Sinar matahari sore menembus kaca-kaca tinggi istana vampir, menciptakan bias keemasan yang hangat di lorong-lorong marmer. Jam baru saja berdentang tiga kali, menandakan waktu untuk kembali ke dalam istana. Xyon, sang kaisar vampir yang terkenal dengan auranya yang dingin dan mengintimidasi, berjalan dengan langkah ringan menyusuri koridor, sambil menggendong seekor kelinci putih mungil di dadanya.
Para pelayan yang sedang membersihkan lorong terpaku melihat pemandangan tak biasa ini. Mereka yang sudah puluhan tahun mengabdi pada sang kaisar, tak pernah melihat ekspresi selembut ini di wajahnya. Xyon yang mereka kenal adalah sosok yang menguarkan aura kegelapan - jubah hitamnya berkibar megah, mata merahnya berkilat berbahaya, dan setiap langkahnya membuat orang-orang mundur ketakutan.
Namun hari ini? Sang kaisar menggendong kelinci putih mungil dengan hati-hati, sesekali berbisik lembut pada hewan kecil itu. Kontras yang menggelitik ini membuat beberapa pelayan muda tak kuasa menahan senyum geli.
"Ssst! Jangan tertawa!" bisik kepala pelayan pada juniornya. Namun bahkan wanita paruh baya itu tak bisa menyembunyikan kilatan geli di matanya.
Xyon menyadari reaksi para pelayannya, tapi ia tak ambil pusing. Fokusnya hanya pada kelinci mungil - yang sebenarnya adalah Xienna dalam wujud sihir - yang mulai tertidur dalam gendongannya. Telinga panjangnya terkulai lemas, dan nafasnya yang teratur menandakan ia kelelahan setelah bermain seharian di taman.
Sesampainya di kamar utama, Xyon membuka pintu dengan satu tangan, berusaha tidak mengganggu tidur si kelinci.
Begitu Xyon menurunkan Xienna ke tempat tidur, kelinci mungil itu langsung melompat ke tengah kasur dan melingkar nyaman di antara bantal-bantal. Xyon duduk di tepi tempat tidur, tangannya dengan lembut mengelus bulu putih halus Xienna.
"Tidur yang nyenyak, sayangku," bisiknya, tersenyum melihat betapa menggemaskannya Xienna dalam wujud kelinci.
Malam berlalu dengan damai. Xyon menghabiskan waktu di meja kerjanya, sesekali melirik ke arah tempat tidur untuk memastikan kelinci mungilnya masih tertidur lelap. Entah sudah berapa kali ia tersenyum sendiri mengingat kejadian hari ini - bagaimana Xienna masih keras kepala mencoba membentuk isyarat dengan kaki kelincinya, bagaimana ia melompat-lompat gembira bermain dengan kelinci lain, dan betapa menggemaskannya ekspresi protesnya saat pertama kali berubah wujud.
Fajar mulai menyingsing ketika Xienna terbangun. Hal pertama yang ia sadari adalah tubuhnya terasa berbeda. Tidak ada lagi bulu putih halus, tidak ada telinga panjang, dan kakinya... kembali menjadi tangan dan kaki manusia. Ia mengerjapkan mata, memproses perubahan ini.
Namun kemudian kesadaran kedua menghantamnya - ia tidak mengenakan sehelai pakaian pun di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Wajahnya seketika memerah, dan dengan panik ia mencari-cari sosok Xyon.
Sang kaisar vampir duduk di kursi dekat jendela, seringai jahil menghiasi wajahnya yang tampan.
'Apa yang kau lakukan?!' tangan Xienna bergerak membentuk isyarat dengan cepat, campuran antara malu dan kesal. 'Mengapa aku seperti ini?!'
Xyon mengangkat kedua tangannya dengan gestur menyerah yang dibuat-buat. "Aku tidak melakukan apa-apa, sayangku. Sungguh! Sihirnya sepertinya habis dengan sendirinya tadi malam. Aku sama terkejutnya denganmu saat melihatmu kembali ke wujud asli."
'Bohong!' Xienna membentuk isyarat dengan kesal, wajahnya masih merona merah. 'Kau pasti merencanakan ini!'
"Tidak, tidak," Xyon berjalan mendekat, masih dengan senyum jahilnya. "Sepertinya sihir transformasi memang memiliki batas waktu sendiri. Dan ketika kau kembali ke wujud asli... yah, pakaian tidak ikut bertransformasi kembali."
Xienna menutupi wajahnya dengan kedua tangan, terlalu malu untuk menatap Xyon. Vampir itu terkekeh pelan, lalu mengambil gaun tidur sutra dari lemari dan meletakkannya di samping Xienna.
"Ini, pakailah," ujarnya lembut. "Meski aku harus mengaku, pemandangan pagi ini sangat menyenangkan."
Sebuah bantal melayang ke arah kepala Xyon - lemparan Xienna yang masih kesal namun juga geli dengan situasi ini. Xyon menangkap bantal itu dengan mudah, tawanya semakin keras.
"Baiklah, baiklah, aku akan keluar sebentar agar kau bisa berpakaian," Xyon berjalan ke arah pintu. "Tapi kau tahu..." ia berhenti sejenak, "kurasa aku lebih suka melihatmu dalam wujud kelinci. Mungkin lain kali kita bisa mencoba sihir transformasi lagi?"
Kali ini dua bantal sekaligus melayang ke arahnya, membuat Xyon cepat-cepat keluar kamar sambil tertawa. Di dalam, Xienna hanya bisa menggelengkan kepala, antara geli dan pasrah menghadapi kelakuan kekasihnya yang jahil.
Satu hal yang pasti - ia akan berpikir dua kali sebelum membiarkan Xyon mengubahnya menjadi kelinci lagi. Atau setidaknya, ia akan memastikan ada pakaian cadangan di dekatnya saat sihirnya habis nanti.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...