Bab 25 : Kedatangan Anggota Kerajaan Chorus

12 2 0
                                    

Setelah kejadian mengerikan di rumah kaca, suasana istana berubah drastis. Para dayang dan pelayan tidak lagi berani mencemooh Xienna secara terang-terangan. Meski Xyon masih jarang terlihat karena kesibukannya, Xienna mulai merasakan kehangatan yang berbeda di istana ini.

"Mungkin... masih ada harapan untukku di sini," gumam Xienna suatu pagi sambil mengamati kalung ruby-nya yang berkilau tertimpa sinar matahari.

Namun kedamaian itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, istana Sanguis Lunae disibukkan dengan kedatangan rombongan dari kerajaan Chorus - sebuah kerajaan manusia yang terkenal dengan kekayaan dan pengaruhnya.

Xienna mengintip dari balik pilar saat rombongan itu memasuki aula utama istana. Di antara para bangsawan berpakaian mewah itu, seorang gadis muda mencuri perhatian. Rambutnya pirang keemasan tergerai indah, gaun birunya dihiasi permata-permata mahal, dan wajahnya cantik bagai lukisan.

"Itu Lady Ghelia," bisik seorang pelayan pada temannya. "Putri Count Forel, salah satu bangsawan terkuat di kerajaan Chorus."

Xienna mengamati bagaimana Ghelia melangkah dengan anggun, kepalanya terangkat tinggi menunjukkan kebangsawanannya. Namun saat Xyon muncul untuk menyambut rombongan tersebut, Xienna melihat perubahan di wajah Ghelia.

Mata biru Ghelia seketika berbinar, pipinya merona merah saat Xyon membungkuk sopan untuk menyambutnya. "Yang Mulia Xyon," suaranya terdengar manis dan diatur, "sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda."

Xyon hanya mengangguk sopan, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Namun saat ia menyadari kehadiran Xienna di balik pilar, seulas senyum tipis terbentuk di bibirnya.

"Xienna," panggilnya, membuat semua mata tertuju pada gadis yang bersembunyi itu. "Kemarilah."

Dengan langkah ragu, Xienna mendekat. Ia bisa merasakan tatapan tajam Ghelia menusuk ke arahnya.

"Perkenalkan," Xyon meletakkan tangannya dengan protektif di punggung Xienna, "ini Xienna, tamu spesialku di istana ini."

Ghelia memperhatikan Xienna dari atas sampai bawah dengan tatapan merendahkan. "Oh?" suaranya terdengar manis namun beracun. "Sungguh... menarik."

Selama beberapa hari berikutnya, Xienna sering menangkap Ghelia mengikuti setiap gerakan Xyon dengan matanya. Gadis bangsawan itu selalu mencari cara untuk berada di dekat sang kaisar vampir, mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai cara.

Suatu sore, saat Xienna sedang berjalan sendirian di koridor istana, sebuah suara mengejutkannya.

"Kau," Ghelia berdiri di hadapannya, mata birunya berkilat berbahaya. "Siapa sebenarnya dirimu? Mengapa Yang Mulia Xyon begitu... spesial terhadapmu?"

"Aku..." Xienna mundur selangkah, merasakan aura permusuhan yang kuat.

"Lihat dirimu," Ghelia melangkah maju, memojokkan Xienna ke dinding. "Pakaian sederhana, tidak ada perhiasan mahal, bahkan caramu berjalan pun tidak menunjukkan keanggunan sama sekali. Kau hanya sampah yang tidak pantas berada di sisi Yang Mulia!"

"Lady Ghelia, saya..."

"Diam!" bentak Ghelia. "Dengar baik-baik. Aku adalah putri dari Count Forel. Darah bangsawan mengalir dalam nadiku. Akulah yang pantas mendampingi Yang Mulia Xyon, bukan gadis rendahan sepertimu!"

Xienna merasakan dadanya sesak. Kata-kata Ghelia mengingatkannya pada cemoohan para dayang dulu. Namun kali ini berbeda - ada kebencian yang lebih dalam, lebih berbahaya dalam setiap kata-kata Ghelia.

"Jika kau tahu apa yang baik untukmu," Ghelia berbisik mengancam, "menjauhlah dari Yang Mulia. Atau..." seringai kejam terbentuk di bibirnya, "kau mungkin akan mengalami 'kecelakaan' yang sangat... disayangkan."

Dengan itu, Ghelia berlalu, meninggalkan Xienna yang gemetar sendirian di koridor. Kalung ruby di lehernya berdenyut hangat, seolah mencoba menenangkannya. Namun kali ini, Xienna tahu - ancaman yang ia hadapi jauh lebih berbahaya dari sekadar cemoohan para dayang.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang