Malam semakin larut. Kegelapan menyelimuti kamar Xienna, hanya samar-samar cahaya rembulan yang menembus celah tirai. Xienna terbaring lemah di tempat tidurnya, tubuhnya terasa semakin lemas dan kering. Rasa haus dan laparnya semakin menjadi-jadi, membuatnya merasa seperti sekarat.
Ruby di lehernya berkedip pelan, cahaya merahnya redup seakan ikut merasakan penderitaan yang dialami Xienna. Setiap kedipan Ruby seakan menjadi isyarat putus asa, memohon pertolongan yang tak kunjung datang.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat. Pintu kamar perlahan terbuka, memperlihatkan sosok pelayan yang membawa nampan berisi makanan dan minuman.Pelayan itu terkejut melihat wajah Xienna yang pucat pasi. Mata pelayan itu membulat saat melihat Xienna dalam keadaan lemah seperti itu.
"Nona Xienna!" seru pelayan itu, suara nya meninggi karena terkejut. Cepat-cepat ia mendekat dan meletakkan nampan di meja samping tempat tidur.
Xienna berusaha membuka matanya, namun pandangannya masih kabur. Ia hanya bisa mendengar suara pelayan itu dengan samar.
"Tunggu sebentar, Nona. Saya akan bantu Nona," kata pelayan itu lembut. Ia mengambil mangkuk berisi sup bening dan sebuah sedotan. Dengan hati-hati, ia mengangkat kepala Xienna dan menyodorkan sedotan ke bibirnya.
Xienna berusaha meneguk sup itu, namun tubuhnya terasa sangat lemah. Setiap tegukan terasa begitu berat. Pelayan itu sabar membantunya, sesendok demi sesendok, hingga mangkuk itu kosong.
"Terima kasih," ucap Xienna lirih, suaranya hampir tak terdengar.
Pelayan itu tersenyum lembut. "Sama-sama, Nona. Nona harus banyak istirahat."Setelah selesai memberi makan Xienna, pelayan itu membantu Xienna berbaring kembali dengan nyaman. Ia menyelimutinya dengan selimut tebal dan mematikan lampu.
"Saya akan memanggil dokter, Nona," kata pelayan itu sebelum meninggalkan kamar.Xienna hanya bisa mengangguk lemah. Ia memejamkan mata, merasakan kelegaan setelah perutnya terisi. Namun, rasa sakit dan lemas di tubuhnya masih terasa.
Beberapa saat kemudian, seorang dokter datang. Setelah memeriksa kondisi Xienna, dokter itu menjelaskan bahwa Xienna mengalami kelelahan yang cukup parah akibat sakitnya. Dokter juga mengatakan bahwa Xienna membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya.
"Nona Xienna harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi," kata dokter. "Saya akan meresepkan beberapa obat untuk membantu mempercepat proses penyembuhannya."
Setelah dokter pergi, Xienna kembali tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi tentang Xyon. Ia melihat Xyon sedang berdiri di samping tempat tidurnya, tersenyum hangat padanya.
"Aku akan selalu ada untukmu," bisik Xyon dalam mimpinya.
Xienna tersenyum dalam tidurnya. Ia merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Xyon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...