Bab 121 : Pertemuan Takdir

4 0 0
                                    

Cahaya matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan mozaik keemasan di atas tanah hutan. Axel, pewaris tahta Kerajaan Vampir, berdiri dengan ekspresi bosan di tengah kerumunan para bangsawan yang antusias menanti dimulainya Pesta Perburuan Tahunan.

Para lady muda berbisik-bisik sambil mencuri pandang ke arahnya. Tak mengherankan - dengan rambut segelap malam dan mata merah delimanya yang tajam, Axel mewarisi ketampanan ayahnya, Kaisar Xyon. Namun seperti sang ayah di masa mudanya, Axel memiliki temperamen dingin yang membuat orang-orang menjaga jarak.

"Lihat betapa tampannya Pangeran Axel!" bisik seorang lady berambut merah.

"Dia benar-benar mirip dengan Yang Mulia Kaisar!" timpal yang lain dengan pipi merona.

Axel menoleh tajam ke arah suara-suara itu, membuat para lady terkesiap dan menunduk takut. Ia mendengus pelan. Perburuan tahunan ini hanya membuang-buang waktunya.

Ketika horn berbunyi menandakan dimulainya perburuan, Axel melangkah ke dalam hutan dengan malas. Para peserta lain bergegas mengejar mangsa mereka, tapi ia lebih memilih berjalan santai menyusuri jalan setapak yang sepi.

Tiba-tiba, seberkas cahaya putih melesat di depan matanya. Axel tertegun. Ada sesuatu yang berbeda dari cahaya itu - seolah memanggil jiwanya. Tanpa pikir panjang, ia mengejar kilauan misterius tersebut.

Langkahnya terhenti di sebuah telaga tersembunyi. Air jernih berkilau ditimpa sinar matahari, dikelilingi mawar-mawar putih yang mekar sempurna. Dan di sana, bertengger di atas batu kristal, seekor Phoenix salju menatapnya dengan mata safir yang dalam.

"Siapa kau?" suara merdu Phoenix itu bergema dalam benaknya. "Mengapa... kau sangat mirip dengan Yang Mulia?"

Axel mengernyit. "Apa maksudmu?"

Phoenix itu mengepakkan sayapnya perlahan, menciptakan serpihan es yang berkilauan. "Kau mirip sekali dengan Kaisar Xyon... dan juga wanita itu."

"Wanita yang mana?"

"Seorang wanita bisu berambut keemasan... yang berhasil mencairkan hati dingin sang Kaisar Vampir. Teman lamaku, Xienna."

Mata Axel melebar. Xienna - nama ibundanya yang telah lama tiada.

# Kisah Masa Lalu

Phoenix itu mulai bercerita tentang pertemuannya dengan kedua orang tua Axel, dua puluh tahun yang lalu di telaga yang sama. Bagaimana Xyon yang terkenal kejam justru menunjukkan kelembutan saat memintanya ikut ke istana. Bagaimana tatapan sang Kaisar melembut setiap kali menyebut nama Xienna.

"Ibumu adalah wanita yang luar biasa," Phoenix itu melanjutkan. "Meski tidak bisa berbicara, senyumnya mampu melelehkan es di hati ayahmu. Ketulusan cintanya mengubah Kaisar Xyon yang ditakuti menjadi sosok yang lebih manusiawi."

Axel terdiam. Ia tumbuh tanpa sempat mengenal ibunya - Xienna meninggal saat melahirkannya. Yang ia tahu hanya dari cerita para pelayan tentang betapa cantik dan lembutnya sang Ratu.

"Kau mewarisi ketampanan ayahmu," Phoenix itu mengamati. "Tapi matamu... matamu memiliki kelembutan seperti ibumu."

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang