Jangan takut untuk membuka hatimu, Pangeran Muda," Phoenix berkata dengan nada lembut yang mengingatkan Axel pada cerita tentang ibunya. "Jangan takut untuk merasakan, untuk mencintai, untuk menjadi dirimu sendiri."

"Ibumu pernah berkata padaku," Phoenix melanjutkan, matanya berkaca-kaca, "bahwa dia ingin anaknya kelak tumbuh dengan hati yang bebas. Bebas untuk mencintai, bebas untuk memilih jalannya sendiri."

Axel merasakan air mata menggenang di matanya. "Benarkah?"

"Ya," Phoenix mengangguk. "Xienna tidak ingin kau terkurung dalam ekspektasi orang lain. Dia ingin kau menemukan kebahagiaanmu sendiri, seperti dia menemukan kebahagiaannya dalam cinta yang 'tidak mungkin' dengan ayahmu."

# Jalan ke Depan

"Jadi, Pangeran Axel," Phoenix hinggap di bahu Axel dengan lembut, "berhentilah mencoba menjadi orang lain. Buka hatimu untuk kemungkinan baru. Mungkin suatu hari nanti..." Phoenix melirik ke arah jendela dengan jenaka, "kau akan menemukan seseorang yang bisa mencairkan hati esmu, seperti ibumu mencairkan hati ayahmu."

Xyon tersenyum kecil mendengar ini. "Phoenix benar, Axel. Kau tidak perlu menjadi seperti aku. Jadilah dirimu sendiri - gabungan terbaik dari aku dan ibumu."

"Dan ingat," Phoenix menambahkan dengan suara yang dipenuhi kasih sayang, "di manapun ibumu berada sekarang, dia pasti sangat bangga padamu. Karena kau adalah bukti nyata bahwa cinta sejati bisa mengalahkan segala rintangan - bahkan kematian sekalipun."

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang