Setelah selesai sarapan, Xyon memandang Xienna dengan raut wajah serius. "Sayang, ada yang harus kukatakan padamu."
Xienna memiringkan kepalanya, menunggu Xyon melanjutkan.
"Untuk sementara waktu, aku tidak bisa terus bekerja di kamarmu," ujar Xyon. "Ada beberapa dokumen penting yang harus kutangani di ruang kerjaku."
Mendengar itu, raut wajah Xienna berubah sedih. Matanya yang biasanya bersinar kini meredup, dan bibirnya sedikit bergetar. Meskipun tidak bisa bersuara, ekspresinya sudah cukup menjelaskan perasaannya.
Xyon tersenyum melihat reaksi menggemaskan kekasihnya. Tanpa peringatan, ia menyelipkan satu tangannya di bawah lutut Xienna dan satu lagi di punggungnya.
"Eh?" Xienna terkesiap kaget saat tubuhnya terangkat dari tempat tidur.
"Kalau aku tidak bisa bekerja di kamarmu," Xyon mendekatkan wajahnya, berbisik di telinga Xienna, "maka aku akan membawamu ke ruang kerjaku."
Pipi Xienna langsung merona merah. Ia mencengkeram jubah Xyon erat-erat saat kaisar vampir itu membawanya melintasi koridor-koridor istana.
Para pelayan yang berpapasan dengan mereka tersenyum maklum. Sudah bukan rahasia lagi betapa protektif dan posesifnya kaisar Xyon terhadap kekasihnya.
Sesampainya di ruang kerja, Xyon tidak mendudukkan Xienna di sofa atau kursi lain yang tersedia. Sebaliknya, ia duduk di kursi kerjanya yang besar dan memposisikan Xienna di pangkuannya.
"X-xyon?" Xienna mengisyaratkan dengan tangannya yang gemetar, wajahnya semakin merah.
"Hmm?" Xyon melingkarkan satu tangannya di pinggang Xienna, sementara tangan lainnya mulai membuka dokumen di atas meja. "Ada apa, sayangku?"
Xienna menunduk malu, jari-jarinya bermain gugup dengan ujung gaun tidurnya. Posisi ini membuatnya sangat sadar akan kedekatan mereka.
"Kau tidak nyaman?" tanya Xyon dengan nada menggoda. "Atau justru terlalu nyaman?"
Rantai-rantai spiritual yang mengikat jiwa mereka berpendar hangat, membuat Xienna tanpa sadar bersandar pada dada Xyon meski dengan wajah yang masih memerah.
Xyon tersenyum puas, menikmati bagaimana kutukan yang ia berikan membuat Xienna secara naluriah mencari kedekatannya. "Begitu lebih baik. Sekarang, biarkan aku mulai pekerjaanku."
Sepanjang pagi itu, Xienna duduk di pangkuan Xyon yang sibuk membaca dan menandatangani berbagai dokumen. Sesekali Xyon akan berhenti sejenak untuk mengecup pelipis atau puncak kepala Xienna, membuat gadis itu semakin salah tingkah.
"Kau tahu," bisik Xyon di sela-sela pekerjaannya, "kau sangat menggemaskan saat gugup seperti ini."
Xienna memukul pelan dada Xyon, membuat kaisar vampir itu terkekeh geli. Meski mencoba terlihat kesal, senyum kecil tetap tersungging di bibir Xienna.
Tanpa Xienna sadari, rantai-rantai spiritual itu semakin mengerat, membuat jiwanya semakin terikat pada Xyon. Setiap sentuhan, setiap kedekatan, hanya memperkuat ikatan mereka.
Di ruang kerja yang biasanya sepi itu, kini dipenuhi kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. Dan bagi Xyon, tidak ada pemandangan yang lebih indah dari wajah merona Xienna yang berada dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...