Saat pelajaran terakhir akan berakhir, Xienna melirik gugup ke arah tasnya, dimana dua buku 'panduan' itu tersembunyi. Jantungnya berdebar membayangkan reaksi Aaron nanti.
"Jangan lupa beri tahu kami hasilnya besok!" Kathy berbisik jahil saat membereskan bukunya.
"Ta-tapi..." Xienna mencoba protes.
"Tenang saja," Rose mengedipkan mata. "Kami pilihkan yang paling cocok untukmu."
Tepat saat bel pulang berbunyi, ponsel Xienna bergetar - sebuah pesan dari Aaron.
[Aku sudah di depan gerbang, Istriku.]
Xienna menelan ludah gugup, menggenggam tali tasnya erat-erat.
"Ah, pangeran bertopeng sudah menjemput!" Emily terkikik melihat wajah Xienna yang memerah.
"Se-selamat tinggal!" Xienna bergegas keluar kelas, mengabaikan godaan teman-temannya.
Dari kejauhan, Nathan menatap kepergian Xienna dengan rahang mengeras. Dia bisa melihat mobil Aaron yang sudah menunggu, dan sosok bertopeng yang bersandar di sisinya dengan pose angkuh.
Di dalam mobil...
"Bagaimana harimu, Sayang?" Aaron bertanya sambil mengemudi.
"Ba-baik..." Xienna menjawab pelan, tangannya masih menggenggam tas dengan gugup.
Aaron melirik tingkah Xienna dari sudut matanya. "Ada sesuatu yang ingin kau tunjukkan padaku?"
"Eh?" Xienna tersentak. "Ti-tidak ada!"
"Benarkah?" Aaron tersenyum di balik topengnya. "Lalu kenapa kau terus memeluk tasmu seperti itu?"
"I-ini..." Xienna menggigit bibir.
Mobil berhenti di lampu merah. Aaron mengulurkan tangannya, dengan lembut mengusap pipi Xienna.
"Kau tahu aku tidak suka dibohongi, sayang."
Dengan tangan gemetar, Xienna membuka tasnya dan mengeluarkan dua buku itu.
"Oh?" Aaron mengambil buku-buku itu dengan satu tangan. "'How to Be the Perfect Wife' dan 'Sweet Moments'..."
"Te-teman-teman yang meminjamkannya..." Xienna menjelaskan cepat-cepat. "A-aku tidak..."
"Sssh," Aaron meletakkan jarinya di bibir Xienna. "Aku senang kau begitu bersemangat belajar."
Wajah Xienna semakin merah. "Be-benarkah?"
"Tentu saja," Aaron mengembalikan buku-buku itu. "Bagaimana kalau kita... mempraktekkan beberapa tips nanti malam?"
"Eh?!"
"Aku penasaran," Aaron melanjutkan dengan nada menggoda. "Halaman mana yang paling menarik perhatianmu?"
"A-aku belum membacanya!" Xienna menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
"Kalau begitu," Aaron tersenyum misterius. "Bagaimana kalau kita baca bersama?"
Xienna mengintip dari sela jarinya. "Be-bersama?"
"Mmhm," Aaron mengangguk. "Kita bisa memilih bagian mana yang ingin kita praktekkan duluan."
"Ta-tapi..."
"Atau..." Aaron melirik Xienna dengan tatapan yang membuat jantungnya berdebar kencang. "Kau lebih suka kejutan seperti semalam?"
Xienna langsung teringat ciuman mereka, membuat wajahnya semakin memanas - jika itu masih mungkin.
"Sayang?" Aaron menunggu jawabannya.
"Te-terserah Aaron saja..." Xienna akhirnya menjawab sangat pelan.
Aaron tertawa kecil. "istri yang sangat penurut."
Sepanjang perjalanan pulang, Xienna tidak berani menatap Aaron. Pikirannya dipenuhi bayangan tentang apa yang akan terjadi nanti malam. Sementara Aaron tersenyum puas di balik topengnya, merencanakan langkah selanjutnya dalam permainannya...
Di sekolah, Nathan masih duduk di kelasnya yang sudah sepi, menatap kursi kosong Xienna dengan tatapan frustrasi.
"Semakin dalam..." dia bergumam pahit. "Kau membiarkan dia menarikmu semakin dalam, Xienna."
Tangannya mengepal, mengingat bagaimana dulu Aaron menghancurkan orang-orang yang dia anggap 'menarik' - mempermainkan mereka sampai hancur, lalu meninggalkan mereka begitu saja.
"Tidak kali ini," Nathan berdiri, mengambil keputusan. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Xienna."
Tapi pertanyaannya adalah... bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...