Matahari sudah bergeser ke arah barat saat Xyon menyelesaikan dokumen terakhirnya. Ia melirik ke arah Xienna yang tertidur lelap dalam pelukannya, wajahnya yang damai bersandar nyaman di dadanya. Nafasnya yang teratur dan ekspresi tenangnya membuat Xyon tidak tega membangunkannya.
"Xienna," bisik Xyon lembut, mengusap pipi gadis itu dengan punggung jarinya. "Sayang, bangunlah."
Xienna menggeliat pelan, matanya perlahan terbuka. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari di mana ia berada. Ketika kesadarannya pulih sepenuhnya, pipinya langsung merona merah menyadari ia tertidur dalam pelukan Xyon.
"Tidurmu nyenyak sekali," Xyon tersenyum menggoda. "Sepertinya pangkuanku adalah tempat yang sangat nyaman untukmu, hmm?"
Xienna langsung gelagapan, tangannya bergerak-gerak mencoba menjelaskan sesuatu tapi terlalu gugup untuk membentuk isyarat yang jelas. Wajahnya semakin merah hingga ke telinga.
"Aku tidak keberatan, kau tahu," Xyon melanjutkan godaannya, menikmati reaksi menggemaskan kekasihnya. "Kau bisa tidur di pangkuanku kapanpun kau mau."
Xienna memukul pelan dada Xyon, membuat kaisar vampir itu tertawa. Rantai-rantai spiritual yang mengikat mereka berpendar hangat, membuat Xienna tanpa sadar semakin mendekat meski sedang berusaha terlihat kesal.
"Baiklah, baiklah, aku berhenti menggodamu," Xyon mengecup kening Xienna lembut. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Cuacanya sangat bagus."
Xienna mengangguk antusias, senang dengan ide tersebut. Namun sebelum ia bisa bergerak, Xyon sudah mengangkatnya dalam gendongan.
"X-xyon!" Xienna mengisyaratkan protes.
"Aku tidak akan membiarkanmu berjalan sendiri dalam kondisimu sekarang," ujar Xyon tegas namun lembut. "Biarkan aku menggendongmu."
Mereka berjalan menyusuri koridor-koridor istana yang megah. Para pelayan yang berpapasan dengan mereka membungkuk hormat, beberapa tersenyum melihat kemesraan sang Kaisar dan kekasihnya.
"Lihat, taman mawar sedang mekar," Xyon menunjuk ke arah jendela besar.
Mata Xienna berbinar melihat hamparan mawar merah yang bermekaran. Xyon tersenyum dan membawanya ke taman tersebut.
Udara sore yang sejuk menyambut mereka. Xyon mendudukkan Xienna di bangku taman dengan hati-hati, namun tetap merangkul pinggangnya erat.
"Indah, bukan?" Xyon berbisik di telinga Xienna.
Xienna mengangguk, matanya tidak lepas dari keindahan mawar-mawar di hadapannya. Tanpa ia sadari, rantai-rantai spiritual yang mengikat jiwanya pada Xyon bersinar semakin terang di bawah cahaya senja.
"Tapi tetap tidak seindah dirimu," tambah Xyon, membuat pipi Xienna kembali merona.
Sore itu berlalu dengan manis, dipenuhi godaan lembut Xyon dan rona merah di pipi Xienna. Matahari yang mulai tenggelam menjadi saksi bagaimana cinta mereka semakin dalam, meski Xienna tidak menyadari ikatan tak kasat mata yang mengikat jiwanya pada sang kaisar vampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...