Bab 34 : "Aku akan menunggumu, Cintaku"

10 2 0
                                    

Sinar bulan purnama masih menembus jendela tinggi kamar Xienna ketika Xyon kembali. Tangannya yang berlumuran darah Ghelia telah dia bersihkan, namun aroma kematian masih menguar samar dari tubuhnya.

Xyon melangkah perlahan mendekati ranjang tempat Xienna terbaring. Gadis itu masih tampak seperti boneka porselen yang cantik - kulit pucat, bibir sewarna mawar, dan rambut keemasan yang tergerai di atas bantal sutra. Seolah dia hanya tertidur lelap, bukan terbaring tak bernyawa.

"Xienna, sayangku," Xyon berbisik lembut, duduk di tepi ranjang. Tangannya yang dingin membelai pipi Xienna dengan penuh kasih sayang. "Aku sudah membalaskan dendammu. Ghelia telah membayar kejahatannya dengan nyawanya sendiri."

Kalung ruby pemberian Xyon masih melingkar indah di leher Xienna, berkilau tertimpa cahaya rembulan. Kalung itu adalah medium untuk kutukan vampir yang dia berikan - seharusnya bisa membawa Xienna kembali padanya.

"Mengapa kau belum juga membuka matamu?" tanya Xyon, suaranya dipenuhi kesedihan. Jemarinya menyentuh permata ruby di kalung itu, merasakan energi kutukan yang bergetar di dalamnya. "Kutukan ini seharusnya bekerja. Aku bisa merasakannya mengalir dalam darahmu."

Xyon menggenggam tangan Xienna yang dingin, membawanya ke bibirnya untuk dikecup lembut. "Mungkin aku terlalu tidak sabar. Kau selalu mengatakan itu padaku, bukan? Bahwa aku harus belajar bersabar."

Kenangan-kenangan tentang Xienna berputar di benaknya - tawa riangnya yang seperti denting lonceng, cara matanya berkilau saat tersenyum, kehangatan yang selalu dia pancarkan. Semua itu kini hanya tinggal memori yang membuatnya semakin merindukan kekasihnya.

"Tapi kalung ini..." Xyon memandangi ruby yang berkilau, "akan menjadi pengikat kita. Tak peduli berapa kali kau terlahir kembali, tak peduli seberapa jauh kau pergi, kalung ini akan selalu membawamu kembali padaku."

Xyon berbaring di samping Xienna, memeluknya dengan lembut. Aroma mawar masih samar tercium dari rambut keemasannya, bercampur dengan aroma darah yang mengering.

"Aku akan menunggu," bisiknya di telinga Xienna. "Aku akan menunggu selama apapun sampai kau kembali padaku. Dan saat kau membuka matamu nanti..." dia mengecup kening Xienna, "aku akan membuatmu jatuh cinta padaku lagi."

Di luar, angin malam berhembus lembut, menggerakkan tirai-tirai putih yang menari dalam kegelapan. Bulan purnama masih setia menyinari sosok dua kekasih yang terpisahkan oleh kematian - sang kaisar vampir yang menunggu dengan setia, dan sang kekasih yang tertidur dalam kutukan abadi.

Xyon menatap wajah damai Xienna, tangannya tak lepas membelai pipinya yang dingin. Ruby di kalung itu berkilau redup, seolah memberikan harapan bahwa suatu saat nanti, cinta mereka akan bersatu kembali.

"Tidurlah yang nyenyak, cintaku," bisik Xyon. "Aku akan ada di sini saat kau terbangun nanti. Selalu."

Malam semakin larut, namun Xyon tetap terjaga. Dia akan terus menunggu, sampai kutukan vampir yang dia berikan membawa kembali jiwa kekasihnya. Karena baginya, waktu tak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kesempatan untuk bersama Xienna sekali lagi.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang