"Aku hamil."
Suara parau nan kecil itu membuat sosok pria yang tengah menciumi Jieun beberapa kali ini berhenti. Menatap heran pada gadis di sampingnya yang tengah ia rangkul.
"Kau bilang hamil?"
Jieun mengangguk, wajahnya ia tundukkan agar tidak membuat kontak mata pada sosok pria yang sudah mengerutkan dahi dan melepaskan rangkulannya dari pundak Jieun.
"Pasti bukan anakku."
Jieun kembali meneteskan air mata. "Kita tidur hanya berdua di kamar itu."
Pria itu terkekeh, mencoba untuk menepis semua hal gila di depannya. "Bisa saja sebelumnya kau melakukannya dengan orang lain? Atau sesudahnya?"
Tamparan keras itu sontak menepi pada rahang tegas sosok pria yang kini tengah meringis kesakitan. Mengaduh sakit kala Jieun kembali menamparnya untuk yang kedua kalinya.
"Aku bukan pelacur, brengsek!"
"Kita mabuk, Ji. Saat itu benar-benar mabuk." Ujar pria itu.
"Dan bayi ini buah dari hasil mabuk kita."
Pria itu teriak frustasi seraya mengacak rambutnya. Melempar asal sebuah vas bunga yang ada di dekatnya.
"Minggu depan aku akan debut menjadi aktor di Tiongkok dan karirmu bahkan sedang berada di puncak."
"Berhenti! Aku tidak ingin mendengar kata-kata sialan itu." Teriak Jieun.
"Apa yang akan kau lakukan dengan bayi itu? Membesarkannya dan kau akan kehilangan pekerjaanmu?"
"Soohyun oppa berhenti." Teriak Jieun.
Benar, pria yang saat ini bersama Jieun adalah Kim Soohyun. Aktor papan atas yang sebentar lagi akan memulai debutnya di Tiongkok sebagai pemain film.
Soohyun berjalan menuju serpihan kaca vas bunga yang sempat ia lempar beberapa menit lalu. Mengambil serpihan kecil nan tajam dan mengarahkan ke arah Jieun.
"Pilih saja, kau gugurkan atau kau juga ikut mati?"
"KAU GILA?" Jieun kembali berteriak.
"Berapa usia kandunganmu?"
"Sebulan. Tepat saat malam penghargaan dan kita menginap di hotel. Kau ingat? Hanya kita berdua tanpa staff atau teman artis lainnya." Teriak Jieun, dadanya semakin sesak.
Soohyun mengepal kaca itu hingga mengeluarkan darah dari telapak tangannya. Bernapas gusar kala Jieun kembali mendekat ke arahnya.
"Ayo kita besarkan anak ini berdua." Lirih Jieun.
"Tidak. Aku tidak punya anak. Aku butuh bukti jika benar itu anakku." Ujar Soohyun.
"Oppa, please.."
Soohyun tertawa kecil meremehkan permohonan dari Jieun. Berjalan dengan cepat mengambil ponselnya sebelum memperlihatkan ke arah Jieun dan berujar. "Aku sudah membeli obat ini. Akan dikirim dalam beberapa jam. Minumlah. Dan masalah kita selesai."
Satu tamparan keras kembali mendarat di rahang pria tampan itu. Tamparan yang lebih keras dari sebelumnya. Sementara Jieun sudah keluar dari kamarnya, meninggalkan Soohyun yang masih berlumuran darah pada telapak tangannya.
"Ji, ayo buka."
Itu adalah teriakan putus asa Soohyun yang bisa Jieun dengar dari balik pintu kamar mandi. Mereka berdua memang salah, tapi tidak dengan bayi yang berada di dalam perutnya. Jika bayi itu dapat bicara mungkin ia memilih untuk tidak hadir daripada harus membuat kekacauan besar. Benar kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!