Bab 150 : 3 Topeng Sekaligus

2 0 0
                                    

Sudah dua minggu berlalu sejak Vincent absen dari sekolah. Koridor-koridor yang biasanya ramai dengan jeritan para penggemar kini terasa lebih sunyi. Para siswi yang biasanya berkumpul di depan kelasnya sekarang hanya bisa memandangi kursi kosongnya dengan tatapan sendu.

"Kudengar Vincent sakit," bisik seorang siswi pada temannya saat istirahat.

"Iya, katanya dia terbaring lemah di rumah sakit," tambah yang lain.

"Tapi aneh ya, tidak ada yang tahu dia dirawat di rumah sakit mana..."

Xienna yang tidak sengaja mendengar percakapan itu hanya bisa menghela nafas. Entah mengapa, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Vincent yang selalu tampak sempurna dan sehat, tiba-tiba sakit hingga tidak masuk selama berminggu-minggu?

Sementara itu, di gedung pencakar langit Wintergale Corp, sosok bertopeng perak tengah menandatangani setumpuk dokumen.

"Tuan," Alex masuk dengan tergesa. "Ada tiga meeting yang harus Anda hadiri hari ini. Lalu ada pembukaan cabang baru di Singapura yang membutuhkan kehadiran Anda secara virtual, dan..."

V mengangguk sambil terus menandatangani dokumen. "Meeting dengan para investor?"

"Pukul 2 siang, Tuan."

"Pembukaan cabang?"

"4 sore waktu setempat."

V melirik jadwalnya yang padat. Menjadi Aaron Wintergale memang menguras energi, tapi setidaknya tidak ada yang pernah melihat wajah aslinya. Topeng perak elegan itu sudah menjadi trademark-nya, membuatnya lebih misterius dan dikagumi.

"Ada satu lagi, Tuan," Alex menambahkan dengan hati-hati. "International Excellence High School mengundang Anda sebagai pembicara untuk sesi tanya jawab minggu depan."

V menghentikan gerakan penanya. international Excellence High School - sekolah Xienna.

"Hmm... menarik," gumamnya pelan. "Atur jadwalnya, Alex."

Seminggu kemudian...

Aula Excellence dipenuhi siswa-siswi yang antusias. Spanduk besar bertuliskan "Welcome, Mr. Aaron Wintergale - CEO Wintergale Corp" terpasang di depan.

"Aku tidak percaya kita akan bertemu langsung dengan Aaron Wintergale!" seru seorang siswi dengan mata berbinar.

"Tapi bukankah dia selalu memakai topeng? Tidak ada yang tahu wajah aslinya," sahut temannya.

"Justru itu yang membuatnya semakin keren!"

Di sudut aula, Xienna duduk dengan Nathan, membolak-balik buku catatannya yang berisi pertanyaan untuk sesi nanti.

"Kau tampak gugup," Nathan tersenyum melihat tingkah Xienna.

"Tentu saja! Ini kesempatan langka bisa bertanya langsung pada CEO perusahaan teknologi terbesar. Aku ingin menanyakan tentang implementasi AI dalam..."

Kata-kata Xienna terhenti saat pintu aula terbuka. Sosok jangkung dalam setelan hitam sempurna melangkah masuk. Topeng perak yang menutupi seluruh wajahnya berkilau tertimpa cahaya, menciptakan efek yang hampir magis.

Seluruh aula terdiam. Aaron Wintergale - sosok misterius yang nama dan prestasinya dikenal di seluruh dunia, kini berdiri di hadapan mereka.

"Selamat pagi," suaranya dalam dan tenang, mengisi keheningan aula. "Saya sangat senang bisa hadir di Blackwood Academy hari ini."

Xienna merasakan sensasi aneh saat mendengar suara itu. Ada sesuatu yang familiar... tapi dia tidak bisa menjelaskan apa.

Sesi tanya jawab dimulai dengan antusiasme tinggi. Tangan-tangan terangkat di seluruh aula, berharap terpilih untuk bertanya pada sosok misterius di podium.

"Anda bisa memulai pertanyaan," Aaron mempersilakan dengan gestur elegan. Topeng peraknya berkilau lembut di bawah lampu aula.

"Mr. Wintergale, mengapa Anda selalu mengenakan topeng?" seorang siswi memberanikan diri bertanya.

Tawa pelan terdengar dari balik topeng perak itu. "Ah, pertanyaan klasik. Terkadang, kita perlu memisahkan persona publik dan pribadi. Topeng ini... adalah pembatas sekaligus pelindung."

Xienna tersentak mendengar jawaban itu. Kata-kata yang mirip dengan... seseorang. Tapi siapa?

"Selanjutnya?" Aaron menunjuk ke arah lain.

"Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan teknologi AI dalam bidang pendidikan?"

"Menarik," Aaron melangkah ke samping podium dengan gerakan yang entah mengapa tampak tidak asing di mata Xienna. "AI bukan hanya tentang otomatisasi, tapi juga tentang bagaimana kita bisa menggunakannya untuk memahami pola belajar setiap individu. Setiap orang memiliki cara unik dalam memproses informasi..."

Xienna mendengarkan dengan nafas tertahan. Suara itu... cara berbicara itu... kenapa terasa seperti déjà vu?

"Nona di pojok sana," Aaron tiba-tiba menunjuk ke arah Xienna. "Sepertinya Anda punya pertanyaan?"

Xienna berdiri, jantungnya berdegup kencang. "Y-ya, Mr. Wintergale. Saya ingin tahu pendapat Anda tentang teori yang baru-baru ini dipublikasikan di forum fisika internasional, tentang penggunaan AI dalam menyelesaikan persamaan diferensial non-linear..."

Aaron terdiam sejenak. Di balik topengnya, V tersenyum. Tentu saja dia tahu teori itu - teori yang Xienna posting sebagai GoldenPhoenix.

"Ah, teori yang brilian," jawabnya dengan nada yang membuat Xienna semakin merasa familiar. "Pendekatannya sangat unik, mengingatkan saya pada cara berpikir seseorang yang... spesial."

Nathan, yang duduk di samping Xienna, mengernyitkan dahi. Ada sesuatu dalam cara Aaron berbicara pada Xienna yang terasa... personal.

"Saya setuju dengan penulis teori tersebut," lanjut Aaron. "Terkadang solusi terbaik datang dari sudut pandang yang tidak terduga. Seperti... permainan catur, di mana langkah tidak terduga bisa menjadi strategi pemenang."

Xienna membeku. Permainan catur? Shadows_Whisper sering menggunakan analogi catur dalam diskusi mereka.

"T-terima kasih, Mr. Wintergale," Xienna duduk kembali, pikirannya berkecamuk.

Sesi berlanjut, tapi Xienna tidak lagi fokus pada pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Otaknya sibuk mengumpulkan puzzle: suara itu, cara berbicara itu, referensi-referensi yang terlalu spesifik...

Di podium, V tersenyum di balik topeng peraknya. Dia sengaja memberikan petunjuk-petunjuk kecil, membuat Xienna bertanya-tanya. Permainan ini semakin menarik.

"Baiklah, waktu kita hampir habis," Aaron mengakhiri sesi. "Tapi sebelum saya pergi..." dia menatap ke arah Xienna. "Saya ingin mengumumkan program mentoring khusus untuk siswa berbakat. Dan saya telah memilih... Xienna Lawrence sebagai kandidat pertama."

Seluruh aula bergemuruh. Xienna duduk terpaku, sementara Nathan menatapnya dengan campuran bangga dan... khawatir?

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang