Di sebuah apartemen mewah di pusat London, Nathan Pierce duduk di depan laptopnya dengan wajah mengeras. Jemarinya mencengkeram mouse hingga buku-buku jarinya memutih saat melihat berita tentang Excellence High School."Sial..." dia mengumpat pelan, membaca headline yang terpampang di layar:
"BREAKING NEWS: Excellence High School Terancam Bangkrut Setelah Wintergale Corp Menarik Semua Donasi"
Di bawah artikel itu, terpampang foto Xienna yang tampak berbeda - anggun dan mempesona dalam seragam St. Catherine Academy, berdiri di samping pria bertopeng perak yang possessive merangkul pinggangnya.
"Aaron Wintergale..." Nathan menggeram. "Apa yang kau rencanakan dengan Xienna?"
Tangannya bergerak membuka folder lama di laptopnya. Puluhan foto Xienna di Excellence terpampang - sosoknya yang tertunduk dengan rambut kusut dan kacamata tebal, berjalan sendirian di koridor sembari memeluk buku-bukunya.
"Maafkan aku, Xienna..." Nathan berbisik parau. "Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian di sana."
Memori setahun lalu berputar di benaknya. Saat itu, dia masih siswa Excellence dan satu-satunya yang berani membela Xienna dari bullying Jessica dan kelompoknya.
*Flashback*
"Hei!" Nathan berteriak, melihat Jessica menyiram Xienna dengan jus. "Hentikan!"
"Oh, lihat siapa yang datang," Jessica mencibir. "Pahlawan kesiangan."
"Pergi," Xienna berbisik lemah, tubuhnya gemetar. "Jangan pedulikan aku..."
"Tidak," Nathan bersikeras, melepas jaketnya untuk menutupi seragam Xienna yang basah. "Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggumu lagi."
Tapi takdir berkata lain. Sebulan kemudian, ayahnya dipindahtugaskan ke London. Nathan terpaksa meninggalkan Excellence - meninggalkan Xienna.
*End of Flashback*
Nathan mengusap wajahnya frustasi. Dia masih ingat kata-kata terakhirnya pada Xienna:
"Aku akan kembali. Tunggu aku."
Tapi sekarang... Xienna telah jatuh dalam cengkeraman Aaron Wintergale. CEO misterius yang terkenal manipulatif dan dingin.
"Sial!" Nathan menggebrak meja. Matanya tertuju pada foto lain - Aaron dengan topeng peraknya yang ikonik, berdiri angkuh di podium Wintergale Corp.
Nathan tahu reputasi Aaron. Pria itu terkenal dengan kemampuannya mengendalikan orang lain seperti boneka. Caranya halus tapi mematikan - membuat korbannya merasa berutang dan bergantung padanya.
"Dan sekarang..." Nathan membuka tab baru, menampilkan foto Xienna di St. Catherine. "Dia menjadikan Xienna targetnya."
Ponselnya berdering, menampilkan nama 'Dad' di layar.
"Ya, Dad?"
"Nathan, kau sudah dengar? Mulai besok kau akan bersekolah di St. Catherine Academy. Ayah sudah mengurus semuanya."
Mata Nathan melebar. St. Catherine? Sekolah yang sama dengan...
"Terima kasih, Dad," dia tersenyum tipis. "Ini lebih dari cukup."
Setelah menutup telepon, Nathan kembali menatap foto Xienna dan Aaron. Rahangnya mengeras melihat cara Aaron menyentuh Xienna - seolah gadis itu adalah propertinya.
"Tunggu aku, Xienna," Nathan berbisik tegas. "Kali ini... aku akan menyelamatkanmu."
Sementara itu di St. Catherine Academy, Xienna sedang membereskan bukunya saat bel pulang berbunyi. Kathy membantunya mengemasi tas.
"Suamimu akan menjemput?" Kathy bertanya antusias.
"Dia..." Xienna tersipu. "Bukan suamiku."
"Belum," Kathy mengedip jahil. "Tapi sebentar lagi kan?"
Sebelum Xienna sempat menjawab, ponselnya bergetar. Pesan dari Aaron:
"Maaf Sayang, ada meeting mendadak. Alex akan mengantarmu pulang. Tunggu di lobby."
Xienna mengetik balasan singkat, mencoba menyembunyikan kekecewaannya.
Di ruang kerjanya, Aaron tersenyum puas membaca respon Xienna. Semua berjalan sesuai rencana. Gadis itu semakin bergantung padanya.
"Tuan," Alex masuk setelah mengetuk. "Nathan Pierce akan mulai bersekolah di St. Catherine besok."
Aaron terdiam sejenak. Nathan Pierce - satu-satunya variabel yang tidak dia perhitungkan.
"Hmm," dia akhirnya bergumam. "Menarik. Sepertinya permainan kita akan semakin... menghibur."
"Haruskah kita menghalanginya?"
"Tidak," Aaron menyeringai di balik topengnya. "Biarkan dia mencoba. Akan kubuat dia menyaksikan sendiri bagaimana Xienna semakin jatuh dalam pesonaku."
Alex membungkuk hormat sebelum keluar, meninggalkan Aaron yang masih tersenyum dingin.
'Mari kita lihat, Nathan Pierce,' Aaron membatin. 'Seberapa jauh kau akan bertahan dalam permainan ini?'
Di lobi St. Catherine, Xienna menunggu dengan sabar. Tanpa dia sadari, dari kejauhan, tiga pasang mata mengawasinya dengan intensitas berbeda:
Nathan - dengan tekad kuat untuk menyelamatkannya.
Aaron dengan obsesi possessive yang semakin dalam.
Alex - dengan kesetiaan buta pada tuannya.Permainan segitiga yang berbahaya akan segera dimulai. Dan Xienna, tanpa dia sadari, adalah pion utama dalam drama yang telah diatur dengan sempurna.
'Segera,' Aaron berbisik pada dirinya sendiri, menatap foto Xienna di ponselnya. 'sebentat lagi, Sayangku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...