Seminggu telah berlalu sejak insiden transformasi kelinci. Pagi itu, sinar mentari yang lembut menerobos tirai-tirai tipis kamar utama istana vampir. Xienna terbangun dengan sensasi hangat di sampingnya - Xyon sudah duduk di tepi tempat tidur, membawa nampan berisi sarapan yang menggugah selera.
"Selamat pagi, sayangku," Xyon tersenyum lembut, mengangkat segelas susu hangat dan sepiring roti dengan selai strawberry yang merah menggoda. Aroma manis menguar di udara, membuat perut Xienna berbunyi pelan.
'Selamat pagi,' balas Xienna dengan isyarat tangannya, matanya berbinar melihat sarapan favoritnya.
Xyon mulai menyuapi Xienna dengan telaten, seolah ini adalah ritual paling penting di dunia. Sambil menyuapi, raut wajahnya berubah serius. "Hari ini adalah Pesta Perburuan Tahunan," ujarnya. "Sebuah tradisi yang... yah, cukup membosankan menurutku."
Xienna memiringkan kepalanya, meminta penjelasan lebih.
"Ini adalah acara wajib bagi seluruh bangsawan," Xyon menjelaskan sambil mengusap remah roti dari sudut bibir Xienna. "Para pria akan berburu di hutan, sementara para wanita... well, mereka duduk di area khusus untuk menonton."
'Kenapa harus terpisah?' tanya Xienna dengan isyaratnya.
"Tradisi kuno," Xyon menghela nafas. "Para pria berlomba mengumpulkan hasil buruan terbanyak. Pemenangnya akan mendapat kehormatan memilih seorang wanita untuk menjadi Ratu Perburuan tahun ini." Ia terdiam sejenak. "Yang berarti... kita tidak bisa bersama selama acara berlangsung."
Xienna menunduk kecewa. Belakangan ini mereka nyaris tak pernah terpisah.
"Hey," Xyon mengangkat dagu Xienna dengan lembut. "Sebelum kita berangkat... adakah sesuatu yang kau inginkan? Aku akan memburunya khusus untukmu."
Mata Xienna berbinar. Tangannya bergerak membentuk isyarat, 'Aku ingin burung Phoenix salju... dalam keadaan hidup. Tapi jika terlalu sulit, tidak apa-apa.'
Seringai percaya diri muncul di wajah Xyon. "Burung Phoenix salju? Makhluk legendaris yang hampir punah itu?" Ia mencium kening Xienna. "Aku berjanji akan menemukannya untukmu."
Arena Perburuan
Siang hari, arena perburuan telah dipersiapkan dengan megah. Tenda-tenda mewah berjejer di sisi arena, kursi-kursi empuk disusun berhadapan dengan hutan tempat perburuan akan dilaksanakan. Para lady bangsawan mulai berdatangan dengan gaun-gaun indah mereka.
Xienna, mengenakan gaun sutra merah ruby yang elegan, dipaksa duduk di antara para lady bangsawan lainnya. Percakapan di sekitarnya membuat telinganya panas.
"Oh, lihat siapa yang datang!" seorang lady berbisik keras. "Lady Ciel! Dia pasti akan terpilih lagi tahun ini."
Lady Ciel, wanita cantik dengan rambut biru pantai dan gaun biru laut seperti ombak, berjalan dengan anggun ke arah mereka. Setiap langkahnya seolah meneriakkan status dan kecantikannya.
"Tentu saja," lady lain menimpali. "Siapa yang bisa menolak pesonanya? Tahun lalu hampir semua pria berlomba-lomba memberikan hasil buruan terbaik mereka untuknya."
Lady Ciel tertawa anggun mendengar pujian itu. "Kalian terlalu berlebihan," ujarnya, tapi nada sombong dalam suaranya tak dapat disembunyikan. Matanya melirik Xienna dengan pandangan menilai. "Oh? Wajah baru?"
Xienna hanya mengangguk sopan, memilih fokus pada arena di depannya. Di kejauhan, para pemburu mulai berkumpul. Sosok Xyon mudah dikenali - auranya yang kuat membuatnya menonjol bahkan dari kejauhan.
# Awal Perburuan
Terompet berbunyi nyaring, menandakan dimulainya perburuan. Para pemburu menyebar ke dalam hutan, membawa senjata dan peralatan berburu mereka. Xyon bergerak dengan tenang, matanya awas mencari mangsa.
Dalam waktu singkat, Xyon telah mengumpulkan dua belas hewan besar - rusa, beruang, bahkan serigala. Tapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: burung Phoenix salju untuk Xienna.
"Terlalu mudah," gumamnya, mengabaikan tatapan kagum dari pemburu lain melihat hasil buruannya. "Aku harus menemukan Phoenix itu."
Tiba-tiba, kilatan putih melintas di hadapannya. Jantungnya berdetak lebih cepat - mungkinkah itu Phoenix yang ia cari? Namun sebelum ia bisa mengejar kilatan itu, seekor harimau putih besar melesat di depannya.
"Hei, kau!" sebuah suara angkuh terdengar dari belakang. Seorang pria muda dengan pakaian berburu mahal berdiri dengan congkak. "Harimau itu milikku! Aku akan memburunya untuk Lady Ciel!"
Xyon menoleh perlahan, matanya berkilat berbahaya. Pria itu jelas tidak mengenalinya - tidak tahu bahwa ia baru saja menantang sang Kaisar Vampir yang ditakuti.
"Dengan hasil buruan serendah itu, kau bahkan tidak pantas membandingkan diri denganku," pria itu melanjutkan, menunjuk hasil buruan Xyon dengan pandangan meremehkan. "Lebih baik kau menyerah saja. Lady Ciel hanya pantas mendapat hadiah dari pemburu terbaik."
Udara di sekitar mereka mendadak terasa lebih dingin. Aura gelap mulai menguar dari tubuh Xyon. Namun alih-alih menanggapi, ia memilih berbalik dan pergi. Ada yang lebih penting dari meladeni pria sombong ini - janji yang harus ia tepati pada Xienna.
'Tunggu aku, sayangku,' batinnya. 'Aku akan membawa Phoenix salju itu untukmu.'
Sementara itu di area penonton, Xienna terus memandang ke arah hutan dengan cemas. Entah mengapa, hatinya tidak tenang. Seolah ada sesuatu yang akan terjadi...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi sang vampir
Roman d'amourPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...