Dengan tangan sedikit gemetar, Axel mengambil surat itu. Tulisan ayahnya yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan, seolah ditulis dengan tergesa-gesa."Putraku yang tercinta,
Jika kau membaca surat ini, berarti aku sudah pergi. Bukan karena aku meninggalkanmu, tapi karena waktuku telah tiba. Kau tahu betul bahwa kerinduanku pada ibumu semakin dalam setiap harinya.
Hari ini, saat aku melihatmu mengeksekusi para pengkhianat itu, aku tahu kau sudah siap. Kau akan menjadi pemimpin yang lebih baik dariku. Kau memiliki ketegasan ibumu dan kebijaksanaan yang kau pelajari dari kesalahanku.
Jangan mencariku, Axel. Aku pergi ke tempat yang sudah seharusnya - bergabung dengan ibumu dalam keabadian. Tubuhku mungkin telah menjadi debu, kembali ke tanah leluhur kita.
Satu hal yang perlu kau tahu - di ruang rahasia di balik lukisan ibumu, ada sebuah kotak. Di dalamnya terdapat rahasia terbesar kerajaan kita. Kau akan tahu apa yang harus kau lakukan.
Dengan cinta yang abadi,
Ayahmu, Xyon"Tanpa membuang waktu, Axel bergegas ke ruang utama dimana lukisan besar ibunya, Xienna, terpajang. Dengan hati-hati ia menggeser lukisan itu, mengungkap sebuah pintu rahasia yang tersembunyi dengan sempurna.
Di balik pintu itu, sebuah ruangan kecil penuh dengan rak-rak buku dan berbagai artifak kuno. Di tengah ruangan, di atas meja kayu tua, tergeletak sebuah kotak kayu berukir dengan simbol mawar - lambang keluarga mereka.
Axel membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya, ia menemukan sebuah kalung kristal yang pernah ia lihat dipakai ibunya dalam lukisan-lukisan lama. Bersamaan dengan kalung itu, ada sebuah buku harian usang dan sepucuk surat lainnya.
"Untuk putra kami tercinta,
Jika kau membaca ini, berarti kami berdua telah tiada. Kalung ruby ini bukan sekadar perhiasan - ia adalah kunci menuju kekuatan tertinggi para vampir. Kekuatan yang selama ini disembunyikan dari dunia.
Tapi ingatlah, Axel, dengan kekuatan besar datang tanggung jawab yang lebih besar. Gunakan ini hanya saat kerajaan benar-benar membutuhkannya. Dan yang terpenting, jangan biarkan kekuatan ini membutakan hatimu seperti yang terjadi pada leluhur kita sebelumnya.
Kami akan selalu mengawasimu dari keabadian.
Ayah dan Ibumu"Axel menggenggam kalung ruby itu, merasakan energi kuno yang berdenyut di dalamnya. Air mata darah mengalir di pipinya - bukan karena kesedihan, tapi karena rasa hormat dan tekad yang membara.
Ia berjalan ke balkon, memandang kerajaannya yang terbentang luas. Matahari telah sepenuhnya tenggelam, dan bulan purnama bersinar terang di langit. Disuatu tempat, dia tahu orang tuanya Sedang mengawasi dirinya.
"Aku berjanji," bisiknya pada angin malam, "aku akan menjadi raja yang kalian impikan. Aku akan melindungi kerajaan ini dengan segenap jiwa ragaku."
Kalung ruby di tangannya bercahaya lembut, seolah merespons sumpahnya. Dan untuk pertama kalinya sejak kematian kedua orangtuanya, Axel tersenyum. Ia tahu ini bukan akhir, tapi awal dari era baru - era dimana ia akan memimpin kerajaan vampir menuju masa depan yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...