Bab 137 : Kejutan Saat Pernikahan

1 0 0
                                    


Di singgasana kembar yang megah, Axel dan Luna duduk berdampingan, menerima ucapan selamat dari para tamu. Tiba-tiba, seorang wanita misterius melangkah maju. Jubah putih keemasannya berkilau lembut, cadar tipis menutupi wajahnya, tapi matanya... matanya bersinar seperti mentari pagi.

"Yang Mulia Kaisar Axel, Yang Mulia Permaisuri Luna," suara itu mengalun lembut, begitu familiar di telinga Axel. "Selamat atas pernikahan kalian."

Axel tersentak. Suara itu... suara yang hanya hidup dalam mimpi dan kenangannya. Suara yang selama ini ia rindukan, suara yang membuatnya tetap bertahan di masa-masa tergelap.

Luna merasakan tangan suaminya gemetar. "Axel?"

Xyon melangkah dari kerumunan, berdiri di samping wanita bercadar itu. Senyumnya berbeda - bukan senyum kesedihan yang selama ini Axel lihat, tapi senyum bahagia yang sempurna.

"Putraku," Xyon berkata lembut, "mungkin ini waktu yang tepat."

Dengan gerakan anggun, wanita itu mengangkat tangannya, perlahan membuka cadar yang menutupi wajahnya. Ruangan seketika sunyi. Para tamu menahan napas.

Wajah itu... wajah yang selama ini hanya bisa Axel lihat di lukisan-lukisan tua. Tapi kini, di hadapannya, berdiri sosok nyata ibunya - Xienna.

"Ibu?" suara Axel bergetar. "Tapi... bagaimana?"

"Anakku," Xienna tersenyum, air mata mengalir di pipinya. "Maafkan ibu yang pergi terlalu lama."

Axel bangkit dari singgasananya, kakinya gemetar. Luna menggenggam tangannya erat, memberinya kekuatan.

"Ini... ini benar-benar ibu? Bukan roh atau ilusi?"

"Ini benar-benar aku, sayang," Xienna melangkah maju. "Dalam darah dan daging."

"Crimson Curse," Xyon menjelaskan, "bukan hanya segel terlarang biasa. Ia adalah kunci untuk membuka portal antara dunia kita dan dimensi di mana jiwa-jiwa terperangkap."

"Ketika ayahmu menggunakan Crimson Curse," Xienna melanjutkan, "dia tidak hanya menghancurkan Shadowmere. Dia... membuka jalan untukku kembali. Dan ritual penyembuhan yang dilakukan Luna dan Lily... memberiku kekuatan untuk mewujud kembali."

Axel tidak bisa menahan diri lagi. Ia berlari memeluk ibunya, air mata darah mengalir deras. Xienna memeluknya erat, mencium kening putranya berkali-kali.

"Putraku yang tampan," bisiknya. "Lihat betapa gagahnya dirimu sekarang. Dan..." ia menatap Luna dengan penuh kasih, "betapa beruntungnya kau menemukan pendamping yang begitu sempurna."

Luna turun dari singgasananya, membungkuk hormat pada Xienna. Tapi Xienna segera menariknya dalam pelukan.

"Tidak perlu formalitas, anakku," Xienna tersenyum. "Kau adalah putri yang selalu kuimpikan."

Xyon bergabung dalam pelukan keluarga itu. Para tamu bertepuk tangan, banyak yang ikut meneteskan air mata melihat reuni yang mengharukan ini.

"Jadi," Xienna menatap Axel dan Luna bergantian, matanya berbinar jahil, "kapan aku bisa menggendong cucu?"

"Ibu!" Axel tersipu, sementara Luna tertawa lembut.

"Oh, biarkan mereka menikmati masa pengantin baru mereka dulu," Xyon terkekeh. "Kita punya seluruh keabadian untuk melihat keluarga kita tumbuh."

Di singgasana kembar itu, Axel dan Luna kembali duduk, kali ini dengan Xyon dan Xienna berdiri di sisi mereka. Keluarga kerajaan yang akhirnya utuh, membawa harapan baru bagi masa depan kerajaan vampir.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang