Di rumah kaca yang megah, Xienna melangkah perlahan di antara berbagai jenis bunga yang bermekaran. Aroma manis dan segar memenuhi udara, sementara sinar matahari yang menembus kaca menciptakan pemandangan yang memukau. Tangannya menyentuh lembut kelopak-kelopak bunga lily putih yang berjajar rapi di sepanjang jalan setapak.
Langkahnya terhenti ketika matanya menangkap pemandangan yang ganjil. Di tengah lautan bunga mawar kuning yang cerah, berdiri tegak sekelompok mawar merah yang mencolok. Warnanya begitu pekat seperti darah segar, kontras dengan warna-warna lembut di sekelilingnya.
"Mengapa bunga mawar merah ini berada di tengah-tengah bunga berwarna kuning?" tanya Xienna penasaran, menoleh pada Xyon yang berdiri tak jauh darinya. "Bukankah terlihat aneh di antara harmonisasi warna yang lain?"
Xyon melangkah mendekat, jubah hitamnya menyapu lantai marmer dengan anggun. Mata merahnya menatap mawar-mawar itu dengan pandangan yang sulit diartikan - campuran antara kerinduan dan kesedihan yang dalam.
"Ini..." Xyon mengulurkan tangan, menyentuh kelopak mawar merah dengan gerakan yang nyaris lembut - sikap yang jarang ia tunjukkan. "Adalah warna yang mengingatkanku pada seseorang."
Tatapannya beralih pada Xienna, dan untuk sesaat, bayangan wajah Ivory seolah tumpang tindih dengan wajah gadis di hadapannya. Rahangnya mengeras menahan gejolak emosi yang tiba-tiba membuncah.
"Mawar merah ini kutanam sendiri," lanjutnya, suaranya terdengar jauh seperti tenggelam dalam kenangan. "Di tengah mawar kuning yang melambangkan persahabatan dan kebahagiaan, mawar merah ini berdiri sebagai pengingat akan sesuatu yang lebih dalam - cinta yang berubah menjadi obsesi, kebahagiaan yang berakhir dalam tragedi."
Xienna merasakan atmosfer di sekitar mereka berubah berat. Xyon yang biasanya dingin dan kejam kini menunjukkan sisi yang berbeda - sisi yang rapuh dan terluka. Tanpa sadar, tangannya terulur hendak menyentuh lengan Xyon, namun ia menariknya kembali saat menyadari apa yang hampir ia lakukan.
"Setiap kelopak merah ini," Xyon melanjutkan, matanya menerawang. "Menyimpan memori tentang dia - tawanya, tangisnya, dan akhirnya... kepergiannya. Seperti darah yang mengalir dalam nadiku, merah adalah warna yang tak bisa kulupakan."
Keheningan yang menyusul terasa mencekam. Xienna bisa merasakan kesedihan dan penyesalan yang terpancar dari sosok di hadapannya. Untuk pertama kalinya, ia melihat sisi lain dari sang kaisar vampir yang ditakuti - sisi yang masih menyimpan luka dari masa lalu.
"Tapi sekarang..." Xyon berbalik menghadap Xienna sepenuhnya, matanya berkilat dengan emosi yang kompleks. "Takdir telah membawamu kembali padaku. Kali ini, aku tidak akan membiarkan sejarah terulang. Kau akan tetap di sini, Xienna. Selamanya."
Angin sepoi-sepoi menggerakkan kelopak-kelopak mawar, menciptakan tarian indah yang kontras dengan ketegangan di antara mereka. Xienna merasakan jantungnya berdetak lebih cepat - entah karena takut atau karena sesuatu yang lain yang belum ia pahami.
Di rumah kaca itu, di antara mawar merah dan kuning yang berdampingan, takdir mereka terjalin semakin erat - sang kaisar vampir yang terjebak dalam kenangan masa lalu, dan gadis yang tanpa sadar telah membuka kembali luka lama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
Любовные романыPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...