Bab 101 : Kelam di Balik Pesta Teh - 2

3 0 0
                                    

Kereta kuda yang membawa Xienna dan Xyon baru saja memasuki gerbang megah Istana Vampir. Matahari senja menyinari pilar-pilar putih istana, menciptakan bayangan panjang yang tampak seperti jemari-jemari raksasa. Seharusnya ini menjadi momen yang menenangkan setelah menghadapi para lady bangsawan yang kejam, namun takdir berkata lain.

Tepat saat Xienna hendak melangkah turun dari kereta dengan bantuan Xyon, tubuhnya tiba-tiba diserang rasa nyeri yang mencengkeram. Kakinya kehilangan kekuatan, membuat tubuhnya oleng ke depan. Beruntung, refleks vampir Xyon yang tajam membuatnya sigap menangkap tubuh mungil kekasihnya.

"Xienna!" serunya panik, lengan kokohnya memeluk erat tubuh Xienna yang mulai gemetar. "Sayang, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Xienna mencoba mengangguk lemah, tidak ingin membuat Xyon khawatir. Namun tepat saat itu, kepalanya serasa dihantam palu godam raksasa. Rasa sakit yang begitu intens menyerang, membuatnya mengerang tanpa suara. Tangannya mencengkeram bagian depan jubah Xyon, matanya terpejam menahan sakit yang semakin menjadi.

"Xienna! Xienna, bertahanlah!" Xyon bisa merasakan tubuh kekasihnya semakin melemah dalam pelukannya. Detik berikutnya, Xienna kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Tanpa membuang waktu, Xyon mengangkat tubuh Xienna dengan gerakan protektif. Para pelayan yang menyaksikan kejadian itu terkesiap, belum pernah mereka melihat ekspresi sepanik itu di wajah sang Kaisar Vampir. Matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi kecemasan mendalam.

"Siapkan tabib! Segera!" perintahnya tegas sambil melangkah cepat memasuki istana, membawa Xienna ke kamar utama.

Dengan hati-hati, Xyon membaringkan Xienna di ranjang besar mereka. Wajah kekasihnya yang biasanya merona kini pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tangan Xyon yang biasanya dingin kini terasa hangat saat menyentuh kulit Xienna yang mendingin.

"Bertahanlah, sayangku," bisiknya lembut sambil mengompres dahi Xienna. Pikirannya berputar, mencoba menganalisis apa yang menyebabkan kondisi Xienna memburuk secara mendadak.

Kejadian di pesta teh tadi terlintas di benaknya. Para lady itu... teh yang mereka sajikan... Mata Xyon menyipit berbahaya saat kesadaran menghantamnya. Mereka pasti memasukkan sesuatu ke dalam teh Xienna.

"Brengsek!" geramnya penuh amarah. Aura gelap menguar dari tubuhnya, membuat udara di kamar itu terasa mencekam. Ingin rasanya ia langsung menghabisi para lady licik itu. Namun ia sadar, tanpa bukti kuat, tindakan seperti itu hanya akan memperburuk situasi. Yang lebih penting saat ini adalah kesembuhan Xienna.

Tiba-tiba, tubuh Xienna tersentak. Ia terbatuk keras, dan cairan hitam pekat mengalir dari sudut bibirnya. Jantung Xyon seakan berhenti berdetak melihatnya.

"Tidak... tidak..." Dengan tangan gemetar, ia mengusap cairan itu dari wajah Xienna. Amarahnya semakin memuncak, tapi ia memaksa diri untuk tetap tenang. Xienna membutuhkannya tetap rasional saat ini.

Para tabib istana datang membawa berbagai ramuan dan herbal. Setelah memeriksa kondisi Xienna, mereka menyiapkan sup herbal khusus yang katanya bisa menetralisir racun.

"Yang Mulia," salah satu tabib tertua membungkuk hormat. "Tampaknya Lady Xienna telah diracuni dengan ramuan hitam kuno. Racun ini sangat berbahaya, tapi untungnya masih dalam tahap awal. Sup herbal ini akan membantu meredakan efeknya."

Xyon mengangguk, matanya tak lepas dari wajah Xienna. Dengan lembut, ia mengangkat kepala kekasihnya dan mulai menyuapinya sup herbal itu perlahan-lahan.

"Kumohon, minumlah sayang," bisiknya penuh harap. Tangannya yang bebas menggenggam jemari Xienna yang dingin. "Kau harus bertahan. Aku tidak bisa kehilanganmu..."

Di sudut matanya, air mata darah menggenang - sesuatu yang sangat jarang terjadi pada vampir sekuat dirinya. Namun melihat kekasihnya terbaring tak berdaya seperti ini membuat pertahanannya runtuh.

Para pelayan yang menyaksikan pemandangan itu diam-diam menghapus air mata mereka. Sungguh mengharukan melihat sang Kaisar Vampir yang ditakuti menunjukkan sisi rapuhnya, merawat kekasihnya dengan penuh kasih sayang.

Sementara itu, di dalam benaknya, Xyon telah bersumpah. Siapapun yang berani melukai Xienna-nya akan membayar mahal. Mungkin tidak hari ini, tapi ia akan memastikan para lady itu menyesali perbuatan keji mereka.

Malam semakin larut, namun Xyon tetap terjaga di samping Xienna. Tangannya tak henti mengusap lembut rambut kekasihnya, berharap sentuhan penuh kasihnya bisa memberikan kekuatan. Sesekali ia berbisik mesra di telinga Xienna, menceritakan kenangan-kenangan indah mereka, berharap suaranya bisa menembus kegelapan yang menyelimuti kesadaran kekasihnya.

"Ingat saat pertama kali kita bertemu?" bisiknya lembut. "Kau begitu ketakutan melihatku. Tapi lihat kita sekarang... kau telah mengubah hidupku, Xienna. Kau membuat sang Kaisar Vampir yang dingin ini mengenal cinta. Karena itu... kumohon, kembalilah padaku..."

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang