Bab 62 : Mimpi Buruk

5 0 0
                                    


Xyon tersentak bangun dengan nafas memburu. Keringat dingin membasahi dahinya, dan jantungnya berdegup kencang seolah baru saja berlari ribuan mil. Bayangan Xienna yang terbaring kaku dengan bibir membiru masih membayang jelas di pelupuk matanya.

"Tidak... tidak..." ia berbisik panik, matanya segera mencari sosok yang ia takutkan telah pergi.

Di sampingnya, Xienna berbaring dengan damai. Dadanya naik turun dalam ritme teratur, menandakan ia masih bernafas. Wajahnya memang masih pucat, tapi tidak sebiru dalam mimpi mengerikan tadi.

Gerakan tiba-tiba Xyon rupanya mengusik tidur Xienna. Gadis itu membuka matanya perlahan, dan meski tak bisa bersuara, tatapannya menyiratkan kekhawatiran melihat kondisi kekasihnya.

Xienna mengangkat tangannya lemah, menyentuh pipi Xyon dengan lembut. Matanya bertanya, 'Ada apa?'

"Maaf membangunkanmu," Xyon menggenggam tangan Xienna yang masih di pipinya. "Aku... aku bermimpi buruk."

Xienna mengerutkan keningnya, meminta penjelasan lebih.

"Aku bermimpi kehilanganmu," suara Xyon bergetar. "Lady Morgana... dia meracunimu melalui makanan. Dan kau..." ia tak sanggup melanjutkan.

Mata Xienna melebar mendengar nama Lady Morgana. Ia ingat bagaimana tabib istana itu selalu menatapnya dengan pandangan dingin di balik senyum profesionalnya.

"Itu hanya mimpi," Xyon mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Tapi... mungkin ini peringatan."

Ia bangkit dari ranjang, berjalan mondar-mandir dengan pikiran berkecamuk. Mimpi itu terasa begitu nyata. Setiap detail, setiap emosi - semuanya masih terasa begitu jelas.

"Mulai sekarang," ia berhenti dan menatap Xienna dengan tekad kuat, "aku akan memastikan sendiri makananmu. Tidak ada yang boleh menyentuh apapun yang akan kau makan tanpa pengawasanku."

Xienna mencoba menggeleng, tidak ingin membuat Xyon terlalu khawatir. Namun Xyon segera duduk di sampingnya, menggenggam kedua tangannya.

"Kumohon, izinkan aku melakukan ini," pintanya. "Aku tidak bisa kehilanganmu. Mimpi tadi... terlalu mengerikan untuk menjadi kenyataan."

Melihat kesungguhan di mata Xyon, Xienna akhirnya mengangguk pelan. Ia mengangkat tangannya, membentuk simbol hati dengan jarinya.

Xyon tersenyum lembut, "Aku juga mencintaimu. Karena itu, biarkan aku melindungimu."

Fajar mulai merekah di luar jendela, memberikan cahaya keemasan yang hangat ke dalam kamar. Xyon berbaring kembali di samping Xienna, memeluknya erat seolah takut gadis itu akan menghilang jika ia melepaskan.

"Tidurlah lagi," bisiknya. "Aku akan menjagamu."

Sementara Xienna kembali terlelap dalam pelukan hangat kekasihnya, pikiran Xyon terus berputar. Mimpi itu mungkin bukan sekedar bunga tidur. Mungkin ini adalah peringatan dari takdir, memberinya kesempatan untuk mencegah tragedi sebelum terjadi.

Dan kali ini, ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti gadis yang dicintainya. Bahkan jika itu berarti ia harus mencurigai setiap orang di istana ini.

Pagi itu menjadi awal dari kewaspadaan baru. Xyon tahu, di balik dinding-dinding megah istana ini, mungkin tersembunyi ancaman yang siap merenggut kebahagiaannya. Tapi kali ini, ia akan memastikan mimpi buruknya tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang