Bab 48 : Suara Jiwa Xienna

7 2 0
                                    

Ketika lilin-lilin di atas kue masih menari-nari lembut, tiba-tiba sebuah suara yang sangat dirindukan Xyon terdengar seperti bisikan angin:

"Terima kasih untuk kuenya, sayang..."

Xyon tersentak, matanya melebar menatap wajah Xienna yang masih terpejam. Suara itu... suara lembut yang selama seminggu ini dia rindukan, terdengar begitu jelas di telinganya.

"Xienna?" bisiknya tak percaya, tangannya gemetar menggenggam jemari kekasihnya lebih erat. "Kau... kau bisa mendengarku?"

Tidak ada jawaban verbal, tapi ruby di leher Xienna berkedip lebih terang dari biasanya. Xyon merasakan jantungnya berdebar kencang. Mungkinkah ini efek dari kutukan darah yang dia berikan? Atau mungkin...

"Aku selalu suka melihatmu memasak..." suara itu terdengar lagi, lembut seperti hembusan angin musim semi. "Kau terlihat sangat serius... sangat berbeda dari raja vampir yang biasanya..."

Air mata mengalir di pipi Xyon tanpa bisa dia tahan. "Xienna... ini benar-benar kau?" Dia mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya, mencari tanda-tanda kesadaran. Tapi mata Xienna masih terpejam rapat.

"Jangan menangis..." suara itu kembali terdengar, kali ini seperti berasal dari dalam kepalanya sendiri. "Aku tidak suka melihatmu sedih..."

"Bagaimana aku tidak sedih?" Xyon terisak pelan. "Kau terbaring di sini selama seminggu, dan aku... aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membangunkanmu..."

Sebuah kehangatan yang familiar tiba-tiba menyelimuti hatinya, seperti pelukan tak kasat mata. "Kau sudah melakukan lebih dari cukup..." bisik suara Xienna. "Kue ini... sangat cantik. Persis seperti yang selalu kuimpikan..."

Xyon tertawa di antara tangisnya. "Benarkah? Padahal aku masih mengacaukan glasur di beberapa bagian..."

"Itu membuatnya sempurna..." jawab suara itu dengan nada geli yang sangat khas Xienna. "Karena itu buatanmu... dengan seluruh cintamu..."

Ruby di leher Xienna bersinar semakin terang, menciptakan pantulan merah yang menari-nari di dinding kamar. Xyon menatapnya takjub, menyadari bahwa mungkin inilah cara jiwa Xienna berkomunikasi dengannya - terikat oleh kutukan darah yang dia berikan.

"Aku merindukanmu..." bisik Xyon, menempelkan keningnya ke kening Xienna. "Sangat merindukanmu..."

"Aku tau..." balas suara itu lembut. "Aku juga merindukanmu... Tapi percayalah, aku sedang berjuang untuk kembali..."

Xyon memejamkan mata, membiarkan air matanya jatuh. "Berjanjilah padaku..." pintanya parau. "Berjanjilah kau akan kembali..."

Kehangatan itu kembali menyelimuti hatinya, lebih kuat dari sebelumnya. "Aku berjanji..." bisik Xienna. "Karena kau masih berhutang satu dansa denganku..."

Xyon tertawa kecil mendengarnya, tawa pertamanya sejak seminggu yang lalu. "Ya... dan kali ini aku janji tidak akan menginjak kakimu..."

"Aku akan menagih janji itu..." suara Xienna mulai memudar. "Tunggu aku... aku pasti kembali..."

Ruby di leher Xienna perlahan kembali meredup, tapi kali ini Xyon tidak panik seperti sebelumnya. Karena dia tau, di suatu tempat di antara hidup dan mati, jiwa kekasihnya masih ada - masih berjuang untuk kembali padanya.

"Aku akan menunggumu..." bisiknya sambil mengecup kening Xienna. "Selama apapun itu..."

Lilin-lilin di atas kue masih menyala, menjadi saksi bisu moment yang begitu berharga ini. Di luar, matahari mulai tenggelam, membuat kamar itu dipenuhi cahaya keemasan yang hangat - seolah alam semesta juga turut merayakan ulang tahun special ini.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang