Dua bulan berlalu. Kehidupan di istana vampir yang dulu terasa seperti mimpi indah kini terasa seperti penjara emas bagi Xienna. Kemewahan dan kemegahan istana tak lagi mampu menutupi rasa kesepian dan kerinduan yang mendalam. Xienna merindukan udara segar pagi hari, suara burung berkicau, dan keramaian kota. Ia merindukan kehidupan sederhananya sebagai manusia biasa, dengan segala suka dan dukanya.
Setiap hari, Xyon selalu menemaninya. Ia menyajikan makanan lezat, mengajaknya berjalan-jalan di taman istana, dan memberikan segala yang Xienna inginkan. Namun, semua itu tak mampu mengobati luka di hati Xienna. Ia merasa seperti burung yang terkurung dalam sangkar emas.
Xienna mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Xyon berbeda dengan perasaan Ivory. Ia mencintai Xyon sebagai sosok yang baik dan penuh perhatian, namun ia tidak bisa membalas cinta Xyon seperti yang diharapkan. Di hatinya, masih ada sosok manusia biasa yang ia cintai.
"Xyon," panggil Xienna suatu malam, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman istana.
Xyon berhenti dan menatapnya lembut. "Ada apa, Ivory?"
Xienna menarik nafas dalam-dalam. "Aku... aku merindukan kehidupanku sebelumnya."
Wajah Xyon berubah menjadi muram. "Aku tahu, Ivory. Tapi, aku tidak bisa membiarkanmu pergi."
"Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, Xyon," ucap Xienna dengan suara lirih. "Aku tidak bisa hidup seperti ini terus-menerus."
Xyon memeluk Xienna erat-erat. "Aku mohon, jangan tinggalkan aku."
Namun, tekad Xienna sudah bulat. Ia harus pergi dari tempat ini. Pada malam hari, saat Xyon sedang tertidur, Xienna diam-diam keluar dari kamarnya. Ia mencari jalan keluar dari istana. Dengan hati yang berat, ia meninggalkan istana vampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...