Waktu menunjukkan pukul dua siang ketika Xienna mulai merasa mengantuk. Kehangatan tubuh Xyon, aroma menenangkan yang menguar darinya, dan suara halus pena yang bergerak di atas kertas bagaikan nina bobo yang membuatnya semakin terbuai.Xyon menyadari perubahan pada diri Xienna. Ia bisa merasakan bagaimana tubuh mungil dalam pelukannya mulai rileks, bagaimana kepala Xienna perlahan bersandar semakin dalam di dadanya, dan bagaimana napasnya mulai teratur dalam irama tidur.
Seringai tipis muncul di wajah tampan sang vampir. Kebetulan, ia baru saja menyelesaikan dokumen terakhirnya. Namun alih-alih membangunkan Xienna atau memindahkannya ke tempat tidur, Xyon memilih untuk tetap duduk di kursinya, menikmati momen langka ini.
"Tidur yang nyenyak, sayangku," bisiknya sambil mengecup puncak kepala Xienna.
Jam demi jam berlalu. Matahari perlahan bergerak ke ufuk barat, mengubah cahaya keemasan menjadi semburat jingga yang merayap masuk melalui celah tirai. Xyon tidak bergerak sedikitpun, takut membangunkan Xienna yang tertidur lelap dalam pelukannya.
Sesekali ia akan membelai rambut keemasan Xienna atau mengusap lembut pipinya, mengagumi bagaimana cahaya senja membuat kulit kekasihnya tampak bersinar. Dalam hati, Xyon bersyukur vampir tidak mudah lelah atau kram - ia bisa mempertahankan posisi ini selamanya jika perlu.
Ketika langit mulai menggelap dan bintang-bintang pertama muncul, Xyon membiarkan matanya terpejam, menikmati kedamaian moment ini. Meski tidak benar-benar tertidur - vampir jarang tidur - ia membiarkan dirinya terlarut dalam ketenangan.
Xienna terbangun saat bulan telah menggantung di langit. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari situasinya - masih duduk di pangkuan Xyon, masih dalam pelukan eratnya, dan... hari sudah malam?
Panik melihat Xyon yang tampak tertidur dan tumpukan dokumen yang (sepertinya) belum selesai, Xienna mulai menepuk-nepuk pipi Xyon dengan lembut. Tangannya bergerak cepat membentuk isyarat, 'Xyon! Bangun! Pekerjaanmu belum selesai!'
Xyon membuka matanya perlahan, tawa kecil meluncur dari bibirnya melihat kepanikan di wajah Xienna. "Sebenarnya, sayang," ujarnya dengan nada menggoda, "pekerjaanku sudah selesai sejak..." ia melirik jam dinding antik di sudut ruangan, "...sekitar enam jam yang lalu."
Xienna membeku. Tangannya kembali membentuk isyarat dengan gerakan cepat dan gugup, 'Lalu kenapa tidak membangunkanku?'
"Hmm," Xyon mengeratkan pelukannya, mendekatkan wajahnya ke telinga Xienna. "Bagaimana ya? Mungkin karena kau terlihat sangat nyaman tidur di pangkuanku? Atau karena aku sangat menikmati memelukmu seperti ini?"
Wajah Xienna seketika merona merah pekat. Ia berusaha bangkit dari pangkuan Xyon, tapi vampir itu menahannya dengan lembut.
"Mengaku saja," goda Xyon, jemarinya memainkan helaian rambut Xienna. "Kau juga menikmatinya kan? Tidur dalam pelukanku?"
'Tidak!' bantah Xienna dengan isyarat tangannya, meski wajahnya semakin merah.
"Oh?" alis Xyon terangkat, seringai jahil terlukis di bibirnya. "Lalu kenapa kau tersenyum dalam tidurmu? Dan kenapa kau memeluk tanganku erat sekali?"
'Aku tidak melakukan itu!' Xienna semakin salah tingkah.
"Benarkah?" Xyon mendekatkan wajahnya. "Perlu kuingatkan bagaimana kau mengerang protes dalam tidurmu setiap kali aku sedikit mengendurkan pelukanku?"
Xienna membenamkan wajahnya ke dada Xyon, tidak sanggup menanggung rasa malu. Ia bisa merasakan getaran tawa Xyon di dadanya.
"Tidak perlu malu, sayangku," bisik Xyon lembut. "Aku senang kau merasa nyaman bersamaku. Dan..." ia mengangkat dagu Xienna, membuat gadis itu menatap matanya, "kurasa mulai sekarang kau harus lebih sering mengunjungi kamarku. Untuk... tidur siang, mungkin?"
Xienna memukul pelan dada Xyon, tapi tidak bisa menahan senyum yang muncul di bibirnya. Meski tidak mau mengakuinya, ia memang menikmati tidur dalam pelukan Xyon. Kehangatan dan rasa aman yang diberikan vampir itu tak tergantikan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...