Bab 192 : Menjadi Pusat perhatian

5 0 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Setelah 'hukuman' semalam, Xienna masih merasa lemas dan pegal di seluruh tubuhnya.

"Xienna!" Sara menghampirinya. "Kau baik-baik saja? Semalam..."

"Jangan dibahas..." Xienna mengerang pelan, membenamkan wajahnya ke meja.

"Ma-maaf..." Sara tersenyum canggung. "Tapi... bagaimana 'hukumannya'?"

"SARA!" wajah Xienna langsung merah padam.

"Ya ampun~" Kathy ikut menggoda. "Pasti 'perawatannya' sangat intensif ya?"

"Berhenti! Kalian..." Xienna hendak protes ketika suara langkah kaki terdengar di koridor.

Tap. Tap. Tap.

Suara itu semakin mendekat, membuat seluruh kelas terdiam. Aura intimidasi yang familiar mulai terasa.

SRAK!

Pintu kelas terbuka, menampilkan sosok tinggi Aaron Wintergale dalam balutan jas hitam dan topeng yang menutupi sebagian wajahnya.

"Tu-tuan Wintergale?!" seluruh kelas terkesiap.

Aaron mengabaikan tatapan terpesona dari murid-murid perempuan, matanya terfokus pada satu target: Xienna.

"A-aaron?!" Xienna tergagap. "Ke-kenapa kau di sini?"

"Menjemput pasienku, tentu saja," Aaron tersenyum di balik topengnya.

"Ta-tapi biasanya kau menunggu di gerbang..." Xienna mencoba protes.

"Oh?" Aaron melangkah mendekat. "Setelah kejadian semalam, kau pikir aku akan memberimu kesempatan untuk kabur lagi?"

Wajah Xienna langsung merah padam mendengar kata 'semalam', sementara teman-temannya mulai berbisik:

"Semalam?"
"Apa yang terjadi?"
"Kyaaa! Jangan-jangan..."

"Baiklah," Aaron berdiri di depan meja Xienna. "Bagaimana kalau kita pulang, pasien sayang?"

"A-aku bisa jalan sendiri!" Xienna buru-buru membereskan tasnya.

"Benarkah?" Aaron menyeringai. "Dengan kondisimu yang seperti ini?"

"A-apa maksud-KYAA!"

Tanpa peringatan, Aaron mengangkat tubuh mungil Xienna dalam gendongan bridal style.

"AARON!" Xienna memekik panik. "Tu-turunkan aku!"

"Tidak bisa," Aaron mengeratkan gendongannya. "Ini bagian dari perawatanmu."

"Ta-tapi..." Xienna melirik teman-temannya yang menatap dengan mata berbinar.

"Kyaaaa!"
"So sweet!"
"Tuan Wintergale romantis sekali!"

"A-aaron..." Xienna berbisik panik. "Se-semua orang melihat..."

"Biarkan mereka melihat," Aaron berbisik possesif. "Biar mereka tahu kau milikku."

"Mou..." Xienna membenamkan wajahnya ke dada Aaron, tidak sanggup menatap teman-temannya.

Dengan langkah tegap, Aaron membawa Xienna keluar kelas. Sepanjang koridor, semua mata tertuju pada mereka.

"Lihat! Itu Tuan Wintergale!"
"Kyaa! Dia menggendong Xienna!"
"So romantis!"
"Mereka serasi sekali!"

"A-aaron..." Xienna merengek pelan. "I-ini memalukan..."

"Hmm?" Aaron tersenyum jahil. "Lebih memalukan dari 'hukumanmu' semalam?"

"AARON!" wajah Xienna semakin merah.

Aaron terkekeh geli melihat reaksi 'istri kecilnya'. "Jangan khawatir, sayang, kita akan segera sampai di rumah."

"La-lalu kau akan menurunkanku?" Xienna bertanya penuh harap.

"Oh tidak," Aaron menyeringai berbahaya. "Di rumah... aku punya 'perawatan' khusus untukmu."

"E-eh?!"

"Setelah semua," Aaron berbisik seduktif. "Kau masih butuh 'hukuman' karena mencoba kabur kemarin."

"Ta-tapi..." Xienna menelan ludah gugup. "Bu-bukankah semalam sudah..."

"Itu hanya permulaan, istriku tersayang," Aaron mengecup kening Xienna lembut. "Kau harus belajar untuk tidak pernah mencoba kabur dariku lagi."

Dan begitulah, Xienna harus menghabiskan hari-harinya sebagai 'pasien' dari dokter possesif yang tidak akan pernah melepaskannya. Karena bagi Aaron Wintergale, Xienna adalah miliknya... selamanya.

Di belakang mereka, teman-teman Xienna hanya bisa terkikik geli:

"Yaampun~ sepertinya malam ini akan jadi malam yang panjang untuk Xienna."
"Kasihan Xienna... tapi dia beruntung ya punya suami seperti Tuan Wintergale!"
"Kyaa! Aku iri!"

Dan Xienna? Dia hanya bisa pasrah dalam gendongan Aaron, tahu bahwa 'perawatan intensif' menantinya di rumah.

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang