Di Excellence High School, kabar kedatangan Aaron Wintergale menyebar seperti api. Para siswi berkumpul di koridor, berbisik penuh antusiasme.
"Katanya dia akan datang hari ini!"
Haria, siswi tercantik di sekolah, merapikan rambutnya dengan percaya diri. "Tentu saja dia datang untukku. Kami sudah dekat beberapa waktu ini."
Para siswi mengangguk setuju. Siapa lagi yang pantas mendampingi CEO muda dan misterius itu selain Haria?
Xienna keluar dari kelasnya dengan langkah gontai, tubuhnya penuh lebam tersembunyi. Dia mendengar suara mobil mewah memasuki area sekolah.
'Aaron...' batinnya pedih.
"Hei, lihat si pelacur!" Jessica berteriak. "Berani-beraninya dia keluar! Mau pamer pada Tuan Wintergale?"
Para pembully mengelilingi Xienna, mendorongnya hingga terjatuh. Tepat saat itu, Aaron melangkah masuk dengan topeng peraknya.
"Apa yang terjadi di sini?" suaranya dingin membekukan udara.
"Oh, Tuan Wintergale!" Miss Anderson tersenyum manis. "Kami hanya membersihkan sampah dari sekolah ini. Gadis ini... tidak pantas berada di sini."
"Begitu?" Aaron menjawab datar.
Para guru dan siswi mengangguk bangga. "Kami akan segera menyingkirkannya agar tidak menghalangi jalan Anda menemui kekasih Anda," salah satu guru menambahkan.
Aaron menatap Xienna yang terduduk di lantai. Lebam di tangannya. Wajahnya yang pucat. Matanya yang kosong.
"Menyingkir," perintahnya dingin.
"Maaf?" para guru berpura-pura tidak mendengar.
"Kubilang. Menyingkir."
Sebelum siapapun sempat bereaksi, Aaron sudah mengangkat Xienna ke dalam pelukannya. Gasps kaget memenuhi koridor.
"Tu-tuan Wintergale?" Haria tergagap. "Tapi..."
Aaron mengabaikan mereka semua, melangkah mantap menuju kantor kepala sekolah. Seringai tipis tersembunyi di balik topengnya saat merasakan tubuh Xienna gemetar dalam pelukannya.
Di kantor kepala sekolah, keputusan dibuat cepat. Xienna akan pindah ke sekolah elit pilihan Aaron, di bawah pengawasan langsung Wintergale Corp.
"Tapi Tuan Wintergale," kepala sekolah mencoba protes. "Masalah ini bisa diselesaikan internal..."
"Internal?" Aaron mendengus. "Seperti cara kalian 'menyelesaikan' pembullyan ini selama berminggu-minggu?"
Para guru menunduk, wajah mereka pucat.
Aaron membawa Xienna ke mobilnya, mengabaikan tatapan shock seluruh sekolah.
"A-aaron?" Xienna berbisik lemah.
"Sssh," Aaron mengusap pipinya lembut. "Kau aman sekarang. Mereka tidak akan bisa menyentuhmu lagi."
Di kantornya, Aaron menatap Xienna yang tertidur di sofa. Obsesinya semakin kuat melihat gadis itu begitu bergantung padanya.
"Sekarang kau benar-benar milikku," bisiknya pelan, jemarinya mengusap rambut Xienna. "Sepenuhnya."
Setelah insiden menghebohkan di Excellence High School, suasana di kantor Aaron terasa berbeda. Ruangan yang biasanya dingin dan formal kini dipenuhi aroma manis vanila - parfum kesukaan Xienna yang sengaja Aaron semprotkan untuk membuatnya nyaman.
Di sofa panjang berwarna merah marun, Xienna tertidur lelap. Wajahnya yang pucat tampak damai untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu penyiksaan di sekolah. Aaron duduk di sampingnya, mengamati setiap detail wajah gadis itu dengan obsesif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...