Hari - Hari berlalu dengan baik. Pagi Selanjutnya, Xienna terbangun dan tidak menemukan Xyon di sisinya. Ini aneh, karena biasanya Xyon selalu ada untuk membangunkannya dengan kecupan lembut di kening.
Saat sarapan di kamarnya, Xienna bertanya kepada pelayan dengan isyarat tangannya. 'Dimana Xyon?'
"Maaf nona," pelayan itu menunduk. "Yang Mulia Xyon sepertinya sedang sangat sibuk. Sejak pagi beliau sudah pergi."
Wajah Xienna berubah murung. Ia mengaduk-aduk makanannya tanpa selera. 'Kenapa dia tidak memberitahuku?' tangannya kembali membentuk isyarat.
"Maafkan saya nona, saya tidak tahu," jawab pelayan itu dengan nada menyesal.
Setelah pelayan pergi, air mata mulai menggenang di mata Xienna. Ini pertama kalinya Xyon pergi tanpa kabar. Biasanya vampir itu selalu memberitahunya kemana pun ia pergi, bahkan untuk urusan sepele.
'Apa dia bosan denganku?' pikir Xienna sedih. 'Apa dia mulai lelah dengan gadis bisu sepertiku?'
Air matanya jatuh semakin deras. Xienna memeluk lututnya, merasa sangat kesepian.
Sementara itu di kota, Xyon sedang sibuk mempersiapkan kejutan untuk Xienna. Ia mengunjungi berbagai toko perhiasan, mencari hadiah sempurna untuk kekasihnya.
"Yang ini bagaimana?" tanya penjual toko, menunjukkan kalung berlian berbentuk bunga mawar.
Xyon menggeleng. "Masih kurang istimewa."
Setelah berkeliling selama berjam-jam, akhirnya Xyon menemukan hadiah yang tepat - sebuah liontin kristal yang berpendar dalam gelap, melambangkan cahaya yang selalu menerangi kegelapan, seperti Xienna yang telah menerangi hidupnya.
Dari toko perhiasan, Xyon bergegas ke taman istana. Ia telah memerintahkan para tukang kebun untuk menanam ratusan mawar merah dan putih - bunga kesukaan Xienna.
"Pastikan semuanya sempurna," perintah Xyon sambil mengawasi pekerjaan mereka.
Terakhir, Xyon mengunjungi toko es krim terkenal di ibukota. Winter Snow - es krim dengan tekstur selembut salju yang sedang populer.
"Tolong siapkan yang spesial," ujar Xyon. "Ini untuk seseorang yang sangat istimewa."
Waktu berlalu tanpa terasa. Jam menunjukkan pukul 8 malam ketika Xienna kembali bertanya pada pelayan.
'Apa Xyon sudah kembali?' isyaratnya penuh harap.
Para pelayan hanya terdiam, sesuai instruksi Xyon untuk menjaga kejutannya. Namun bagi Xienna, keheningan itu terasa menyakitkan.
Air mata kembali mengalir di pipinya. Xienna membenamkan wajahnya ke bantal, tubuhnya bergetar menahan isak tangis.
Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka perlahan. Xienna tidak menyadarinya, masih tenggelam dalam kesedihannya.
"Sayang?" suara familiar itu membuat jantung Xienna berdegup kencang.
Perlahan ia mengangkat wajahnya, melihat Xyon berdiri di sana dengan senyum lembut, tangannya penuh dengan hadiah.
"Maaf membuatmu khawatir," Xyon mendekat, meletakkan barang-barangnya di meja. "Aku ingin memberimu kejutan."
Xienna masih terisak, antara lega dan kesal. Tangannya bergerak cepat. 'Kenapa tidak memberitahuku?'
"Karena ini kejutan, sayang," Xyon mengusap air mata di pipi Xienna. "Lihat apa yang kubawa untukmu."
Satu per satu, Xyon menunjukkan hadiahnya - liontin kristal yang berpendar indah, foto taman mawar merah putih yang telah selesai ditata, dan semangkuk Winter Snow yang masih dingin.
"Kau suka?" tanya Xyon lembut.
Xienna mengangguk, meski masih terisak. Tangannya bergerak membentuk isyarat. 'Tapi jangan pergi tanpa kabar lagi. Aku takut kau meninggalkanku.'
"Tidak akan pernah," Xyon memeluk Xienna erat. "Kau adalah hidupku, Xienna. Aku tak akan pernah meninggalkanmu."
Malam itu berakhir dengan Xienna tertidur dalam pelukan Xyon, dengan liontin kristal di lehernya dan mangkuk Winter Snow yang telah kosong di meja. Kesalahpahaman itu berubah menjadi momen manis yang tak terlupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...