Bab 98 : Undangan Pesta Teh 2

2 0 0
                                    

Kereta kuda mewah mengantarkan Xienna ke mansion tempat pesta teh diadakan. Bangunan itu megah dengan pilar-pilar tinggi dan taman mawar yang terawat sempurna. Saat Xienna melangkah turun, para pelayan yang menyambutnya tampak terpana.

Lady Victoria, sang pemilik mansion sekaligus teman dekat Lady Ciel, menyambut Xienna di pintu utama. Sekilas, kekesalan tampak di wajahnya melihat gaun mewah yang dikenakan Xienna, tapi dengan cepat ia menggantinya dengan senyum palsu.

"Selamat datang, Lady Xienna," sambutnya dengan nada manis yang dibuat-buat. "Pesta teh sedang berlangsung di taman belakang. Mari, saya antar."

Xienna mengangguk anggun, mengingat nasihat Xyon untuk tetap tenang. Ia mengikuti Lady Victoria melintasi lorong-lorong mansion yang dihiasi lukisan-lukisan mahal.

Di taman belakang, sekitar dua puluh lady bangsawan duduk mengelilingi meja-meja bundar yang dihiasi taplak berenda. Percakapan mereka terhenti saat melihat kedatangan Xienna.

Lady Ciel, yang duduk di salah satu meja utama, berbisik pada Lady Victoria. "Mengapa dia tidak mengenakan pakaian sederhana seperti yang kita minta?"

"Entahlah," Lady Victoria mendesis kesal. "Sepertinya Kaisar Vampir itu telah mencium rencana kita."

Xienna duduk dengan anggun di kursi yang ditunjukkan, mengabaikan bisik-bisik dan tatapan sinis di sekelilingnya. Ia menuangkan teh ke cangkir porselen dengan gerakan yang sempurna, persis seperti yang diajarkan Xyon.

"Lady Xienna," salah seorang lady memulai dengan nada manis beracun. "Kami sangat penasaran... bagaimana rasanya menjadi kekasih Kaisar Vampir? Apakah dia... menyeramkan?"

Xienna baru akan menjawab dengan bahasa isyarat ketika lady lain menyela dengan tawa mengejek.

"Oh, aku lupa... dia tidak bisa berbicara," ujarnya dengan nada mengejek. "Sungguh mengherankan bagaimana Kaisar Vampir bisa tertarik pada gadis bisu."

Tawa kecil menyebar di antara para lady. Xienna tetap tenang, meski hatinya terasa nyeri.

"Dan lihat cara dia berkomunikasi dengan tangannya," lady lain menambahkan. "Bukankah itu sangat... tidak anggun?"

Xienna terdiam, tangannya yang tadinya hendak membentuk isyarat perlahan turun. Ia teringat kata-kata Xyon: "Tunjukkan bahwa kau lebih baik dari mereka."

Dengan gerakan anggun, Xienna menyesap tehnya, mengabaikan cemoohan yang terus berlanjut. Keanggunan dan ketenangan sikapnya justru membuat beberapa lady mulai merasa tidak nyaman.

Bersambung...

Obsesi sang vampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang