Sore itu, langit London mulai berubah kemerahan. Di koridor St. Catherine Academy, Xienna sedang membereskan bukunya bersama Kathy dan beberapa teman barunya.
"Jadi untuk presentasi minggu depan..." ucapan Xienna terpotong saat ponselnya berdering. Layarnya menampilkan nama 'Aaron' dengan foto pria bertopeng perak itu.
"Angkat saja," Kathy tersenyum menggoda. "Kami tidak keberara-"
"H-halo?" Xienna menjawab tergesa, wajahnya sudah mulai memerah.
"Hello, my dear," suara bariton Aaron terdengar menggoda di seberang sana. "Sudah siap pulang?"
"Y-ya..." Xienna tergagap, mencoba mengabaikan bisikan-bisikan temannya.
"Kyaa, lihat wajahnya merah!"
"Mereka manis sekali..."
"CEO muda dan istrinya yang cantik...""Hmm?" Aaron terkekeh mendengar kegugupan Xienna. "Sepertinya teman-temanmu sangat... antusias."
"Me-mereka tidak-"
"Ah, aku suka mendengar suara gugupmu, Sayang," Aaron memotong dengan nada yang membuat jantung Xienna berdebar lebih kencang. "Bagaimana kalau kubuat kau lebih gugup lagi saat kujemput nanti?"
"A-aaron!" Xienna memekik pelan, membuat teman-temannya terkikik. "Aku... aku tunggu di gerbang!"
"Baiklah, istriku sayang," Aaron berbisik sebelum Xienna buru-buru memutus panggilan.
"Ya ampun!" Emily, salah satu teman sekelasnya, menjerit tertahan. "Kalian benar-benar couple goals!"
"Suaranya seksi sekali ya?" Kathy mengedipkan mata. "Pantas wajahmu selalu merah saat dia telepon."
"Ka-kathy!" Xienna menutupi wajahnya yang semakin memanas.
"Dan caranya memanggilmu 'dear'," Lisa menambahkan dengan mata berbinar. "Astaga, aku iri!"
"Tapi kenapa dia selalu pakai topeng ya?" tanya Rose penasaran.
"Mungkin wajahnya terlalu tampan," Kathy tertawa. "Bisa-bisa semua gadis pingsan kalau lihat."
"Bu-bukan begitu..." Xienna mencoba menjelaskan, tapi teman-temannya sudah larut dalam fantasi mereka.
"Eh, bagaimana kalau kita intip mereka di gerbang nanti?"
"Setuju! Aku penasaran bagaimana cara CEO Wintergale menggoda istrinya..."
"Kyaa! Pasti romantis sekali!""Ka-kalian!" Xienna panik. "Jangan!"
Tapi teman-temannya hanya tertawa, mulai mendorong Xienna ke arah gerbang sambil terus menggodanya.
"Cepat sana," Kathy mengedip jahil. "Pangeran bertopengmu sudah menunggu."
"Jangan lupa ceritakan detailnya besok ya!"
"Terutama kalau dia menciummu!"
"KYAA!"Xienna praktis berlari ke gerbang, meninggalkan teman-temannya yang masih heboh mengkhayal. Wajahnya terasa panas sampai ke telinga.
Di kejauhan, Nathan menatap semua itu dengan rahang mengeras. Xienna yang dia kenal dulu tidak pernah seperti ini - tersipu malu, salah tingkah, jatuh dalam pesona seseorang.
'Apa yang sudah dilakukan pria itu padamu, Xienna?' Nathan membatin geram.
Tepat saat itu, Rolls-Royce hitam berhenti di depan gerbang. Aaron keluar dengan elegannya, topeng perak berkilau tertimpa sinar senja.
"Hello, dear," Aaron menyapa, tangannya terulur pada Xienna.
"A-aaron..." Xienna menyambut uluran itu dengan wajah masih merona.
Dari balik semak-semak, Kathy dan yang lain menjerit tertahan melihat Aaron mengecup punggung tangan Xienna lembut.
"KYAAAAA!"
"Sepertinya..." Aaron berbisik di telinga Xienna. "Kita punya penonton."
Xienna bisa mendengar kikikan teman-temannya, membuatnya semakin salah tingkah.
"Bagaimana kalau..." Aaron menarik Xienna lebih dekat. "Kita beri mereka pertunjukan yang lebih menarik?"
"Eh? Ap-"
Ucapan Xienna terpotong saat Aaron menunduk, topeng peraknya nyaris menyentuh bibirnya. Jeritan histeris langsung terdengar dari semak-semak.
"KYAAAAAAAA!"
"A-aaron!" Xienna mendorong dadanya panik. "Me-mereka melihat!"
Aaron tertawa, menikmati wajah Xienna yang semerah tomat. "That's the point, my dear."
Dengan gerakan mulus, dia membukakan pintu mobil untuk Xienna yang masih gelagapan.
"Sampai besok, ladies," Aaron melambaikan tangan pada semak-semak tempat Kathy dan yang lain bersembunyi.
"KYAA! DIA TAHU!"
"YA AMPUN, MEREKA MANIS SEKALI!"
"AKU BISA MATI BAHAGIA SEKARANG!"Di dalam mobil, Xienna menenggelamkan wajahnya ke tas.
"Kau..." dia mengerang malu. "Sengaja kan?"
"Hmm?" Aaron pura-pura polos. "Aku tidak tahu apa maksudmu, dear."
"Aaron!"
"Ya, istriku sayang?"
"Berhenti memanggilku begitu!"
"Kenapa?" Aaron mendekatkan wajahnya. "Bukankah sebentar lagi itu akan jadi kenyataan?"
"A-aku..." Xienna tergagap, jantungnya berdebar tidak karuan.
Aaron tersenyum puas di balik topengnya. Rencananya berjalan sempurna. Xienna semakin jatuh dalam pesonanya, sementara teman-temannya tanpa sadar membantu memperkuat ikatan mereka.
'Ah,' Aaron membatin. 'Sebentar lagi, my dear. Sebentar lagi kau akan benar-benar jadi milikku.'
Di kejauhan, Nathan mengepalkan tangannya hingga kuku-kuku jarinya memutih. Dia bisa melihat bagaimana Aaron memanipulasi situasi, membuat semua orang mendukung hubungan mereka.
'Tunggu saja,' Nathan bersumpah dalam hati. 'Aku akan membongkar topengmu, Wintergale. Dan menyelamatkan Xienna darimu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...