Bab 115 : Keajaiban yang Ditunggu (Spesial Chapter)

4 0 0
                                    

Sembilan bulan telah berlalu sejak keajaiban itu pertama terungkap. Xyon duduk di sisi ranjang Xienna seperti yang selalu ia lakukan, memandangi perut kekasihnya yang kini membesar sempurna. Cahaya biru yang menyelimuti tubuh Xienna semakin terang seiring waktu, seolah menjadi penanda kehidupan yang tumbuh di dalamnya.

"Selamat pagi, sayangku," bisik Xyon lembut sambil mengecup kening Xienna. Tangannya dengan hati-hati membelai perut Xienna yang bercahaya. "Dan selamat pagi juga untukmu, malaikat kecil kami."

Ia membuka buku dongeng tua yang telah menjadi rutinitas paginya selama sembilan bulan terakhir. Buku itu berisi kisah-kisah cinta abadi, tentang keajaiban yang terjadi pada mereka yang setia pada cintanya.

"Hari ini, aku akan membacakan kisah tentang Phoenix yang bangkit dari abu," Xyon memulai, suaranya lembut namun penuh emosi. "Sepertimu, sayangku. Kau adalah Phoenix-ku yang sedang berjuang untuk bangkit kembali."

Dr. Mortimer, yang kini menghabiskan hampir seluruh waktunya di istana untuk mengawasi kondisi Xienna, masuk ke dalam kamar. Wajahnya yang keriput menunjukkan kekhawatiran.

"Yang Mulia," ia membungkuk hormat. "Waktunya semakin dekat. Saya bisa merasakan energi kehidupan yang semakin kuat."

Xyon mengangguk, tangannya masih menggenggam tangan dingin Xienna. "Apa yang harus kita lakukan, dokter? Bagaimana..." ia menelan ludah, "bagaimana cara kita melakukan persalinan pada..."

"Pada tubuh yang tidak bernyawa?" Dr. Mortimer menyelesaikan dengan lembut. "Ini pertama kalinya dalam sejarah ribuan tahun pengobatan vampir, Yang Mulia. Saya telah menghabiskan berbulan-bulan meneliti semua gulungan kuno, semua catatan medis... tapi tidak ada yang seperti ini."

Xyon bangkit, berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke taman mawar. Bulan hampir penuh di langit, mengingatkannya pada malam pernikahannya dengan Xienna.

"Tapi ada harapan," lanjut Dr. Mortimer. "Lihat cahaya biru ini." Ia menunjuk ke arah perut Xienna. "Sihir kehidupan ini... semakin hari semakin kuat. Dan yang lebih mengagumkan..." ia mendekatkan tangannya ke dada Xienna, "denyut jantungnya, meski sangat lemah, masih ada."

Xyon berbalik, matanya melebar. "Maksudmu..."

"Ya, Yang Mulia. Nyonya Xienna... dia masih berjuang. Tubuhnya mungkin dalam keadaan seperti mati, tapi ada bagian dari dirinya yang masih hidup. Dan saya percaya..." Dr. Mortimer tersenyum penuh arti, "saat persalinan nanti, kekuatan hidup yang luar biasa ini mungkin bisa..."

"Membawanya kembali," Xyon menyelesaikan dengan suara bergetar. Ia kembali ke sisi Xienna, menggenggam tangannya erat.

Hari-hari berikutnya, Xyon mengumpulkan para cenayang dan ahli sihir dari seluruh kerajaan. Mereka berkumpul di perpustakaan istana, mencari setiap petunjuk yang mungkin bisa membantu persalinan ajaib ini.

Madam Rosaria, seorang penyihir tua dengan rambut perak panjang, membawa sebuah kristal kuno. "Kristal ini," katanya, "dapat menyalurkan energi kehidupan. Mungkin bisa membantu saat persalinan nanti."

Profesor Magnus, ahli ramuan kerajaan, mengajukan ide tentang ramuan penguatan jiwa. "Jika benar jiwa Nyonya Xienna masih ada, ramuan ini bisa membantunya bertahan selama proses persalinan."

Setiap malam, Xyon duduk di samping Xienna, menceritakan semua persiapan yang telah dilakukan. "Kau lihat, sayang? Semua orang membantumu. Semua menantikan keajaibanmu."

Saat bulan purnama tiba, Dr. Mortimer merasakan tanda-tanda persalinan akan segera dimulai. Cahaya biru di perut Xienna berpendar lebih terang dari biasanya.

"Yang Mulia," panggil Dr. Mortimer dengan urgensi dalam suaranya. "Waktunya sudah tiba."

Para penyembuh, cenayang, dan ahli sihir berkumpul di kamar Xienna. Kristal-kristal penyalur energi kehidupan diletakkan membentuk lingkaran di sekeliling tempat tidur. Ramuan-ramuan kuno disiapkan.

Xyon tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Xienna. "Aku di sini, sayangku. Kami semua di sini untukmu."

Cahaya biru itu tiba-tiba berdenyut kuat, menyinari seluruh ruangan. Para cenayang mulai merapalkan mantra kuno, kristal-kristal berpendar merah menyala, dan untuk pertama kalinya sejak Xienna pergi...

Jemarinya yang dingin mulai menghangat.

"Yang Mulia!" seru Dr. Mortimer. "Denyut jantungnya... semakin kuat!"

Xyon menatap wajah Xienna dengan penuh harap, air mata darah mengalir di pipinya. "Kembalilah padaku, sayangku. Kembalilah pada kami..."

Malam itu, di bawah sinar bulan purnama dan cahaya kristal-kristal kuno, sebuah keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya akan segera terungkap. Antara hidup dan mati, antara cinta dan keajaiban, Xienna berjuang untuk kembali - membawa kehidupan baru bersamanya.

Dan Xyon, dengan cinta abadinya, menunggu dengan setia - berharap keajaiban terbesar akan segera terjadi.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang