Xyon berdiri di depan jendela kamar Xienna, matanya menatap tajam ke arah halaman istana di mana para pelayan berlalu lalang. Ingatannya melayang pada kejadian-kejadian kecil yang selama ini luput dari perhatiannya. Bagaimana bisa ia begitu buta?
"Yang Mulia," suara Elara memecah keheningan. "Saya telah memeriksa sisa makanan Nona Xienna seperti yang Anda minta."
Xyon berbalik, matanya berkilat penuh harap. "Apa yang kau temukan?"
Elara mengeluarkan sebuah vial kecil berisi cairan berwarna ungu gelap. "Ada jejak ramuan kuno dalam setiap makanannya. Racun yang sangat halus, nyaris tak terdeteksi. Jika dimakan sekali dua kali, tidak akan berefek. Tapi jika terus-menerus..."
"Akan terakumulasi dan perlahan membunuhnya," Xyon menyelesaikan kalimat itu dengan geram. Tangannya terkepal hingga Kuku-kuku jarinya memutih.
Di atas ranjang, Xienna menggeliat gelisah dalam tidurnya. Wajahnya yang pucat berkeriut menahan sakit. Xyon segera menghampiri dan menggenggam tangannya.
"Aku bodoh sekali," bisik Xyon penuh penyesalan. "Seharusnya aku menyadarinya sejak awal."
Bayangan-bayangan mencurigakan mulai bermunculan dalam ingatannya. Bagaimana Margaret, kepala pelayan, selalu bersikeras untuk mengatur sendiri menu makanan Xienna. Bagaimana Isabella, pelayan dapur, selalu tersenyum sinis saat berpapasan dengan Xienna di koridor. Dan Victoria, yang selalu memastikan dialah yang mengantarkan makanan ke kamar Xienna.
"Mereka membencinya," gumam Xyon. "Mereka tidak bisa menerima seorang manusia di istana ini."
"Yang Mulia," Elara berkata hati-hati. "Racun ini... bukan racun biasa. Ini racun yang hanya bisa dibuat oleh vampir berdarah murni dengan pengetahuan ramuan tingkat tinggi."
Mata Xyon melebar. Hanya ada segelintir vampir di istana yang memenuhi kriteria itu. Dan satu nama langsung muncul dalam benaknya.
"Lady Morgana," desisnya.
Lady Morgana, kepala tabib istana yang selama ini bersikap begitu baik pada Xienna. Yang selalu menawarkan bantuan dan perhatian. Yang diam-diam menaruh dendam karena posisinya terancam sejak kedatangan Xienna.
"Kumpulkan semua pelayan," perintah Xyon dengan suara dingin. "Terutama yang terlibat dalam penyiapan makanan Xienna. Dan panggil Lady Morgana ke ruanganku."
"Baik, Yang Mulia."
Setelah Elara pergi, Xyon kembali memandang Xienna. Tangannya gemetar menahan amarah saat mengusap peluh di kening gadis itu.
"Maafkan aku, sayang," bisiknya. "Aku telah membiarkan mereka menyakitimu selama ini. Tapi sekarang, mereka akan membayar mahal untuk setiap tetes racun yang mereka berikan padamu."
Di lorong istana, para pelayan mulai berbisik-bisik cemas. Mereka tahu, amarah Xyon bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Dan kali ini, mereka telah menyentuh hal yang paling berharga baginya.
Lady Morgana sendiri duduk di ruang kerjanya dengan senyum tipis. Tangannya dengan tenang mengaduk ramuan berwarna ungu gelap.
"Kau pikir kau bisa mengambil posisiku begitu saja, gadis kecil?" gumamnya. "Istana ini tidak butuh manusia lemah sepertimu."
Namun Lady Morgana tidak tahu bahwa rencananya akan segera terbongkar. Dan kemarahan seorang Kaisar vampir yang sedang melindungi kekasihnya adalah hal terakhir yang ingin ia hadapi.
Malam itu menjadi titik balik bagi semua penghuni istana. Xyon telah menemukan musuh dalam selimut, dan ia tidak akan memberi ampun pada siapapun yang berani menyakiti Xienna. Sementara racun terus menggerogoti tubuh lemah gadis itu, waktu terus berdetak menuju konfrontasi yang tak terelakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
Storie d'amorePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...