"Ngh..." Xienna menggeliat pelan di balik selimut saat merasakan tangan Aaron mengusap kepalanya.
"Pagi, istriku tersayang," Aaron yang sudah rapi dengan setelan jas hitamnya, tersenyum melihat 'istri kecilnya' masih meringkuk di ranjang.
"A-aaron..." Xienna mengintip dari balik selimut dengan wajah merona.
"Hmm?" Aaron duduk di tepi ranjang. "Apakah kau tidak ingin sekolah?"
Xienna semakin mengeratkan selimutnya, menggeleng pelan. "Ti-tidak bisa..."
"Oh?" Aaron mengangkat alisnya. "Dan kenapa begitu?"
"Ka-karena..." Xienna menelan ludah, melirik ke cermin di samping ranjang yang memantulkan tubuhnya yang dipenuhi 'bekas permainan' mereka semalam.
Aaron mengikuti arah pandangan Xienna, seringai jahil tercetak di wajahnya. "Ah... Karena ini?"
Tangannya perlahan menyibak selimut Xienna, memperlihatkan leher dan bahu gadis itu yang dipenuhi tanda kemerahan.
"A-aaron!" Xienna mencoba menutupi tubuhnya. "I-ini semua salahmu!"
"Salahku?" Aaron terkekeh. "Bukankah semalam kau yang terus meminta lebih, hmm?"
"Ti-tidak!" wajah Xienna semakin merah. "A-aku tidak..."
"Oh?" Aaron mendekatkan wajahnya. "Haruskah kuputar rekaman suaramu semalam?"
"JANGAN!" Xienna memekik panik. "Ka-kau... merekamnya?"
"Mungkin," Aaron tersenyum misterius. "Ingin mendengarnya?"
"Tidak!" Xienna membenamkan wajahnya ke bantal. "Kau benar-benar... mesum!"
"Aku hanya seorang laki-laki yang sangat mencintai istrinya," Aaron mengecup puncak kepala Xienna. "Dan semalam... kau sangat menggoda sebagai 'pasienku'."
"Bo-bodoh!" Xienna menggembungkan pipinya. "Gara-gara kau aku tidak bisa sekolah!"
"Baiklah," Aaron bangkit dari ranjang. "Anggap saja ini hari liburmu. Lagipula..." dia menyeringai. "Kau butuh istirahat setelah 'aktivitas' kita semalam."
"A-aaron!"
"Istirahatlah dengan baik, istriku," Aaron mengusap pipi Xienna yang masih merona. "Aku akan segera kembali."
"Ja-jangan lama-lama..." Xienna berbisik pelan, nyaris tak terdengar.
"Apa yang baru saja kau katakan?" Aaron mendekatkan telinganya. "Kau akan merindukanku?"
"Ti-tidak!" Xienna buru-buru membantah. "A-aku hanya... takut sendirian..."
"Aww," Aaron mencubit pipi Xienna gemas. "istriku tersayang sangat jujur~"
"Hmph!" Xienna memalingkan wajah.
"Jangan khawatir," Aaron berbisik seduktif. "Nanti malam... aku akan memberimu 'perawatan' yang lebih intens lagi."
"AARON SI IDIOT! !"
Aaron tertawa melihat wajah Xienna yang semakin merah. Dengan lembut, dia mengecup bibir 'istri kecilnya'.
"Aku mencintaimu, istriku tersayang," dia berbisik tulus.
"...aku juga," Xienna membalas sangat pelan.
"Apa barusan?" Aaron menggoda. "Aku tak bisa mendengarmu~"
"Berhenti! Cepat pergi sana!" Xienna mendorong dada Aaron.
"Haha, baiklah," Aaron mengacak rambut Xienna. "Jaga dirimu. Dan..." dia menyeringai. "Jangan coba-coba kabur lagi."
"Hmph!" Xienna menggembungkan pipinya. "Memangnya aku bisa dengan kondisi begini?"
"Gadis patuh," Aaron tersenyum puas. "Ini baru istriku."
Setelah Aaron pergi, Xienna menatap pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya dipenuhi 'tanda cinta' dari suaminya yang possesif.
"Dasar dokter mesum..." dia menggerutu pelan, tapi senyum kecil tetap terukir di bibirnya.
Ponselnya berdering. Pesan dari teman-temannya:
"Xienna! Kau tidak masuk?"
"Pasti gara-gara 'perawatan' Tuan Wintergale ya?"
"Kyaaa! Ceritakan pada kami besok!"Xienna hanya bisa menghela napas pasrah. Sepertinya besok dia akan menghadapi interogasi panjang dari teman-temannya.
'Tapi,' dia membatin sambil tersenyum. 'Aku tidak akan mendapatkannya dengan cara lain.'
Karena meski Aaron sangat possesif dan suka menghukumnya... dia tahu suaminya itu sangat mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomantiekPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...