Phoenix salju itu mengamati Xienna dengan mata safirnya yang berkilau penuh keingintahuan. Ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini - sesuatu yang membuatnya istimewa hingga mampu meluluhkan hati seorang Kaisar Vampir.
"Kau..." suara merdu Phoenix terdengar di kepala mereka. "Mengapa tidak berbicara sejak tadi?"
Xienna tersenyum lembut, jemarinya mulai bergerak membentuk rangkaian isyarat yang anggun. Xyon, yang selalu setia di sampingnya, menerjemahkan.
"Dia tidak bisa berbicara," Xyon menjelaskan, matanya melembut saat menatap Xienna. "Sejak insiden yang membuatnya koma berbulan-bulan."
Jemari Xienna kembali bergerak: 'Tapi aku beruntung. Xyon selalu ada di sisiku, menjagaku setiap saat.'
"Ah, sungguh menarik," Phoenix itu terbang dari bahu Xyon dan hinggap di lengan kursi tempat Xienna duduk. "Kau berbeda dari manusia-manusia yang pernah kutemui. Ada kelembutan dan kekuatan yang unik dalam dirimu."
Mata Xienna berbinar mendengar pujian itu.
"Bolehkah aku menjadi temanmu?" Phoenix itu melanjutkan, bulunya berkilau keperakan tertimpa cahaya. "Aku bisa melindungimu jika terjadi sesuatu. Mungkin..." ia melirik jahil ke arah Xyon, "...bahkan lebih baik dari Yang Mulia?"
Ekspresi Xyon langsung berubah. Awan gelap seolah menggantung di atas kepalanya. "Apa maksudmu, burung?" desisnya. "Kau pikir bisa melindungi Xienna lebih baik dariku?"
"Tentu Saja," Phoenix itu mengembangkan sayapnya dengan angkuh, "Aku memiliki kekuatan es legendaris, bisa terbang, dan..."
"Dan aku adalah Kaisar Vampir," potong Xyon, matanya berkilat berbahaya. "Penguasa kegelapan yang ditakuti seluruh makhluk."
"Oh? Tapi sepertinya ada seseorang yang tidak takut padamu sama sekali," Phoenix itu melirik ke arah Xienna yang sedang menahan tawa. "Bahkan sepertinya dia menganggapmu... menggemaskan?"
Wajah Xyon memerah samar. "Diam kau, burung congkak!"
"Lihat? Bahkan Kaisar Vampir bisa merona seperti remaja kasmaran," Phoenix itu terkekeh. "Sungguh pemandangan langka."
Xienna tidak bisa menahan tawanya lagi. Bahunya berguncang dalam tawa bisu melihat pertengkaran kekanak-kanakan antara kekasihnya yang terkenal dingin dengan seekor burung legendaris yang ternyata memiliki selera humor yang tinggi.
'Sudah, sudah,' ia memberi isyarat. 'Kalian berdua bisa bekerja sama untuk melindungiku, kan?'
"Hmph," Xyon mendengus, tapi tidak membantah.
"Tentu saja, Lady Xienna," Phoenix itu membungkuk anggun. "Akan menyenangkan sekali bisa mengawasi Yang Mulia yang terkenal dingin ini bertingkah seperti anak anjing yang dimabuk cinta."
"Kau..." Xyon menggeram, tapi terhenti ketika Xienna menggenggam tangannya lembut.
'Aku senang kalian berdua ada di sisiku,' isyarat Xienna. 'Terima kasih.'
Xyon dan Phoenix saling pandang. Mungkin mereka bisa berdamai - setidaknya demi senyuman gadis yang telah mencairkan es di hati mereka ini.
"Baiklah," Phoenix mengalah. "Tapi aku tetap akan menggoda Yang Mulia setiap kali dia bersikap terlalu protektif."
"Dan aku akan membekukanmu jika kau keterlaluan," balas Xyon, tapi ada senyum tipis di bibirnya.
Xienna hanya menggeleng geli. Siapa sangka Pesta Perburuan ini akan berakhir dengan dia mendapatkan bukan hanya gelar Ratu Perburuan, tapi juga seorang pelindung baru yang sepertinya akan membuat hari-harinya di istana menjadi jauh lebih berwarna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...