Langit yang tadinya cerah kini tertutup awan gelap. Xienna baru saja selesai membersihkan diri dan sedang duduk di tepi ranjangnya ketika tetesan hujan pertama jatuh membasahi jendela kamarnya.
Xyon telah meninggalkannya beberapa saat lalu, mengatakan ada beberapa hal yang harus ia urus. Xienna mengeratkan selimut di tubuhnya, mencoba mengabaikan suara hujan yang semakin deras.
JDAR!
Kilat pertama menyambar, diikuti suara gemuruh yang menggetarkan kaca jendela. Xienna terlonjak kaget, jantungnya berdegup kencang. Sejak kecil, ia selalu takut pada petir.
"Tenang, Xienna," bisiknya pada diri sendiri, meski tanpa suara. "Ini hanya petir..."
JDAR!
Petir kedua menyambar lebih keras. Tanpa pikir panjang, Xienna melompat dari tempat tidurnya, mencari tempat berlindung. Dalam kegelapan kamar yang hanya diterangi cahaya kilat, ia meraba-raba mencari sandaran.
Tiba-tiba, tangannya menyentuh sesuatu yang kokoh dan hangat. Tanpa melihat apa itu, Xienna langsung memeluknya erat, membenamkan wajahnya mencari perlindungan.
"Kau takut petir, sayangku?"
Suara familiar itu membuat Xienna membeku. Perlahan, ia mengangkat wajahnya dan mendapati Xyon tersenyum lembut padanya. Ternyata yang ia peluk adalah Xyon yang entah sejak kapan sudah berada di kamarnya.
"A-ah!" Xienna langsung melepaskan pelukannya, wajahnya merah padam. Tangannya bergerak-gerak panik mencoba menjelaskan situasinya.
Xyon terkekeh melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. "Tidak perlu malu. Aku senang bisa menjadi sandaranmu."
JDAR!
Petir ketiga menggelegar, lebih keras dari sebelumnya. Secara naluriah, Xienna kembali melompat ke pelukan Xyon, melupakan rasa malunya beberapa detik lalu.
"Sshh... ada aku di sini," Xyon memeluk Xienna erat, mengusap punggungnya menenangkan. Rantai-rantai spiritual yang mengikat mereka berpendar hangat, seolah ikut menenangkan jiwa Xienna yang ketakutan.
"Kau tahu," bisik Xyon di telinga Xienna, "kau sangat menggemaskan saat ketakutan seperti ini."
Xienna memukul pelan dada Xyon, tapi tidak melepaskan pelukannya. Wajahnya yang merah tersembunyi di dada Xyon.
"Bagaimana kalau malam ini aku menemanimu?" tawar Xyon. "Untuk memastikan kau tidak ketakutan lagi."
Xienna mengangkat wajahnya, matanya membulat kaget mendengar tawaran itu. Namun sebelum ia bisa memberi jawaban...
JDAR!
"Kurasa itu artinya 'ya'," Xyon tersenyum saat Xienna kembali mempererat pelukannya.
Malam itu, di tengah badai yang mengamuk di luar, Xienna menemukan tempat ternyaman untuk berlindung - dalam pelukan Xyon. Tanpa ia sadari, rantai-rantai spiritual yang mengikat jiwa mereka semakin menguat, membuat keberadaan Xyon menjadi satu-satunya hal yang bisa menenangkannya.
Di bawah gemuruh petir dan derasnya hujan, cinta mereka tumbuh semakin dalam. Meski Xienna tidak menyadarinya, jiwanya telah sepenuhnya bergantung pada kehadiran Xyon, tepat seperti yang diinginkan sang Kaisar vampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomansPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...