Bel pulang sekolah berdentang nyaring. Xienna yang masih gugup dengan kejadian tadi, diam-diam mengintip dari balik tirai kelas. Mobil hitam Aaron sudah terparkir di gerbang depan, menunggunya seperti biasa.'Maaf Aaron,' Xienna membatin sambil menyelinap ke koridor belakang. 'Aku butuh waktu untuk berpikir...'
Dengan langkah mengendap-endap, Xienna menyusuri koridor sepi menuju pintu belakang sekolah. Jantungnya berdebar kencang, takut tertangkap.
'Sedikit lagi...' dia tersenyum lega melihat pintu keluar. 'Aku bisa—'
BRUK!
Xienna menabrak sesuatu—tidak, seseorang. Aroma parfum maskulin yang familiar membuatnya membeku.
'Tidak mungkin...'
"Pergi kesuatu tempat, sayang?"
Suara rendah itu membuat Xienna perlahan mengangkat wajahnya. Aaron berdiri tepat di hadapannya, senyum berbahaya tersungging di balik topeng peraknya.
"Kenapa..." Aaron mencondongkan tubuhnya. "Tidak lewat pintu depan?"
"A-aku..." Xienna tergagap, mundur selangkah. "Ha-hanya ingin..."
Senyum Aaron semakin lebar, tapi Xienna bisa merasakan aura gelap di baliknya. Dia pasti marah.
"I-ingin mencari udara segar!" Xienna cepat-cepat menjelaskan. "Ya! Udara segar!"
"Oh?" Aaron memiringkan kepalanya. "Sudah cukup... udara segarnya?"
Sebelum Xienna sempat bereaksi, Aaron sudah mengangkat tubuhnya dengan mudah—menggendongnya seperti pengantin.
"A-aaron!" Xienna memekik kaget. "Tu-turunkan aku!"
"Hmm?" Aaron pura-pura tidak mendengar, malah melangkah ke arah koridor utama.
"O-orang-orang melihat!" Xienna berbisik panik, menutupi wajahnya yang merah padam.
Benar saja, siswa-siswa yang masih berkeliaran langsung menoleh. Bisik-bisik dan jeritan tertahan mulai terdengar.
"Kyaa! Tuan Wintergale!"
"Astaga, dia menggendong Xienna!"
"Romantis sekali!"
"Seperti pengantin!""Aaron..." Xienna merengek pelan. "Kumohon turunkan aku..."
"Tidak," Aaron menjawab santai, sengaja melangkah lebih lambat. "Biarkan mereka melihat."
"Ta-tapi..."
"Biarkan mereka melihat," Aaron berbisik possesif. "Bagaimana dunia ini menjadi milikku... Termasuk kamu, istriku tersayang."
Xienna hanya bisa mengerang malu, membenamkan wajahnya ke dada Aaron sementara bisikan dan jeritan kagum terus terdengar.
Di sudut koridor, Nathan mengepalkan tangannya geram. Aaron jelas sengaja memamerkan 'kepemilikannya' atas Xienna.
'Bajingan Manipulatif,' Nathan mengumpat dalam hati. 'Dia sengaja membuat Xienna tidak bisa kabur.'
Sementara itu, Aaron tersenyum puas merasakan Xienna yang pasrah dalam gendongannya. Gadis itu bahkan tidak sadar sudah refleks memeluk lehernya.
'Gadis baik,' Aaron membatin senang. Rencananya berjalan sempurna—semakin banyak saksi hubungan mereka, semakin sulit Xienna lepas darinya.
Dia sengaja berjalan melewati kerumunan siswa, menikmati setiap bisikan kagum dan tatapan iri yang tertuju pada mereka.
"Lihat betapa cantiknya mereka!"
"Seperti pasangan dongeng!"
"Aku juga mau digendong seperti itu!"
"Xienna sangat beruntung!"Aaron mengeratkan pelukannya, berbisik di telinga Xienna yang masih bersembunyi di dadanya.
"Dengar itu, sayang?" suaranya rendah dan possesif. "Mereka semua tahu kamu milikku."
Xienna hanya bisa mengangguk lemah, tenggelam dalam aroma maskulin dan kehangatan tubuh Aaron yang entah sejak kapan mulai terasa... menenangkan.
'Apa yang kamu lakukan kepadaku?' Xienna membatin bingung. Kenapa dia tidak bisa lepas?
Tapi Aaron tahu persis apa yang dia lakukan. Setiap sentuhan, setiap bisikan, setiap tindakan—semuanya terencana untuk membuat Xienna semakin terikat.
Dan dari cara gadis itu meringkuk nyaman dalam pelukannya, Aaron tahu rencananya berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...