Bab 94 : Menceritakan dongeng

4 0 0
                                    

Jarum jam di dinding kamar Xyon bergerak mendekati tengah malam. Cahaya lilin menari-nari menciptakan bayangan yang bergoyang di dinding, sementara sinar bulan masih setia menerangi kamar melalui jendela-jendela tinggi yang terbuka.

Setelah menghabiskan sup terakhirnya dengan cara yang membuat Xienna tak henti-hentinya merona, Xyon menatap kekasihnya dengan tatapan lembut yang jarang ia tunjukkan pada siapapun.

"Xienna," panggilnya pelan, suaranya terdengar seperti beludru dalam keheningan malam. "Maukah kau membantuku tertidur?"

Xienna memiringkan kepalanya dengan bingung, jemarinya bergerak membentuk isyarat: 'Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu tidur?'

Senyum Xyon melembut, tangannya terulur membelai pipi Xienna yang masih tersisa rona merah. "Tidak sulit," jawabnya. "Aku hanya ingin kau membacakan dongeng untukku."

Melihat ekspresi bingung Xienna yang semakin kentara, Xyon menambahkan, "Dengan bahasa isyaratmu. Dan..." ia terdiam sejenak, matanya berkilat jahil, "...aku ingin berbaring di pangkuanmu."

Wajah Xienna kembali memerah. Ia menggerakkan tangannya dengan gugup: 'Tapi... aku tidak pernah mendongeng sebelumnya. Bagaimana jika ceritaku membosankan?'

Xyon tertawa kecil, suaranya dalam dan menenangkan. "Apapun yang kau ceritakan, aku akan menyukainya," ujarnya tulus. Tanpa menunggu jawaban Xienna, ia membaringkan kepalanya di pangkuan gadis itu.

Xienna tersentak kaget, tapi tidak menolak. Aroma mawar hitam yang khas menguar dari rambut Xyon yang tergelar di pangkuannya. Dengan ragu-ragu, ia mulai menggerakkan tangannya, menceritakan dongeng yang pernah ia dengar sewaktu kecil.

'Pada zaman dahulu kala,' mulainya dengan isyarat yang masih sedikit gemetar, 'hiduplah seorang putri yang dikutuk untuk tertidur selamanya...'

Xyon memperhatikan setiap gerakan tangan Xienna dengan seksama, sesekali tersenyum melihat ekspresi gadis itu yang berubah-ubah sesuai alur cerita. Kadang alisnya berkerut saat bagian sedih, atau matanya berbinar saat menceritakan bagian yang menyenangkan.

"Kau sangat menggemaskan saat bercerita," goda Xyon di sela-sela dongeng, membuat gerakan tangan Xienna terhenti sejenak dan wajahnya kembali merona.

'J-jangan menggodaku,' balas Xienna dengan isyarat terbata. 'Aku sedang berusaha fokus bercerita.'

Xyon terkekeh pelan, tangannya meraih jemari Xienna dan mengecupnya lembut. "Maafkan aku. Lanjutkan ceritamu, sayangku."

Dengan wajah yang masih memerah, Xienna melanjutkan dongengnya. Tanpa sadar, jemarinya yang bebas mulai membelai rambut Xyon dengan lembut, membuat sang Kaisar Vampir memejamkan mata menikmati sentuhan itu.

Di luar, bulan semakin tinggi di langit, dan angin malam berbisik lembut membawa aroma mawar dari taman. Dalam kamar yang remang itu, seorang gadis bisu terus bercerita dengan bahasa isyaratnya, sementara sang Kaisar Vampir yang ditakuti perlahan terlelap dalam kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Malam itu menjadi bukti bahwa cinta sejati tidak memerlukan kata-kata untuk tersampaikan - bahwa bahasa hati jauh lebih kuat dari segala bentuk komunikasi yang ada di dunia.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang