Bab 49 : Kembalinya Xienna

5 1 0
                                    

Di pagi yang tenang itu, badai salju yang telah mengamuk selama berminggu-minggu akhirnya mereda. Cahaya matahari yang lembut mulai menembus awan-awan kelabu, menciptakan kilau keemasan di atas hamparan salju yang menutupi halaman istana.

Di dalam kamar yang hangat, Xyon yang baru saja mengganti kompres di kening Xienna, merasakan pergerakan kecil dari jemari kekasihnya. Gerakan yang begitu halus, nyaris tak terasa, namun cukup untuk membuat jantungnya berdebar kencang.

"Xienna?" panggilnya lembut, mencondongkan tubuh untuk mengamati wajah pucat kekasihnya lebih dekat.

Perlahan, kelopak mata Xienna mulai bergetar. Xyon bisa melihat perjuangan di wajahnya - bagaimana alis Xienna mengerut dalam usaha untuk membuka mata. Namun sekeras apapun dia mencoba, matanya hanya bisa terbuka sedikit.

"Pelan-pelan saja," Xyon berbisik menenangkan, tangannya dengan lembut mengusap rambut Xienna. "Jangan memaksakan diri..."

Ruby di leher Xienna berkedip lebih cepat, seolah merespon kesadarannya yang mulai kembali. Bibir pucatnya bergerak, berusaha membentuk kata-kata, tapi tak ada suara yang keluar. Hanya desahan lemah yang nyaris tak terdengar.

"Shhh..." Xyon menggenggam tangan Xienna lebih erat. "Tidak apa-apa. Tidak perlu bicara dulu."

Tapi Xienna tetap berusaha. Xyon bisa melihat frustrasi di matanya yang setengah terbuka saat dia mencoba dan terus mencoba mengeluarkan suara. Bibirnya bergerak membentuk nama "Xyon", tapi yang keluar hanyalah hembusan nafas yang lemah.

"Aku tau," Xyon mendekatkan wajahnya ke wajah Xienna, membiarkan kekasihnya melihatnya dengan lebih jelas. "Aku tau kau ingin bicara. Tapi sekarang fokus saja untuk memulihkan tenagamu, oke?"

Air mata mulai menggenang di sudut mata Xienna yang masih setengah terpejam. Xyon dengan lembut mengusapnya.

"Hey, hey... jangan menangis," bisiknya menenangkan. "Tidak apa-apa. Yang penting kau sudah kembali padaku."

Ruby di leher Xienna berkedip lebih terang, seolah mencoba menyampaikan apa yang tidak bisa diucapkan oleh pemiliknya. Xyon tersenyum kecil melihatnya.

"Lihat? Bahkan ruby-mu tau kau butuh istirahat," dia mengecup kening Xienna dengan lembut. "Suaramu akan kembali seiring waktu. Untuk sekarang, biarkan aku yang berbicara untukmu."

Xienna mencoba menggerakkan tangannya yang berada dalam genggaman Xyon, jari-jarinya bergerak lemah seperti ingin meremas tangan kekasihnya. Xyon membalas dengan remasan lembut.

"Aku mengerti," bisiknya. "Aku juga sangat merindukanmu."

Di luar, salju terakhir mulai mencair dari dahan-dahan pohon. Sinar matahari semakin terang menembus jendela, menciptakan kehangatan yang menenangkan di dalam kamar.

Mata Xienna mulai terasa berat lagi. Sekeras apapun dia mencoba melawan, kelopak matanya perlahan mulai menutup. Tapi kali ini berbeda - ada kedamaian di wajahnya, seolah dia tau bahwa ketika dia membuka mata nanti, Xyon akan tetap ada di sisinya.

"Tidurlah," Xyon berbisik, ibu jarinya mengusap punggung tangan Xienna dengan lembut. "Aku akan menjagamu. Selalu."

Ruby di leher Xienna berkedip sekali lagi sebelum cahayanya meredup menjadi pendar lembut yang stabil - tanda bahwa kekasihnya telah jatuh ke dalam tidur yang tenang dan menyembuhkan.

Xyon tetap di sisinya, tangannya tak lepas menggenggam tangan Xienna, matanya tak pernah beralih dari wajah yang dicintainya. Di luar, musim semi mulai mengintip dari balik awan-awan yang menipis, membawa janji akan hari-hari yang lebih cerah.

"Selamat datang kembali, cahayaku," bisik Xyon, senyum bahagia tersungging di bibirnya. "Kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi."

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang