Saat Xyon memasuki kuil kuno dengan membawa peti kaca berisi Xienna, seluruh ruangan dipenuhi aura magis yang kuat. Ribuan lilin hitam menyala dengan api biru, menciptakan suasana mistis yang mencekam sekaligus indah.
Para pendeta vampir tertinggi berdiri melingkar, mengenakan jubah hitam dengan simbol-simbol kuno. Mereka mulai melantunkan mantra dalam bahasa kuno vampir - sebuah nyanyian yang terdengar seperti bisikan angin malam.
"Yang Mulia," sang pendeta tertua membungkuk. "Kami telah mempersiapkan ritual suci ini sesuai tradisi leluhur. Namun..." ia ragu sejenak, "ini pertama kalinya ritual pernikahan dilakukan dengan jiwa yang telah pergi."
"Cinta kami melampaui batas hidup dan mati," jawab Xyon tegas. "Lakukan ritualnya."
Peti kaca diletakkan di tengah altar yang dihiasi ukiran-ukiran kuno. Xyon berdiri di samping peti, tangannya tak lepas menyentuh kaca yang memisahkannya dari Xienna.
"Para Dewa Kegelapan," sang pendeta memulai ritual. "Hari ini kami memanggil kalian untuk menyaksikan ikatan suci antara Kaisar Xyon dan kekasihnya, Xienna."
Api biru di lilin-lilin bergoyang kuat. Angin dingin bertiup dalam ruangan tertutup itu. Para pendeta mulai mengelilingi altar, menaburkan kelopak mawar hitam yang telah diberi mantra khusus.
"Dengan darah sebagai saksi," Xyon mengambil belati perak, menggores telapak tangannya. Darah vampirnya menetes ke atas kaca, tepat di atas jantung Xienna. "Aku, Xyon, bersumpah akan mencintai dan setia pada Xienna untuk selamanya."
Para pendeta melanjutkan mantra mereka. Darah Xyon yang menetes mulai berpendar dengan cahaya merah gelap.
"Meski ragamu telah pergi," suara Xyon bergetar penuh emosi, "jiwamu akan selalu terikat denganku. Kau adalah satu-satunya yang kucintai, dulu, kini, dan selamanya."
Ia mengeluarkan cincin emas hitam dari kotaknya. Dengan lembut, ia membuka penutup peti kaca dan memasangkan cincin itu di jari Xienna.
"Dengan cincin ini," bisiknya, "aku mengikat jiwamu dengan jiwaku. Bahkan kematian tak akan bisa memisahkan kita."
Tiba-tiba, seluruh lilin padam. Kegelapan pekat menyelimuti kuil. Namun dari tubuh Xienna, cahaya lembut kebiruan mulai bersinar.
Para pendeta terkesiap. Ini pertanda bahwa para dewa menyetujui ikatan mereka.
"Yang Mulia," sang pendeta tertua berbisik takjub. "Jiwa Nona Xienna... masih ada di sini. Dia menerima ikatan ini."
Air mata darah mengalir di pipi Xyon. Dengan tangan bergetar, ia membuka penutup peti dan mencium lembut bibir Xienna.
"Terima kasih, sayangku," bisiknya. "Mulai hari ini, kita resmi menjadi suami istri."
Cahaya kebiruan itu semakin terang, seolah memeluk Xyon dalam kehangatan yang familiar. Para pelayan yang menyaksikan bersumpah mereka melihat senyum samar di wajah Xienna yang terbaring.
Setelah ritual selesai, peti kaca dipindahkan ke ruangan khusus yang telah dipersiapkan Xyon. Ruangan itu didesain seperti kamar pengantin dengan nuansa gothic - dinding hitam dengan ukiran perak, tirai beludru merah darah, dan ratusan mawar biru yang selalu segar berkat sihir.
"Selamat datang di kamar kita, istriku," Xyon duduk di samping peti, membelai kaca yang memisahkan mereka. "Mulai sekarang, inilah rumah kita berdua."
Di malam-malam berikutnya, para pelayan sering mendengar Xyon berbicara dengan lembut di kamar itu. Terkadang, mereka melihat cahaya biru lembut menyala dari celah pintu, dan sayup-sayup terdengar tawa tanpa suara yang mereka kenali sebagai tawa Xienna.
Mungkin cinta mereka memang terlalu kuat untuk dipisahkan oleh kematian. Atau mungkin, ikatan suci yang mereka buat benar-benar telah mengikat jiwa mereka untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...