Siang itu matahari bersinar cerah di taman istana vampir. Xienna sedang menikmati indahnya bunga-bunga yang bermekaran ketika tiba-tiba tubuhnya terangkat ke udara.
"Xyon!" tangannya bergerak panik membentuk isyarat saat menyadari siapa yang menggunakan kekuatan vampir untuk mengangkatnya.
"Ya, sayang?" Xyon tersenyum jahil dari bawah pohon ek besar. Dengan santai, ia menurunkan Xienna di dahan tertinggi.
"Pemandangan indah bukan? Kau bisa melihat seluruh taman dari sana," godanya sambil tertawa melihat wajah panik Xienna.
Tangan Xienna bergerak cepat dan gusar. 'Turunkan aku sekarang juga!'
"Hmm? Maaf sayang, aku tidak bisa melihat isyaratmu dengan jelas dari sini," Xyon pura-pura tidak mengerti, senyum jahil masih tersungging di bibirnya.
Air mata mulai menggenang di mata Xienna. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Melihat itu, Xyon akhirnya luluh dan menurunkannya dengan lembut.
Begitu kakinya menyentuh tanah, Xienna langsung berlari ke dalam istana, mengabaikan panggilan Xyon. Air mata mengalir di pipinya - campuran antara takut dan kesal.
Ia mengurung diri di kamarnya, menolak keluar bahkan untuk makan siang. Para pelayan mencoba membujuknya, tapi Xienna tetap keras kepala.
Malam menjelang, dan Xyon memutuskan untuk memberi Xienna sedikit 'pelajaran' lagi. Ia memerintahkan semua pelayan meninggalkan sayap istana tempat kamar Xienna berada, lalu memadamkan seluruh lilin dan lampu.
Kegelapan pekat menyelimuti kamar Xienna. Gadis itu mulai gemetar ketakutan. Ia memang selalu takut gelap sejak kecil. Dengan tangan bergetar, ia menulis surat untuk Xyon:
"Xyon,
Maafkan aku sudah marah dan mengurung diri. Aku takut...
Tolong temani aku.
-Xienna"Belum sempat ia memanggil pelayan untuk mengirim surat itu, dalam kegelapan tangannya meraba-raba mencari bantal untuk dipeluk. Namun yang ia rasakan bukanlah kelembutan bantal...melainkan dada bidang seseorang.
"Aku di sini, sayang. Jangan takut," bisik suara familiar tepat di telinganya.
Xienna tersentak kaget. Jantungnya berdegup kencang mendengar suara Xyon. 'Bagaimana bisa...?' tangannya bergerak membentuk isyarat dalam gelap.
"Kau pikir aku akan membiarkan kekasihku ketakutan sendirian?" Xyon terkekeh pelan, tangannya membelai rambut Xienna. "Aku selalu mengawasimu."
Xienna memukul pelan dada Xyon, masih kesal tapi juga lega. 'Kau benar-benar menyebalkan,' isyarat tangannya.
"Tapi kau tetap mencintaiku, kan?" goda Xyon sambil mengeratkan pelukannya.
Xienna hanya bisa mengangguk malu dalam kegelapan. Xyon mengecup lembut keningnya.
"Maafkan aku sudah jahil padamu hari ini," bisik Xyon tulus. "Aku hanya ingin melihat ekspresi lucumu saat kesal."
'Dasar vampir menyebalkan,' isyarat Xienna, tapi ia justru semakin mendekatkan diri dalam pelukan Xyon.
"Ya, tapi aku vampir menyebalkan yang sangat mencintaimu," balas Xyon sambil tertawa kecil.
Malam itu mereka tertidur berpelukan, melupakan semua kejahilan yang terjadi. Xyon berjanji dalam hati akan lebih lembut pada Xienna - meski ia tak bisa menjamin akan berhenti menggoda kekasihnya itu.
Karena bagi Xyon, ekspresi Xienna yang kesal dan malu adalah pemandangan paling menggemaskan di dunia. Dan ia akan melakukan apa saja untuk terus melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...