Dalam remangnya kamar yang hanya diterangi cahaya lilin dan sinar bulan, Xienna duduk dengan gugup di tepi ranjang Xyon. Jantungnya berdegup kencang, tak tahu apa yang harus dilakukan untuk 'memanjakan' sang Kaisar Vampir seperti yang diminta.
Dengan jemari yang sedikit bergetar, ia membentuk isyarat: 'A-aku harus melakukan apa?'
Xyon tersenyum menggoda, matanya berkilat dalam cahaya temaram. "Hmm," ia mendekatkan wajahnya pada Xienna, jemarinya yang dingin menyentuh lembut pipi gadis itu. "Mungkin kau bisa mulai dengan memberiku kecupan di sini." Ia menunjuk bibirnya yang sempurna.
Wajah Xienna seketika memanas, rona merah menjalar hingga ke telinganya. Ia hampir mundur karena malu, tapi tangan Xyon dengan cepat menarik pinggangnya mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.
"Sayang," bisik Xyon dengan suara rendah yang membuat Xienna gemetar. "Kita sudah sedekat ini. Kau hanya perlu menciumku di sini." Ia kembali menunjuk bibirnya dengan ekspresi yang dibuat sepolos mungkin, kontras dengan kilatan jahil di matanya.
Setelah beberapa saat ragu-ragu, Xienna akhirnya memberanikan diri. Ia memejamkan mata dan perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir Xyon. Ciuman itu lembut dan penuh keraguan, membuat Xyon tersenyum puas di sela-sela sentuhan bibir mereka.
Tanpa sadar, tangan Xienna telah berada di dada Xyon yang sedikit terekspos karena pakaiannya yang longgar. Xyon menyeringai menggoda.
"Well, well," godanya. "Sepertinya seseorang menyukai bentuk tubuhku, hmm?"
Xienna segera menggeleng kuat-kuat, jemarinya bergerak cepat membantah tuduhan itu. Ia mencoba 'kabur' dari pertanyaan menggoda Xyon dengan berpura-pura sibuk merapikan gaun tidurnya.
Tepat saat itu, ketukan terdengar di pintu. Seorang pelayan masuk membawa nampan berisi semangkuk sup hangat yang mengepul. Aroma rempah-rempah yang menenangkan memenuhi ruangan saat pelayan meletakkan sup itu di meja samping ranjang.
Xyon tiba-tiba mengeluarkan erangan lemah yang dibuat-buat. "Ah, sepertinya perburuan tadi terlalu menguras tenagaku," keluhnya dengan nada memelas yang sama sekali tidak cocok dengan image Kaisar Vampir yang ditakuti. "Xienna sayang, maukah kau menyuapiku?"
Xienna yang masih merona mengambil mangkuk sup itu. Ia mengisyaratkan agar Xyon membuka mulutnya, siap menyuapi dengan sendok perak yang berkilau. Namun Xyon menggeleng, senyum jahilnya kembali.
"Bukan begitu caranya," bisiknya. "Kau ingat bagaimana aku memberimu makan saat kau masih lemah dulu? Saat kau tak bisa menelan dengan sendok?"
Wajah Xienna semakin memerah mengingat cara yang Xyon maksud - saat Xyon meminum sup dan mentransfernya langsung ke mulut Xienna melalui ciuman.
"Sekarang," Xyon tersenyum manis, tapi ada kilat nakal di matanya. "Giliranmu melakukan hal yang sama untukku."
Tangan Xienna gemetar memegang mangkuk sup. Melihat keraguannya, Xyon mulai berakting seolah sekarat.
"Ah, aku merasa sangat lemah," erangnya dramatis. "Mungkin aku akan segera tiada jika tidak mendapat asupan dengan cara special ini..."
Panik melihat akting meyakinkan Xyon, Xienna akhirnya menyerah. Dengan wajah semerah tomat matang, ia menyendok sup hangat itu ke mulutnya. Matanya terpejam erat saat ia mendekatkan wajahnya pada Xyon, mentransfer sup itu melalui ciuman yang lembut.
"Mmm," Xyon mendesah puas setelah menerima 'suapan' pertama. "Rasanya jauh lebih enak jika diberikan olehmu dengan cara ini."
Malam itu berlanjut dengan Xienna yang terus 'menyuapi' Xyon dengan wajah memerah, sementara sang Kaisar Vampir menikmati setiap momen dengan senyum puas, sesekali menggoda kekasihnya yang pemalu itu. Di bawah cahaya bulan yang mengintip malu, cinta mereka tumbuh semakin dalam, melampaui batasan bahasa dan status.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...